Soal Gaya Kepemimpinan, Rektor UKSW: Saya Bukan Tipe Otoriter

Rektor Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga, Prof Dr. Intiyas Utami, S.E., M.Si., Ak
Rektor Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga, Prof Dr. Intiyas Utami, S.E., M.Si., Ak (KalderaNews/Dok. UKSW)
Sharing for Empowerment

SALATIGA, KalderaNews.com – Dalam forum dialog terbuka dengan mahasiswa bertajuk ‘Open Forum bersama Rektor Intiyas’ di Balairung Universitas, Jumat (16/05/2025) lalu, Rektor Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), Prof Dr. Intiyas Utami, S.E., M.Si., Ak menjawab pertanyaan mengenai gaya kepemimpinannya. Ia menegaskan bahwa dirinya bukan tipe pemimpin otoriter dan merasa menjalankan kepemimpinan yang demokratis.

“Kalau kita menjawab versi yang saya mau, ya, iya saya bukan tipe otoriter. Ya, apakah saya demokratis? Menurut saya iya,” jawab Rektor dengan singkat dan jelas.

Menanggapi isu pemecatan, Rektor mengakui memiliki alasan dan argumentasi yang kuat di balik setiap keputusan. Namun, ia juga menekankan haknya sebagai pemimpin untuk memiliki pertimbangan tersendiri.

BACA JUGA:

“Kalau bertanya pemecatan bagaimana? Saya punya alasan baik. Ada argumentasi? Ada. Iya, tapi kalau argumentasi saya juga tidak mau didengar, boleh enggak saya sebagai pemimpin punya pertimbangan?” tanya Rektor retoris yang kemudian dijawab “Boleh sekali Bu” oleh salah satu mahasiswa.

Rektor juga menanggapi pertanyaan mengenai visi membawa kampus ke arah yang lebih baik. Ia menyatakan bahwa hal tersebut adalah tujuannya, namun mengakui bahwa penyelesaian seluruh permasalahan di kampus adalah proses yang berkelanjutan. Ia bahkan balik bertanya mengenai ekspektasi mahasiswa terhadap kepemimpinannya.

Menariknya, salah satu mahasiswa yang memperkenalkan diri sebagai “buzzer” menyampaikan pandangannya mengenai sistem demokrasi dan peran pemimpin dalam menyerap keresahan.

Ia juga menyinggung soal persepsi mahasiswa terhadap rektor yang dianggap “marah-marah” saat berbicara cepat. Rektor dengan tenang menerima kritik tersebut dan meluruskan bahwa hal itu hanyalah persepsi yang mungkin dipengaruhi oleh kondisi suara saat itu.

Pertanyaan lain yang muncul adalah mengenai potensi Rektor untuk terjun ke politik setelah masa jabatannya. Dengan tegas, Rektor menyatakan, “Saya enggak minat.”

Lebih lanjut, mahasiswa menyampaikan apresiasi terhadap kepemimpinan Rektor yang dinilai terstruktur dan sistematis, namun juga menyoroti perlunya kedekatan dengan mahasiswa.

Persepsi mengenai jarak antara Rektor dan mahasiswa, termasuk isu mengenai “empat bodyguard”, juga menjadi perhatian. Rektor meluruskan bahwa orang-orang yang mendampinginya adalah tim frontliner yang bertugas membantu kelancaran acara dan komunikasi, bukan bodyguard dalam pengertian sebenarnya.

Ia juga meminta maaf jika ada mahasiswa yang merasa tidak tersapa dan menegaskan bahwa hal tersebut bukanlah kesengajaan.

Mengenai persepsi mahasiswa yang merasa Rektor berjarak, Rektor justru meminta masukan konkret mengenai tindakan yang dianggap menjauhkan diri dan bagaimana ia bisa memperbaikinya. Ia mencontohkan kejadian saat acara kewirausahaan di lapangan bola, dimana ia harus berpindah dari satu agenda ke agenda lain dengan cepat. Rektor sekali lagi meminta maaf jika ada mahasiswa yang merasa terlewatkan dan menegaskan bahwa ia tidak ingin dianggap sok sibuk.

Menanggapi permintaan mahasiswa agar tindakannya lebih konkret dalam mendekatkan diri, Rektor menyatakan kesediaannya menerima kritik dan masukan. Ia menekankan pentingnya komunikasi dua arah dan berjanji akan berusaha untuk lebih dekat dengan mahasiswa, sambil tetap menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pemimpin universitas.

Menanggapi kemungkinan adanya pihak-pihak yang belum bersedia hadir atau mendengarkan secara langsung dalam forum dialog, Rektor Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), Intiyas Utami, menyatakan bahwa pihaknya telah menyampaikan informasi dan sudut pandang universitas. Namun, ia juga menghormati keputusan setiap individu dan tidak memaksakan agar pandangannya harus diterima sebagai yang paling benar.

“Jika para pihak belum mau datang atau belum berkenan hadir dan tidak atau belum bisa mendengar secara langsung, ya paling tidak kami sudah menyampaikan. Namanya juga berkomunikasi, jadi berikan ruang juga bagi kami menyampaikan monggo dicerna, mau diterima boleh, belum diterima juga enggak papa,” pungkas Rektor dengan terbuka.

Cek Berita dan Artikel KalderaNews.com lainnya di Google News

*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmuTertarik menjalin kerjasama dengan KalderaNews.com? Silakan hubungi WA (0812 8027 7190) atau email: kalderanews@gmail.com




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*