
JAKARTA, KalderaNews.com – Penguasaan bahasa asing merupakan konsekuensi globalisasi yang semakin pesat. Guru Ahli Bahasa Inggris dari English Language Institute of Singapore, Elaine Yeo mengakui, bahasa Inggris amat vital bagi kemajuan Singapura.
BACA JUGA:
- 6 Tips Gokil Lancar Bahasa Inggris di Masa Physical Distancing
- Dulu Bahasa Inggrisnya Ditertawakan, Sekarang Mahasiswa Indonesia Ini Lulus dari University of Nebraska
- Lulus SMA Mau Kuliah ke Luar Negeri, Albert Johansen Lay: Giat Belajar dan Skill Writing Inggris
“Kemampuan berbahasa Inggris sangat penting dalam dunia yang makin kompetitif. Kami mempersiapkan betul anak-anak kami. Ini karena pertumbuhan ekonomi yang knowledge-based dan industri jasa global makin berkembang,” tutur Elaine. Maka, Singapura menggunakan bahasa Inggris untuk pembelajaran di sekolah dan merupakan mata pelajaran wajib di jenjang dasar dan menengah.
Elaine mengatakan, di Singapura terdapat empat bahasa utama yang digunakan masyarakat, yaitu bahasa Melayu sebagai bahasa nasional, bahasa Inggris sebagai lingua franca yang dominan, bahasa Mandarin yang digunakan warga Singapura keturunan Cina, dan bahasa Tamil yang digunakan warga Singapura keturunan India.
Sementara, Asisten Profesor dan Wakil Dekan Fakultas Humaniora dan Ilmu Sosial, Universitas Chulalongkorn University, Thailand, Nirada Chitraka mengatakan, warga Thailand menggunakan bahasa Thailand sebagai bahasa nasional. Tetapi seperti Singapura, beberapa bahasa lain juga dikenal di Thailand, seperti bahasa Tochew (lazim dipakai generasi tua Cina Thailand), Bahasa Hindi/ Punjabi (generasi tua India Thailand), dan Bahasa Jawi (Jawa, Muslim Thailand Selatan).
“Selain itu, ada 14 bahasa minoritas yang terancam punah. Dapat dikatakan ini dampak pemakaian bahasa nasional juga,” tutur Nirada. Thailand juga memberlakukan pengajaran bilingual pada para peserta didik, yaitu bahasa Thailand dan bahasa Inggris.
Filipina memiliki kesamaan dengan Singapura dan Thailand di mana bahasa Filipina sebagai bahasa nasional dan bahasa Inggris dipakai sebagai sarana pengajaran dan pembelajaran (medium of teaching and learning/ MOTL).
Menurut Undersecretary Department of Education Filipina, Tonisito M.C. Umali, pemerintah Filipina sedang mengkaji dan berusaha meningkatkan kebijakan terkait bahasa menggunakan bukti-bukti ilmiah. Sebab, banyaknya laporan penurunan drastis dalam literasi dan kemampuan berbahasa secara umum masyarakat Filipina.
Hal tersebut dikemukakan dalam seminar regional bertajuk “Language Policy and Language Education” secara daring yang digelar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) bersama Southeast Asian Ministers of Education Organization (SEAMEO) Regional Center for Quality Improvement for Teachers and Education Personnel (QITEP) in Language (SEAQIL).
SEAQIL merupakan kerja sama negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) dalam bidang bahasa yang berkantor di Indonesia.
Seminar daring ini menemukan bahwa negara-negara ASEAN tetap memprioritaskan bahasa Inggris sebagai bahasa asing utama yang harus dikuasai siswa agar mampu bersaing di tingkat dunia. Direktur SEAQIL, Luh Anik Mayani mengatakan, “Kebijakan pendidikan bahasa yang baik adalah kunci keberhasilan pendidikan nasional. Sebab, bahasa adalah medium pembelajaran. Semoga diskusi ini bermanfaat untuk kita karena tiap negara butuh pertimbangan matang dalam merancang pendidikan bahasa,” kata Anik.
* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu.
Leave a Reply