
JAKARTA, KalderaNews.com – Wamen Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi Stella Christie mengingatkan tentang etika dan konsekuensi pemanfaatan artificial intelligence (AI) dalam pembelajaran.
Stella menjelaskan, pemanfaatan AI, seperti Chat GPT dalam belajar-mengajar haruslah mengedepankan konsekuensi dari pemanfaatan AI tanpa etika.
“Jadi sangat penting, tenaga pendidik harus bisa memperlihatkan dan meyakinkan konsekuensi-konsekuensi dari penggunaan AI yang tidak menganut etika,” tegas Stella.
BACA JUGA:
- Mahasiswa Wajib Tahu! Begini Panduan Resmi Penggunaan AI di Kampus, Bisa Download Di Sini!
- Apakah Kamu Cerdas? Cek Ciri Orang Cerdas Menurut Psikologi, Skor IQ Bukan Penentu Lho
- Gimana Sih Pembelajaran Coding dan AI di SD-SMP? Begini Kata Kemendikdasmen
Konsekuensi AI tanpa etika
Salah satu konsekuensi menggunakan AI tanpa etika, menurut Stella, adalah ketidakmampuannya dalam membedakan kualitas setiap karya, lantaran tumpulnya kepekaan serta daya kritis pengguna, akibat terlalu bergantung sepenuhnya pada AI.
Kata Stella, ketidakpekaan tersebut berakibat pada konsekuensi yang kedua, yaitu ketidakmampuan memproduksi hasil karya sendiri.
“Dosen pun kalau tidak mengedepankan etika AI, lambat laun akan menerima konsekuensinya juga, seperti tidak bisa membuat soal sendiri atau menulis tulisan akademik karena bergantung dengan Chat GPT,” tuturnya.
Konsekuensi ketiga, kata Stella, adalah ketidakmampuan dalam menentukan batas penggunaan AI, sehingga AI justru mengambil alih kehidupannya.
“Jadi, sekali lagi penekanan aspek etika itu bukan harus begini, harus begitu, tetapi kalau tidak dilakukan itu ada konsekuensinya,” paparnya.
Cek Berita dan Artikel KalderaNews.com lainnya di Google News
*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu. Tertarik menjalin kerjasama dengan KalderaNews.com? Silakan hubungi WA (0812 8027 7190) atau email: kalderanews@gmail.com.
Leave a Reply