
BANDUNG, KalderaNews.com – Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR) mengadakan webinar yang mengupas masalah yang terjadi dalam dunia bisnis zaman sekarang, pada beberapa waktu lalu.
Webinar dan Pembukaan Sustaining Competitive and Responsible Enterprises Universitas Katolik Parahyangan (SCORE UNPAR) Batch 6 mengusung tema “Webinar Bisnis, Untung atau Buntung?”
Hadir sebagai keynote speaker beberapa pengusaha, Riris Simanjuntak selaku pemilik dari PT. IndoRisakti, Maria Satriaputri selaku pemilik Spa Factory Bali, dan Cerry Marlencia selaku mahasiswa berprestasi UNPAR sekaligus generasi kedua Dapoer Sariwangi.
BACA JUGA:
Acara webinar tersebut, dimoderatori oleh Project Manager SCORE National, Januar Rustandie.
Mengingat pandemi banyak membawa penurunan kegiatan dan penurunan ekonomi di tengah masyarakat, maka melalui berwirausaha, diharapkan dapat membantu untuk meningkatkan dan memulihkan kemampuan ekonomi yang ada.
Walau kondisi pengangguran sudah menurun, namun kondisi pandemi masih membuat angka kemiskinan yang terus meningkat.
Selain berwirausaha, pendampingan terhadap Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) juga diharapkan dapat memulihkan kondisi tersebut dengan mencetak pengusaha UMKM yang tangguh, karsa, dan mandiri.
Riris mengatakan jika memiliki bisnis harus memiliki visi dan misi yang jelas untuk dapat menyatukan pemikiran dari berbagai pihak.
“Jadi arah perusahaan ini mau dibawa kemana itu tuh bisa lebih jelas gitu dan target-targetnya kan jelas ke situ gitu, jadi kita gak lari,” kata Riris.
Menurut Riris, modal bukan menjadi hambatan utama dalam suatu usaha. Hal tersebut dibuktikan Riris dalam prosesnya selama sepuluh tahun dalam dunia usaha keluarga.
Sejalan dengan Riris, Maria mengatakan pada usahanya yang berbentuk Business to Business (B2B), membangun reputasi menjadi suatu hal yang lebih penting untuk dapat diselesaikan.
“Karena dari situlah kami berkembang. Harus long term. Kerja sama juga dengan company lain. Karena B2B kita tidak bisa untung sekarang, setelah itu goodbye. Nggak bisa. Jadi harus kita membina hubungan baik dan kepercayaan itu yang sebetulnya kalau di kami itu modal yang paling utama,” kata Maria.
Sementara itu, Cerry mengatakan jika usahanya yang bergerak di bidang makanan memiliki tantangan pada digitalisasi terlebih pada kondisi pandemi yang membuat pembatasan pada pengunjung yang datang.
“Dimana pada saat digital ini mulai naik kita harus sama-sama nih sama orang tua juga gimana kita tetap mempertahankan baik namanya di offline maupun di online. Jadi nama di dua tempat ini baik,” katanya.
Lebih lanjut, dari pandangan seorang mahasiswa dan anak muda, dia mengatakan jika anak muda dapat berkontribusi dalam membantu suatu bisnis terutama pada bidang digitalisasi.
Cerry juga mengatakan jika mahasiswa dapat mengimplementasikan ilmu yang telah didapatkan pada dunia perkuliahan ke dalam dunia praktek. Dia mencontohkan dengan pengalamannya menjalankan kurikulum di Manajemen UNPAR yang membantu dalam menaikkan usaha milik keluarganya.
Diketahui bahwa, program SCORE merupakan hasil kolaborasi antara UNPAR dengan International Labour Organisasi (ILO) yang diadaptasi dan dibesut oleh BEDO (Business & Export Development Organization) yang masuk dalam Program Pengembangan Kewirausahaan (PPK) UNPAR.
Adapun program tersebut bertujuan melatih dan mendampingi UMKM dalam meningkatkan efektivitas manajerial dan produktivitasnya. Pada programnya yang ke-5, SCORE telah diadopsi oleh Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bappeda) Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bandung untuk menjadi model pembelajaran keberlanjutan UMKM di Kab. Bandung dan model tersebut bisa direplikasi oleh seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemkab Bandung.
*Jika artikel ini bermanfaat, silakan dishare kepada saudara, sahabat dan teman-temanmu.
Leave a Reply