
BEIJING, KalderaNews.com – Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati mengungkapkan bahwa perubahan iklim yang berdampak pada ancaman serius krisis air harus menjadi perhatian global.
Menurutnya, perubahan dalam siklus hidrologi yang menyebabkan krisis air terjadi karena perubahan iklim yang cepat, yang dipicu oleh peningkatan emisi Gas Rumah Kaca dari aktivitas manusia.
Dwikorita mengatakan bahwa air adalah sumber daya vital yang mendukung keberlangsungan kehidupan manusia dan planet ini.
BACA JUGA:
- Kepala BMKG: Perubahan Iklim dan Kerusakan Lingkungan Picu Krisis Air yang Serius
- Waspada, Pulau Jawa Terancam Krisis Air. Lalu Apa Solusinya?
- Ini Lho 7 Penyebab Jepang Alami Depopulasi atau Krisis Jumlah Penduduk, Salah Satunya yang Bikin Melongo Resesi Sex
Oleh karena itu, pengelolaan air dengan efisien, berkelanjutan, dan adil untuk manusia dan lingkungan merupakan salah satu tantangan utama di abad ini.
Ia menekankan pentingnya partisipasi semua negara dalam mengatasi masalah air dan mengakui signifikansi air dalam pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat.
Hal ini ditekankan Dwikorita saat menjadi salah satu pembicara kunci dalam sesi High Level Panel yang membahas tentang ‘Infrastruktur Air yang Tangguh dan Keamanan Air Global’ dalam World Water Congress ke-18 di Beijing.
Ia menjelaskan bahwa masalah air melibatkan sektor-sektor lintas yang mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, seperti pertanian, energi, kesehatan, lingkungan, dan ketahanan iklim.
Oleh karena itu, komitmen politik yang kuat diperlukan untuk mengatasi masalah ini, dan jika tidak, prediksi Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) dan Organisasi Pertanian Pangan Dunia (FAO) mengenai krisis pangan global pada tahun 2050 bukanlah hal yang berlebihan.
Dwikorita juga menyoroti peran penting ilmu pengetahuan dalam bidang iklim dan layanan iklim terapan dalam mendukung pembangunan infrastruktur air yang tahan terhadap perubahan iklim yang terus meningkat.
Ia menekankan bahwa ilmu pengetahuan dan layanan iklim harus menjadi dasar bagi pengambilan kebijakan terkait dengan perubahan iklim dan pengembangan infrastruktur yang tahan terhadap perubahan iklim dan berkelanjutan.
Selain menjadi pembicara kunci dalam sesi High Level Panel, Dwikorita juga menjadi narasumber dalam salah satu acara sampingan yang merupakan bagian dari Kongres Air Dunia ke-18 tersebut.
Acara tersebut membahas persiapan untuk “World Water Forum ke-10 di Bali: Menuju ‘Air untuk Kemakmuran Bersama'”. Indonesia didaulat sebagai tuan rumah World Water Forum ke-10 tahun 2024 di Bali.
Cek Berita dan Artikel KalderaNews.com lainnya di Google News
*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu. Tertarik menjalin kerjasama dengan KalderaNews.com? Silakan hubungi WA (0812 8027 7190) atau email: kalderanews@gmail.com
Leave a Reply