The Path To Financial Freedom, EduFulus – Pasar modal Indonesia sedang memanas. Permintaan insentif dari otoritas Bursa Efek Indonesia (BEI) kepada pemerintah dibalas dengan tamparan keras oleh Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa.
Purbaya dengan tegas menolak permohonan tersebut dan menuntut bursa untuk segera membersihkan praktik “saham gorengan” yang merusak kepercayaan publik dan merugikan investor kecil.
Keputusan Menkeu Purbaya bukan sekadar penundaan dukungan fiskal, melainkan sebuah ultimatum terbuka yang mempertanyakan integritas pengawasan di lantai bursa.
SIMAK JUGA: Rp1,7 Miliar Uang Pensiun Lenyap dalam 2 Hari: Korban Peretasan Sekuritas Ditelantarkan
“Dia minta insentif, saya bilang belum saya kasih sebelum dia rapikan kondisi pasar modal kita di mana banyak yang goreng-goreng tapi santai aja masih lenggang kangkung karena investor kecil jadi dirugikan,” ujar Purbaya usai berdialog dengan pelaku pasar modal di BEI, Kamis (9/10/2025).
Skandal di Balik Layar: Mengapa Investor Kecil Terus Jadi Korban?
Kritik tajam Purbaya secara langsung menunjuk pada kegagalan utama bursa: perlindungan investor ritel.
Saham gorengan—praktik manipulasi harga oleh segelintir pemain besar—adalah isu lama yang terus menghantui pasar. Harga saham dinaikkan dan diturunkan secara artifisial, membuat investor pemula dan kecil kehilangan modal tanpa dasar fundamental yang jelas.
Purbaya mempertanyakan prioritas BEI. Bagaimana mungkin bursa meminta insentif untuk pengembangan diri, sementara masalah mendasar yang merusak keadilan pasar dibiarkan begitu saja?
Insentif, yang notabene adalah dukungan menggunakan uang negara, seharusnya diberikan kepada institusi yang menjamin pasar yang sehat, bukan pasar yang penuh manipulasi.
“Jadi saya bilang, akan saya berikan insentif kalau Anda sudah merapikan perilaku investor di pasar modal. Artinya, yang goreng-gorengan dikendalikan sama dia lah supaya investor kecil terlindungi, baru saya pikirkan insentifnya,” tegas Purbaya, menjadikan penghapusan praktik curang sebagai syarat mutlak dan bukan sekadar imbauan.
Ancaman terhadap Visi “IHSG To The Moon”
Di satu sisi, Purbaya dikenal optimistis dengan masa depan pasar saham, bahkan menjanjikan IHSG akan “to the moon” seiring perbaikan ekonomi. Namun, kontradiksi ini tidak luput dari sorotan.
Janji pertumbuhan tinggi akan terasa rapuh jika fondasi pasar—yaitu kepercayaan—dirusak oleh pembiaran aktivitas spekulatif ilegal.
Kehadiran saham gorengan adalah sinyal buruk bagi calon investor baru dan investor asing yang menuntut transparansi. Tanpa penertiban serius, optimisme Menkeu justru bisa menjadi bumerang, sebab investor kecil akan terus trauma dan enggan kembali ke pasar.
Tuntutan Menkeu ini memaksa BEI untuk segera memilih: mengutamakan keuntungan jangka pendek dari insentif, atau membangun integritas jangka panjang dengan membersihkan manipulasi pasar?
Keputusan bursa saat ini akan menentukan apakah pasar modal Indonesia benar-benar berpihak pada keadilan, atau hanya menjadi arena bagi para “penggoreng” besar.
SIMAK JUGA: Ini Sekuritas Apa ya Kira-kira? Ratusan Juta Dana Investor di Sekuritas Ternama Tiba-Tiba Lenyap Hampir 90%
* Kuy cerdas investasi dan trading dengan artikel edukatif EduFulus lainnya di Google News. Dus, jika ada yang tertarik menjalin kerjasama dengan di konten EduFulus, silakan hubungi tim di WA (0812 8027 7190) atau email: kalderanews@gmail.com


Leave a Reply