JAKARTA, KalderaNews.com – Ternyata, kursi yang dipakai Paus Fransiskus adalah karya siswa SMK Pendidikan Industri Kayu Atas (PIKA) Semarang, Jawa Tengah.
SMK PIKA Semarang mendapatkan kehormatan untuk membuat kursi bagi Paus Fransiskus.
Awalnya, Kepala SMK PIKA, Marsono dihubungi pihak Katedral Jakarta untuk membuatkan dua buah kursi.
BACA JUGA:
- Paus Fransiskus Tanda Tangani Deklarasi Istiqlal, Begini Isi Lengkapnya!
- Menarik! Telah Terbit Prangko Seri Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia
- Jejak Pendidikan Paus Fransiskus, Penyandang Gelar Master Bidang Kimia
Kursi keberagaman siswa untuk Paus
Mula-mula, kursi tersebut didesain dengan berbagai ornamen yang serba mewah. Namun, panitia penyambutan Paus Fransiskus justru menghendaki desain yang sederhana saja.
Setelah melalui diskusi panjang, akhirnya desain kursi Paus adalah yang dibuat dari kayu jati dan rotan berbentuk gunungan.
Desain ini terinspirasi dari pintu masuk Katedral Jakarta serta gunungan wayang, dan satu kursi sofa dari kayu beech yang dihias bordir dengan logo kepausan.
Nah uniknya, SMK PIKA melibatkan 8 siswa dari beragam suku dan agama untuk pembuatan kursi Paus Fransiskus ini.
“Sehingga kursi ini memiliki makna keberagaman,” ucap Marsono.
Tak hanya itu, di kursi tersebut diselipkan tulisan beraksara Jawa, yang bermakna persembahan dari keluarga besar SMK PIKA Semarang.
Delapan siswa itu membutuhkan waktu sekitar 3,5 bulan untuk menyelesaikan dua buah kursi istimewa ini.
Materi dasar kursi ini menggunakan kayu jati dari daerah tandus, yang memiliki serat kayu halus serta memiliki kandungan minyak, sehingga dapat terhindar dari rayap.
Bukan kursi sembarangan
“Kami bahagia dan bangga bisa mendapatkan kepercayaan untuk membuatkan kursi yang akan diduduki oleh Paus Fransiskus,” kata Marsono.
Andrew Yulius Purnomo, siswa kelas XII SMK PIKA Semarang, yang ikut terlibat dalam pembuatan kursi tersebut menyatakan kegembiraan lantaran bisa berkontribusi membuat kursi istimewa untuk pemimpin tertinggi agama Katolik dunia.
Ia mengatakan, kursi yang dibuat ini bukanlah untuk orang sembarangan, sehingga perlu memperhatikan detail khusus seperti ukuran, desain, sampai materi yang digunakan.
“Kami belajar untuk menghormati antara satu dengan lainnya, karena kami di sini beragam. Terlepas dari tantangan dan kesulitan yang dihadapi, tentunya kami banyak mendapatkan pengalaman baru yang bermakna sekali,” kata Andrew.
Cek Berita dan Artikel KalderaNews.com lainnya di Google News
*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu. Tertarik menjalin kerjasama dengan KalderaNews.com? Silakan hubungi WA (0812 8027 7190) atau email: kalderanews@gmail.com.


Leave a Reply