Di Mesir Ada Papirus, Jepang Washi, Korea Hanji, Meksiko Papel Amate, Indonesia Ada Daluang. Apa Itu Daluang?

Seniman sekaligus perajin daluang, Ahmad Mufid Sururi
Seniman sekaligus perajin daluang, Ahmad Mufid Sururi (KalderaNews/Disdik Jabar)
Sharing for Empowerment

BANDUNG, KalderaNews.com – Mesir terkenal dengan papirus, Jepang dengan washi, Korea dengan hanji, dan Meksiko tersohor dengan papel amate. Lalu, bagaimana dengan Indonesia?

Di Indonesia sebenarnya dikenal dengan daluang. Daluang adalah kertas khas Indonesia yang terbuat dari kulit kayu pohon paper mulberry (Broussonetia Papyrifera Vent) yang dibuat dengan cara ditempa.

Dalam bahasa Sunda, pohon tersebut dikenal sebagai pohon saeh. Daluang telah menjadi Warisan Budaya Tak Benda oleh Kemdikbud pada 2014. Daluang juga difungsikan sebagai kertas untuk wayang beber.

BACA JUGA:

Seniman sekaligus perajin daluang, Ahmad Mufid Sururi menjelaskan, pembuatan kertas daluang bisa dibilang sempat mati. Tak banyak orang yang mengetahui jenis kertas tersebut. Dari sanalah Mufid memposisikan diri bukan hanya sebagai perajin daluang, tapi juga merawat ingatan bangsa bahwa daluang adalah peninggalan bersejarah Indonesia.

“Saat saya tahu daluang pada 2006, tidak banyak yang tahu siapa orang yang membuat daluang. Bahkan, yang tahu daluang juga sedikit sekali. Akhirnya, saya menjerumuskan diri ke daluang,” akunya dikutip dari situs Disdik Jabar.

Mufid pun tak hanya cukup memproduksi daluang, juga fokus pada literasi, eksplorasi, kolaborasi, dan edukasi seputar daluang.

Pada aspek literasi, ia tak henti meriset dan mengumpulkan literatur yang membahas seputar daluang. Menariknya, cerita Mufid, salah satu literatur menyebutkan bahwa pada masa silam – sebelum menjadi kertas – daluang difungsikan menjadi pakaian.

Pada aspek eksplorasi, saeh tak hanya dimanfaatkan Mufid untuk memproduksi daluang, tapi juga beraneka ragam prototipe karya seni, mulai dari tas, kanvas hingga alat musik.

“Makanya, saya lebih memilih disebut sebagai tukang saeh karena bisa lebih leluasa mengeksplorasi,” ucapnya sambil tersenyum.

Kecintaan Mufid pada daluang berbuah manis. Karyanya berhasil menjadi finalis kategori kain di ajang Global Eco Artisan Award tahun 2021. Perlombaan tersebut diadakan oleh AGAATI CALIFORNIA, brand fashion asal California, Amerika Serikat. Keikutsertaan Mufid pada ajang tersebut adalah jalur undangan. Mufid pun berhasil bersaing dengan 400 karya di 58 negara di dunia.

*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu.




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*