The Path To Financial Freedom, EduFulus – Bagi investor yang berkecimpung di pasar modal, memahami hubungan dinamis antara obligasi (surat utang) dan suku bunga adalah fundamental.
Keduanya bergerak dalam hubungan yang hampir selalu berlawanan arah atau terbalik (inverse relationship). Pergerakan suku bunga acuan bank sentral memiliki dampak langsung dan signifikan terhadap nilai obligasi yang sudah beredar di pasar sekunder.
Mekanisme Hubungan Terbalik
Mengapa harga obligasi bergerak berlawanan arah dengan suku bunga? Jawabannya terletak pada konsep kupon (bunga yang dibayarkan obligasi) dan daya tarik relatif instrumen investasi.
1). Ketika Suku Bunga Naik (The “Naik” Scenario)
Ketika bank sentral (seperti Bank Indonesia) menaikkan suku bunga acuannya, ini adalah sinyal bahwa biaya pinjaman di seluruh perekonomian akan meningkat.
- Daya Tarik Obligasi Lama Menurun: Obligasi yang sudah beredar di pasar (obligasi “lama”) memiliki tingkat kupon yang tetap, yang ditetapkan saat obligasi tersebut diterbitkan.
- Obligasi Baru Lebih Menarik: Dengan suku bunga yang lebih tinggi, penerbit obligasi baru dapat menawarkan kupon yang lebih tinggi pula.
- Harga Obligasi Lama Turun: Untuk membuat obligasi lama (dengan kupon rendah) setara menariknya dengan obligasi baru (dengan kupon tinggi), harga obligasi lama di pasar sekunder harus turun. Penurunan harga ini meningkatkan imbal hasil (yield) efektif obligasi lama agar sebanding dengan instrumen baru dan suku bunga pasar yang lebih tinggi.
2). Ketika Suku Bunga Turun (The “Turun” Scenario)
Sebaliknya, ketika bank sentral menurunkan suku bunga acuannya, biaya pinjaman menjadi lebih murah.
- Daya Tarik Obligasi Lama Meningkat: Obligasi lama yang sudah beredar memiliki kupon tetap yang kini terlihat relatif tinggi dibandingkan dengan kupon obligasi baru yang diterbitkan saat suku bunga rendah.
- Permintaan Meningkat: Investor berebut untuk membeli obligasi lama dengan kupon tinggi tersebut, karena menawarkan imbal hasil yang lebih baik daripada instrumen pasar uang atau obligasi baru.
- Harga Obligasi Lama Naik: Peningkatan permintaan ini mendorong harga obligasi lama di pasar sekunder untuk naik.
Durasi: Ukuran Sensitivitas
Tidak semua obligasi bereaksi sama terhadap perubahan suku bunga. Sensitivitas obligasi terhadap perubahan suku bunga diukur dengan konsep durasi.
Durasi adalah ukuran seberapa sensitif harga obligasi akan berubah jika suku bunga bergerak 1%.
- Obligasi Jangka Panjang: Umumnya memiliki durasi yang lebih tinggi. Artinya, obligasi ini lebih sensitif dan harganya akan berfluktuasi lebih besar (turun lebih dalam saat suku bunga naik, dan naik lebih tinggi saat suku bunga turun).
- Obligasi Jangka Pendek: Memiliki durasi yang lebih rendah dan kurang sensitif terhadap pergerakan suku bunga.
Implikasi bagi Investor
Memahami hubungan terbalik ini sangat penting untuk strategi investasi:
- Saat Diprediksi Suku Bunga Naik: Investor cenderung menghindari obligasi berdurasi tinggi atau memilih obligasi dengan tingkat kupon mengambang (floating rate) untuk memitigasi risiko penurunan harga.
- Saat Diprediksi Suku Bunga Turun: Ini adalah waktu yang tepat bagi investor untuk mengakumulasi obligasi berdurasi tinggi, karena mereka akan mendapatkan kenaikan harga terbesar ketika suku bunga turun.
Singkatnya, risiko suku bunga adalah risiko yang harus ditanggung oleh pemegang obligasi. Harga obligasi adalah cerminan dari daya tarik imbal hasil kuponnya relatif terhadap suku bunga yang berlaku di pasar.
Semakin jauh obligasi tersebut dari tanggal jatuh temponya, semakin besar risiko yang ditimbulkan oleh pergerakan suku bunga.
SIMAK JUGA: 6 Keuntungan Investasi Obligasi yang Bikin Kamu Auto Sultan!
* Kuy cerdas investasi dan trading dengan artikel edukatif EduFulus lainnya di Google News. Dus, jika Anda ingin bekerjasama dengan kanal EduFulus, silakan hubungi tim di WA (0812 8027 7190) atau email: kalderanews@gmail.com.


Leave a Reply