Mengentaskan Kebodohan di Kota Surabaya Tidak Mungkin Tanpa Sekolah Swasta

Simulasi Sekolah Tatap Muka di SMPN 1 Surabaya
Simulasi Sekolah Tatap Muka di SMPN 1 Surabaya (KalderaNews/Disdik Surabaya)
Sharing for Empowerment

SURABAYA, KalderaNews.com – Di hadapapan ribuan guru SD dan SMP, baik negeri maupun swasta, Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi mengaku tahu betul perjuangan guru dalam masa Pandemi Covid-19 ini sangatlah berat.

Para guru telah melakukan daya dan upaya untuk menciptakan kader bangsa yang hebat tidak melalui pembelajaran tatap muka, melainkan dalam jaringan (daring) atau online. Kemampuan dan inovasi para guru sangat dibutuhkan di masa-masa sulit seperti ini.

“Dalam peringatan Hari Pendidikan Nasional, kita bisa serentak bergerak untuk mewujudkan merdeka belajar dan kita semua meniru Ki Hajar Dewantara, Ing Ngarsa Sung Tulada, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani. Ini yang dicontohkan oleh Ki Hajar Dewantara,” ungkapnya saat pengarahan secara daring pada Senin, 5 Mei 2021.

BACA JUGA:

Eri Cahyadi yakin, Kota Surabaya menjadi kota yang hebat, pendidikan menjadi kuat ketika seluruh stakeholder, terutama guru, menjadi garda depan dalam mewujudkan pendidikan yang maju di Kota Surabaya.

Ia pun berharap para guru menanamkan kepada anak didik bahwa pendidikan harus dicari terus, ilmu ini harus didapat, tidak pernah berhenti belajar.

Para guru, lanjut Eri, juga tidak boleh tertinggal. Guru diharapkan memiliki kemampuan yang sama dengan peserta didik di bidang teknologi. Kalau tidak, peserta didik akan semakin tertinggal.

Meskipun demikian, ia memahami ada sebagian yang malas belajar dengan teknologi. Namun, mau tidak mau, guru harus belajar untuk pengajaran ke anak didik.

“Seperti yang sudah saya sampaikan tadi, belajar tidak pernah berhenti sampai napas terakhir, karena ilmu terus berkembang,” katanya.

Ia pun mengaku senang karena data jumlah guru dan peserta didik jenjang SD dan SMP mulai setara antara sekolah negeri dan swasta. Diharapkan, sudah tidak ada lagi perbedaan antara sekolah swasta dan negeri, sehingga pendidikan selama 9 tahun untuk anak didik di Kota Surabaya makin nyaman. Entah bersekolah di negeri atau swasta, tidak ada perbedaan kemampuan gurunya.

“Perbandingan 50 persen 50 persen guru swasta dan negeri, saya yakin bisa dijalankan oleh Kadispendik, sehingga pemerataan bisa terwujud di Kota Surabaya,” jelasnya.

Ia meyakini, tidak mungkin pemerintah jalan sendiri, tidak mungkin pemerintah bisa mengentas kebodohan di Kota Surabaya kalau tidak bergandengan tangan dengan sekolah-sekolah swasta di Kota Surabaya.

Sesuai dengan visi Pemkot Surabaya, Gotong Royong Menuju Surabaya Kota Dunia yang Maju, Humanis dan Berkelanjutan, tidak bisa lepas dari segi pendidikan.

* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu!




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*