
AMSTERDAM, KalderaNews.com – Gubernur Jawa Barat sekaligus Social Media Enthusiast, Ridwan Kamil meminta pelajar Indonesia benar-benar menggunakan media sosial dengan niat baik, tidak untuk hoaxs, sehingga membawa keberkahan yang luar biasa.
Permintaan ini disampaikannya saat menjadi narasumber webinar Politics & Social Media (How Social Media Drives Policy Making) dalam rangkaian Indonesian Youthquake 2020 yang kali ini live di Youtube PPI Belanda pada Jumat, 7 Agustus 2020.
“Saya punya prinsip, siapa yang dekat dengan teknologi hidupnya akan lebih mudah, tetapi siapa yang jauh dari teknologi hidupnya akan susah dan keteteran. Kedua, sosial media itu ibaratnya seperti mobil. Dipakai kebaikan akan menghasilkan kebaikan-kebaikan yang lain, tetapi dipakai keburukan juga akan menghasilkan kemudaratan,” tegasnya diacara dengan moderator Muhammad Akram (Ph.D Student at Institute for Housing and Urban Development Studies (IHS), Erasmus University Rotterdam.
BACA JUGA:
- 4 Tip Kece Membangun Personal Branding buat Milenial dari Wakil Rektor 3 LSPR Jakarta
- Ya Ampun, Begini Ini To Susahnya Nyari Indekos di Belanda!
- Housing dan Family Allowance, Masalah Paling Pelik bagi Awardee LPDP
- Keren! Hasil Kerja Part Time Bisa Boyong Keluarga ke Belanda! Kok Bisa?
- Masak Bareng dan Kerja Part-Time Bukan Cara Paling Konyol untuk Survive di Belanda
- Gegar Budaya Mahasiswa Indonesia di Belanda, Apa yang Harus Dilakukan?
- Nuffic Puji Keterbukaan dan Transparansi LPDP
Kang Emil pun mencontohkan bagaimana sosial media yang dipakai hacker-hakcer dan hoaxs-hoaxs akan menghasilkan sebuah keburukan yang luar biasa masif. Tetapi kalau dipakai kebaikan itu juga akan luar biasa, atau hanya diniatkan untuk happy-happy update-update status pribadi juga nggak ada masalah.
“Tapi bedanya, saya ini bukan lagi sosok individu yang tanggungjawabnya hanya pada keluarga. Saya ini sosok yang harus bertanggungjawab kepada masyarakat maka ada perbedaan sebelum menjadi pejabat publik dan setelahnya.”
Ia mengakui setelah menjadi pejabat publik media sosialnya harus lebih banyak konten yang mengedukasi, konten-konten yang menginspirasi, konten-konten yang mengklarifikasi dan lain-lain.
Sebelum menjadi pejabat publik tentu hanya sekadar mengupdate situasi yang mayoritas sekarang dilakukan netizen, tetapi kalau presiden, gubernur, walikota dan lain-lain ada tanggungjawab karena media sosial sekarang itu dikutip. Semua yang tercantum menjadi jejak digital yang menurut teori komunikasi sekarang dikutip.

“Saya ada Twitter dengan 4 juta follower, Facebook 4 jutaan juga, kalau Instragram hari ini saya cek ada 12,7 juta. Yang lucu gini. Saya pernah ke Stockholm di Swedia, terus ada rapat dengan Menteri Luar Negeri Swedia,” kisahnya
“Dia bilang, Ladies and gentlemen, please welcome Ridwan Kamil, Governor of West Java who Instagram Follower more than our population. Dia bilang begitu,” akunya sambil ketawa.
Ia menambahkan penduduk Swedia itu cuma 10 juta, sementara followernya 12,7 jutaan.
Dari semua yang dibagikannya, poin yang ingin disampaikannya intinya bahwa sosial media adalah kebutuhan, kedua tujuan penggunaan ini gimana niatnya.
Karena pentingnya media sosial ini, tTak mengherankan kalau ia pun selama ini meminta dinas-dinas di Jawa Barat melakukan revolusi digital. Ia meyakinkan bahwa saat ini tidak ada ASN di dinas-dinasnya yang tidak punya media sosial. Tiap hari mereka ini diwajibkan melaporkan kegiatannya.
* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu.
Leave a Reply