The Path To Financial Freedom, EduFulus – Industri aset kripto global mencatat tahun yang fenomenal, menegaskan posisinya sebagai kelas aset yang tak lagi bisa diabaikan.
Didorong oleh reli dahsyat Bitcoin yang tumbuh lebih dari +120% Year-on-Year (YoY), jauh melampaui Emas (+15% YoY) dan indeks Nasdaq (+35% YoY), kapitalisasi pasar kripto global kini resmi menembus angka ambisius US$4 triliun.
SIMAK JUGA: Bitcoin “Rebound” ke $90.000! Ngarep The Fed dan Redanya ‘Gejolak’
Lonjakan ini bukan hanya soal harga, melainkan indikasi pergeseran struktural: dominasi investor ritel (perorangan) mulai digantikan oleh partisipasi aktif institusi berskala besar.
Kekuatan Baru Adopsi Institusional
Perkembangan positif ini juga bergema kencang di Indonesia. Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan nilai transaksi aset kripto pada Januari–September 2025 telah mencapai Rp409,56 triliun, dengan total investor menembus 18,61 juta konsumen per Oktober 2025.
Yang paling menonjol, Indonesia kini berada di peringkat ke-7 Global Crypto Adoption Index 2025, dengan posisi fantastis di kategori institusional (peringkat 7) dan DeFi (peringkat 4).
“Minat institusi terhadap aset digital kini meningkat sangat cepat, baik secara global maupun di Indonesia. Mereka tidak lagi melihat kripto sebagai tren jangka pendek, tetapi sebagai kelas aset strategis yang mampu memberikan diversifikasi dan potensi imbal hasil jangka panjang,” ujar Calvin Kizana, CEO Tokocrypto.
Peran OJK dan Trio Emiten BEI
Akselerasi institusi di Indonesia didukung oleh regulasi yang semakin jelas. Sejak pengawasan kripto resmi beralih ke OJK melalui POJK 27/2024, pintu masuk bagi badan usaha dan badan hukum untuk menggunakan layanan Pedagang Aset Keuangan Digital (PAKD) terbuka lebar.
Hingga Januari 2025, OJK mencatat ada 556 investor institusional yang telah berinvestasi pada aset digital. Di pasar modal, bahkan sudah ada tiga emiten Bursa Efek Indonesia (BEI) yang secara terbuka menempatkan sebagian aset mereka dalam bentuk kripto, yaitu: PT Eastparc Hotel Tbk (EAST), PT Wira Global Solusi Tbk (WGSH) dan PT Bali Bintang Sejahtera Tbk (BOLA)
Ketiga emiten ini diketahui memiliki portofolio Bitcoin (BTC), Ethereum (ETH), Solana (SOL), dan XRP.
Secara global, tren ini diperkuat oleh survei Coinbase yang mengungkap lebih dari 75% investor institusional berencana menambah alokasi dana ke aset digital sepanjang 2025.
Tokocrypto Merespons Tren dengan Layanan Eksklusif
Melihat potensi boom institusional yang akan datang, Tokocrypto meluncurkan pembaruan layanan Tokocrypto Prestige.
Program eksklusif ini ditujukan khusus bagi investor institusional dan pengguna VIP, menyediakan pengalaman investasi premium yang aman, personal, dan terstruktur.
“Melalui Tokocrypto Prestige, kami ingin menjawab kebutuhan institusi secara menyeluruh. Bukan hanya menyediakan akses perdagangan, tetapi membangun ekosistem yang mendukung eksplorasi aset digital secara strategis dan terukur,” jelas Calvin.
Layanan ini mencakup fasilitas strategis seperti manajer akun pribadi, akses prioritas, biaya transaksi kompetitif, dan dukungan operasional 24/7, seluruhnya diperkuat standar kepatuhan yang selaras dengan regulasi OJK.
“Kami melihat 2026 sebagai tahun percepatan berikutnya bagi adopsi institusional. Dengan regulasi yang semakin solid, Indonesia berpotensi menjadi salah satu pasar aset kripto paling progresif di Asia,” tutup Calvin.
SIMAK JUGA: Kelemahan dan Kekurangan Aplikasi Trading Kripto Milik TokoCrypto
* Kuy cerdas investasi dan trading dengan artikel edukatif EduFulus lainnya di Google News. Dus, jika ada yang tertarik menjalin kerjasama dengan di konten EduFulus, silakan hubungi tim di WA (0812 8027 7190) atau email: kalderanews@gmail.com


Leave a Reply