JAKARTA, KalderaNews.com – Stroke dan pneumonia tak hanya menyebabkan kematian, tetapi juga mendatangkan beban finansial yang signifikan. Sayangnya, kesadaran maupun akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan preventif yang dapat melindungi dari risiko beban finansial jangka panjang di masa depan masih terbilang rendah.
Managing Director American Chamber of Commerce (AmCham) Indonesia, A. Lin Neumann dalam keterangan persnya menegaskan anggaran mandiri untuk pelayanan kesehatan preventif sering dianggap sebagai pengeluaran tambahan yang tidak mendesak. Di sisi lain, pemanfaatan asuransi untuk mengakses layanan kesehatan preventif belum banyak.
Di acara Healthcare Access Summit 2021 ia menjelaskan dari sisi penyedia asuransi, keterbatasan tersebut antara lain disebabkan oleh kebingungan menentukan harga premi yang tepat untuk menjamin pelayanan kesehatan preventif. Sementara, pemilik polis mungkin tidak memahami persyaratan yang perlu dipenuhi untuk mengakses layanan kesehatan preventif.
BACA JUGA:
- Kenali Pentingnya Asuransi Banjir untuk Rumah dan Manfaatnya
- 4 Kiat Cerdas Pilih Asuransi. Hati-Hati Penipuan, Harus Kepo!
- Biaya Pendidikan Makin Tinggi, Asuransi Bisa Jadi Solusi
Untuk melindungi masyarakat dari risiko jangka panjang akibat penyakit menular maupun tidak menular, akses ke pelayanan kesehatan preventif perlu diperkuat.
Sementara itu Ketua Dewan Asuransi Indonesia, Hastanto Sri Margi Widodo menambahkan kunci dari pengembangan kemitraan antara pelaku industri farmasi dan asuransi terletak pada skema strategis yang saling menguntungkan. Misalnya, dengan mempermudah akses terhadap layanan kesehatan preventif melalui asuransi kesehatan, pemegang polis dan perusahaan asuransi dapat menekan risiko biaya rawat inap di masa depan.
“Melalui akses ke pelayanan kesehatan preventif, seseorang dapat mengantisipasi risiko serta menghindari biaya kesehatan substansial akibat penyakit tersebut di masa depan,” tambah Widodo.
Terpisah, Founder dan Chief Executive Officer (CEO) Qoala, Harshet Lunani dalam keterangan persnya menegaskan situasi menantang akibat pandemi Covid-19 membuat penyediaan layanan digital menjadi penting, mengacu pada perubahan kebiasaan konsumen yang kini serba online. Alhasil, kolaborasi dan pemanfaatan teknologi informasi dibutuhkan untuk menciptakan ekosistem digital sekaligus memajukan inklusi keuangan digital di Indonesia.
Perusahaan startup omnichannel yang bergerak di bidang teknologi asuransi (insurance technology/ insurtech), Qoala pun meluncurkan Qoala for Enterprise, lini bisnis yang bertujuan untuk memperkuat penawaran dari berbagai pemain ekonomi digital melalui asuransi.
Melalui Qoala for Enterprise, Qoala telah bekerja sama dengan Traveloka, Tokopedia, Shopee, Blibli, JD.ID, Digimap, Investree, SiCepat, OVO, Dana, termasuk juga dengan Momo (Vietnam) dan OYO (India).
“Asuransi dapat memberikan nilai-nilai baru untuk meningkatkan tingkat kepuasan pelanggan dan pendapatan pelaku bisnis, termasuk meningkatkan standar kualitas produk dan layanan pelaku bisnis dalam berbagai industri,” tandasnya.
Kerja sama ini juga memungkinkan partner bisnis Qoala menghemat ongkos untuk struktur biaya asuransi hingga mencapai 25 persen, serta mendapat pemasukan tambahan melalui sistem IT yang canggih.
“Dengan Qoala for Enterprise, Qoala ingin memberikan pengalaman berasuransi yang menyenangkan bagi semua orang. Bagi para pemain digital, kami siap untuk bekerja sama mengembangkan produk asuransi yang relevan untuk pelanggan,” tutup Harshet.
* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu
Leave a Reply