Duh, Ekosistem Mikro di Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Masih Jauh dari Harapan

Resort-resort di Pantai Ora ini dibangun di atas laut dengan terumbu karang dan ikan beraneka warna menghiasi dasar laut
Resort-resort di Pantai Ora ini dibangun di atas laut dengan terumbu karang dan ikan beraneka warna menghiasi dasar laut (KalderaNews/JS de Britto)
Sharing for Empowerment

JAKARTA, KalderaNews.com – Rektor Universitas Hasanuddin (Unhas), Profesor Jamaludin Jompa, mengungkapkan bahwa konsep peradaban maritim sebagai pusat penting dunia seharusnya akan menjadi daya tarik bagi warga negara untuk menuju perubahan menuju Indonesia Emas 2045.

Namun, kenyataannya saat ini, ekosistem mikro di pesisir dan pulau-pulau kecil masih jauh dari harapan tersebut.

Menurut Jamal, saat ini kondisi ekologi di lingkungan pesisir dan pulau-pulau kecil terisolasi baik secara geografis maupun sosial, yang menghambat akses ke layanan dasar seperti pendidikan.

BACA JUGA:

Keterbatasan ini juga berkontribusi pada kemiskinan di daerah-daerah tersebut. Oleh karena itu, transformasi ekonomi yang diarahkan pada Indonesia Emas 2045 harus memprioritaskan kesejahteraan masyarakat pesisir.

“Cita-cita untuk membuat Indonesia menjadi negara yang berdaulat dan maju harus mencakup inklusi dan transformasi sosial untuk masyarakat pesisir, agar mereka dapat keluar dari lingkaran kemiskinan,” ujar Jamaludin saat memberikan Kuliah Ilmiah dalam acara Sarwono Memorial Lecture 2023 di Auditorium Soemitro Djojohadikoesoemo, Gedung BJ Habibie, Jakarta, pada Rabu (23/8).

Dalam kesempatan tersebut, Jamal mengusulkan pemberdayaan sosial, yakni sebuah kerangka kerja yang bertujuan membangun kesejahteraan dari tingkat masyarakat terbawah.

Salah satu langkahnya adalah dengan mengintegrasikan sumber daya lokal dan bantuan eksternal, mengkoordinasikan upaya antara komunitas setempat, pemerintahan daerah, dan pasar lokal sebagai dasar untuk mewujudkan inklusi ekonomi.

Tidak tanpa alasan, Jamal memberikan perhatian khusus terhadap ekosistem di masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil. Ini karena ia mengamati potensi besar lautan di Indonesia, terutama dalam hal pemanfaatan terumbu karang.

Sebagai Sekretaris Eksekutif di COREMAP (Coral Reef Rehabilitation and Management Program), Jamal menjelaskan bahwa COREMAP bukan hanya proyek untuk membangun ekosistem, melainkan juga untuk memberdayakan masyarakat yang tinggal di sekitar terumbu karang.

Ini karena terumbu karang di Indonesia merupakan pusat keanekaragaman hayati maritim. Namun, ironisnya, sebagian masyarakat yang tinggal di daerah pesisir dan pulau-pulau kecil, tempat terumbu karang berkembang, justru mengalami kemiskinan.

“Terumbu karang memiliki keindahan dan kekayaan yang luar biasa di satu sisi, namun di sisi lain, masyarakatnya hidup dalam kemiskinan dan keterbatasan,” ungkapnya.

Oleh karena itu, proyek COREMAP bertujuan untuk memberdayakan masyarakat di wilayah tersebut. Ini dilakukan dengan alasan pertama, untuk melindungi dan memperkuat terumbu karang itu sendiri, dan kedua, untuk memberikan alternatif sumber penghasilan kepada masyarakat, sehingga pemanfaatan terumbu karang dapat berkelanjutan.

Jamal menjelaskan bahwa ekosistem laut di pesisir mana pun saat ini menghadapi tantangan baik yang berasal dari alam maupun manusia. Salah satu tantangan alami yang sangat mengkhawatirkan adalah dampak global dari perubahan iklim, yang menyebabkan peristiwa penuaan karang.

“Di wilayah timur Indonesia, tantangan kita termasuk dalam bentuk perburuan ikan yang merusak, yang mengakibatkan kerusakan terumbu karang,” jelasnya.

Semua tantangan ini, menurut Jamal, harus diatasi, karena terumbu karang di Indonesia merupakan yang paling maju dan beragam di dunia. Oleh karena itu, dia merasa sangat disayangkan jika kerusakan terjadi. Ini merupakan anugerah Tuhan yang tak diberikan kepada bangsa lain.

“Oleh karena itu, pendekatan ilmiah yang kita kembangkan harus mencakup pemahaman yang komprehensif terhadap aspek ekologi, termasuk perubahan alamiah, namun juga penting untuk mendidik manusianya dengan baik.”

“Pendidikan bagi generasi penerus nelayan perlu diperbaiki, sehingga mereka memiliki kesadaran bahwa masa depan mereka bergantung pada kesehatan terumbu karang, yang harus dijaga dengan baik,” tegasnya.

Jamal berharap bahwa Indonesia tidak hanya dikenal sebagai negara dengan keindahan terumbu karang yang mengagumkan, tetapi juga mampu mengoptimalkan potensi ekonomi berbasis pariwisata bahari yang ditawarkan oleh terumbu karang tersebut.

Dengan demikian, harapannya, Indonesia dapat meraih visi Indonesia Emas 2045 dan keluar dari perangkap pertumbuhan ekonomi menengah.

Sebagai informasi tambahan, Jamal, yang lahir di Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan pada tanggal 8 Maret 1967, memiliki komitmen yang kuat terhadap pelestarian ekosistem terumbu karang dan pemanfaatannya.

Ia bercerita, “Suatu saat saya berada di perahu kecil dan melihat betapa luasnya laut ini, tanpa batas. Pada saat itu saya menyadari bahwa laut memiliki potensi yang luar biasa.”

Oleh karena itu, setelah menyelesaikan SMA pada tahun 1985, Jamal tanpa ragu memilih untuk mengambil jurusan perikanan di Unhas, dan ia lulus sebagai sarjana pada tahun 1989. Di Unhas, ia aktif sebagai Ketua Pusat Keunggulan untuk Ketahanan Kelautan dan Pembangunan Berkelanjutan.

Jamal juga memegang peran penting sebagai anggota Penasihat Bidang Ekologi Kelautan untuk Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Melalui posisi-posisi strategis ini, Jamal menjadi Direktur Pusat Penelitian dan Pengembangan Laut, Pesisir, dan Pulau-pulau Kecil di Unhas, Ketua Kelompok Penasihat Ilmiah untuk Komite Koordinasi Nasional, dan Anggota Dewan Komisi Nasional untuk Penilaian Stok Perikanan di Kementerian Kelautan dan Perikanan, serta Coral Triangle Center.

Ia menekankan bahwa laut adalah sumber makanan yang dapat mengatasi masalah gizi, stunting, dan penyakit lainnya.

Cek Berita dan Artikel KalderaNews.com lainnya di Google News

*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmuTertarik menjalin kerjasama dengan KalderaNews.com? Silakan hubungi WA (0812 8027 7190) atau email: kalderanews@gmail.com




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*