Sisi Positif PJJ bagi Anak PAUD yang Dirasakan Orang Tua

Orangtua siswa TKK 11 PENABUR Jakarta, Joanita
Orang tua siswa TKK 11 PENABUR Jakarta, Gavrilla Joanita acara di Kidventure Webinar Program yang akan diselenggarakan TKK PENABUR Jakarta, Sabtu, 3 Oktober 2020 (KalderaNews/JS de Britto)
Sharing for Empowerment

JAKARTA, KalderaNews.com – Metode Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) dilakukan agar pendidikan tetap hadir, khususnya bagi anak-anak usia sekolah dalam suasana yang menyenangkan dan aman di tengah pandemi Covid-19.

Kalau bicara soal hal negatif PJJ, bisa saja orang dengan mudah untuk membuat listnya. Akan tetapi, di tengah pandemi Covid-19 pendidikan dalam bentuk apa pun tentu memiliki sisi positif karena yang namanya pendidikan anak itu harus terus dilakukan dalam suasana dan kondisi apa pun.

Orang tua siswa TKK 11 PENABUR Jakarta, Gavrila Joanita mengakui meski harus Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) setiap hari, tetapi ia menenukan kalau kedua putrinya tetap bersemangat dalam belajar.

BACA JUGA:

“Mereka menunjukkan sisi positif yang baru yaitu bertanggungjawab dan bisa menyiapkan sendiri meja dan kursi dan alat tulis mereka sebelum kelas online dimulai,” tegasnya di acara di Kidventure Webinar Program yang diselenggarakan TKK PENABUR Jakarta, Sabtu, 3 Oktober 2020 dengan menghadirkan Direktur PAUD Kemendikbud RI, Haris Iskandar sebagai keynote speaker dengan moderator Founder & Managing Director at REFO Indonesia, Pepita Gunawan

Narasumber yang hadir yakni Antonius Tanan seorang online learning specialist tentang stimulasi di masa keemasan anak dilanjutkan dengan diskusi panel yang dihadiri oleh Ketua BPK PENABUR Jakarta, Ir. Antono Yuwono dan Deputi Direktur Pelaksana BPK PENABUR Jakarta, Etiwati Tobing.

Joanita mengaku bangga karena kedua putrinya tahu akan belajar dan sadar harus belajar. Ia senang, meski Pembelajaran Jarak Jauh, ada hal-hal penting yang berkembang dalam diri buah hatinya.

“Juga keberanian dan kepercayaan diri mereka dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan dari para guru serta rasa sabar (kemampuan mereka untuk bersabar). Bersabar menunggu giliran jawaban dari para guru atau menunjukkan kalau pekerjaan mereka sudah selesai,” tandasnya.

Selain itu, meski dalam 3 bulan ini tidak ada pertemuan tatap muka (PJJ), nyatanya tetap ada hubungan kedekatan yang istimewa antara guru dan buah hatinya.

“Ini semua berkat kesiapan para guru dalam menyiapkan materi learning tools yang akan dikerjakan anak-anak kami, sehingga anak-anak tetap haus dalam belajar dan bersemangat dalam belajar hal-hal baru,” tandasnya.

Pengurus BPK PENABUR Jakarta Ketua 1 Bidang Pendidikan, Nina Risnawati
Pengurus BPK PENABUR Jakarta Ketua 1 Bidang Pendidikan, Nina Risnawati di Kidventure Webinar Program yang akan diselenggarakan TKK PENABUR Jakarta, Sabtu, 3 Oktober 2020 (KalderaNews/JS de Britto)

Sementara itu, Pengurus BPK PENABUR Jakarta Ketua 1 Bidang Pendidikan, Nina Risnawati dalam sambutannya menegaskaan kualitas PJJ tetap menjadi perhatian dan konsen karena 6 tahun pertama anak-anak merupakan usia keemasan (golden age).

Golden age merupakan suatu masa dimana bentuk-bentuk stimulan atau faktor-faktor penstimulir sangat berperan penting karena pada masa ini otak anak berkembang dengan sangat pesat.

Komitmen tersebut diwujudkan dalam pembentukan kurikulum yang sesuai untuk anak usia dini yang mencakup 6 aspek pengembangan yakni, nilai moral dan agama, sosial emosional, fisik motorik, bahasa, kognitif dan seni serta masih ditambah added value yakni pendidikan karakter inidivual berbasis nilai-nilai Kristiani.

“Saat ini PJJ adalah pilihan yang harus kita ambil. Kami menyadari bahwa dukungan dan kerja sama yang baik dari orang tua sangat dibutuhkan,” pungkasnya.

* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu.




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*