Gonjang-ganjing IPO Superbank Terjawab, Hati-hati Gorengan Baru: CASA Ratio Rendah Hingga Kerugian Berturut-turut

PT Super Bank Indonesia Tbk (Superbank)
Aplikasi PT Super Bank Indonesia Tbk (Superbank) (EduFulus/GWK)
Sharing for Empowerment

The Path To Financial Freedom, EduFulus – Spekulasi seputar rencana penawaran umum perdana saham (IPO) oleh PT Super Bank Indonesia Tbk (Superbank) akhirnya terjawab. Calon emiten yang bergerak di sektor perbankan digital ini telah mematok harga penawaran di kisaran Rp525 hingga Rp695 per saham, menandai langkah besar mereka untuk resmi tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Superbank berencana melepas sebanyak-banyaknya 4.406.612.300 saham baru, setara dengan 13% dari total modal ditempatkan dan disetor penuh. Dengan harga ini, Superbank diproyeksikan akan meraup dana segar hingga Rp3,06 triliun.

Kenapa IPO Superbank Menarik? Performa “Di Atas Rata-Rata”

Meski Superbank tergolong pemain baru, data finansial perseroan menunjukkan performa yang agresif dan efisien. Net Interest Margin (NIM) Superbank berada di kisaran 10,64%, angka yang tinggi dan menandakan efisiensi superior dalam penyaluran dana. Pertumbuhan kredit (loan growth) Superbank mencatatkan hingga 84% Year-on-Year (YoY), yang menunjukkan ekspansi cepat namun sehat.

SIMAK JUGA: IPO Paling Aneh Tahun Ini? Misteri Dugaan Bocornya Prospektus Superbank Rp 5,3 T Sebelum ‘Ketok Palu’ OJK

CASA Ratio (rasio dana murah) yang masih rendah di 20,9% justru membuka peluang besar bagi Superbank untuk menekan biaya dana (cost of fund) di masa mendatang. Selain itu, dukungan penuh dari ekosistem Grab dan OVO memperkuat proses transaksi, akuisisi nasabah, dan potensi loyalitas jangka panjang.

Melampaui Pesaing: Keunggulan Superbank di Tengah Bank Digital Lain

Data laporan keuangan Kuartal III 2025 menunjukkan posisi kompetitif Superbank (Aset Rp16,5 triliun) dibandingkan pemain lain. Dari sisi efisiensi, NIM Superbank (10,64%) unggul dibandingkan Bank Jago/ARTO (8,31%) dan Allo Bank/BBHI (10,43%), meskipun masih di bawah Bank Neo Commerce/BBYB (14,81%).

Dalam hal pertumbuhan, Superbank mencatatkan loan growth 84% YoY, jauh melampaui Bank Jago (36% YoY), Allo Bank (15,6%), dan Bank Neo Commerce yang bahkan mengalami kontraksi kredit (-19,1%). Hanya Bank Aladin Syariah/BANK yang mencatat pertumbuhan lebih tinggi (103,9%).

Kinerja laba Superbank juga melonjak drastis menjadi Rp60,1 miliar, pertumbuhan tertinggi sebesar 121% YoY dan 199% QoQ dibandingkan hampir semua pesaing, kecuali lonjakan BBYB yang masif. Meskipun CASA Ratio Superbank (20,9%) masih tertinggal jauh dari Bank Jago (48,2%) dan BBYB (28,4%), hal ini justru menjadi peluang untuk perbaikan biaya dana di masa depan, sejalan dengan integrasi ekosistem.

Kerugian Berturut-turut

Superbank (SUPA) telah memutuskan untuk maju dengan IPO meskipun rekam jejak keuangannya menunjukkan kerugian bersih berturut-turut dari tahun 2022 hingga 2024, mencapai puncaknya pada Rp385,10 miliar di tahun 2023, sebelum sedikit membaik menjadi rugi Rp366,36 miliar pada 2024.

Kerugian historis ini terutama disebabkan oleh tingginya beban operasional, yang melampaui Rp1 triliun pada 2024, didominasi oleh beban umum dan administrasi serta beban penurunan nilai aset keuangan. Meskipun demikian, bank ini menunjukkan sinyal positif dengan peningkatan signifikan pada Pendapatan Bunga Bersih, yang mencapai Rp606,8 miliar pada tahun 2024, serta keberhasilan mencatat laba bersih Rp20,5 miliar pada semester pertama 2025.

Meskipun mulai mencatatkan laba di tengah tahun 2025, capaian tersebut belum cukup untuk menutupi akumulasi defisit masa lalu. Secara struktural, per Juni 2025, Superbank mencatat total aset sebesar Rp14,87 triliun dengan total ekuitas Rp5,32 triliun, namun kewajibannya membengkak menjadi Rp9,54 triliun.

Peningkatan kewajiban ini menjadi sorotan bersamaan dengan tantangan historis dalam mengendalikan beban operasional dibandingkan dengan pendapatan yang meningkat pesat

Alokasi Dana untuk Serangan Kredit dan Teknologi

Seluruh dana IPO yang diperoleh akan difokuskan untuk ekspansi. Sekitar 70% akan dialokasikan sebagai modal kerja untuk mendukung kegiatan penyaluran kredit.

Sementara itu, 30% sisanya akan dipergunakan untuk belanja modal, termasuk pengembangan produk dan penguatan fundamental teknologi informasi.

Untuk memuluskan aksi korporasi ini, Superbank menunjuk empat sekuritas ternama sebagai Penjamin Pelaksana Emisi Efek: PT Mandiri Sekuritas, PT CLSA Sekuritas Indonesia, PT Trimegah Sekuritas Tbk, dan PT Sucor Sekuritas.

Jadwal krusial yang dinanti investor adalah Masa Penawaran Awal (Bookbuilding) pada 25 November – 1 Desember 2025, dan Pencatatan Resmi di BEI pada 17 Desember 2025.

* Kuy cerdas investasi dan trading dengan artikel edukatif EduFulus lainnya di Google News. Dus, jika ada yang tertarik menjalin kerjasama dengan di konten EduFulus, silakan hubungi tim di WA (0812 8027 7190) atau email: kalderanews@gmail.com

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*