HSPP Nasional Yayasan Tarakanita 2025: Strategi 3 Pintu Menuju Sekolah Minim Sampah

Tarakanita Tendean Bergerak di Hari Peduli Sampah Nasional
Peserta didik Sekolah Tarakanita Tendean di Hari Peduli Sampah Nasional (KalderaNews/Dok. Sekolah)
Sharing for Empowerment

JAKARTA, KalderaNews.com – Yayasan Tarakanita kembali menggelar Hari Studi Pembantu Pelaksana (HSPP) Nasional pada Sabtu, 30 Agustus 2025. Kegiatan yang dilaksanakan secara daring melalui Zoom Meeting sejak pukul 08.00 hingga 10.30 WIB ini diikuti oleh seluruh pembantu pelaksana dari tujuh wilayah Tarakanita di Indonesia.

Tidak hanya itu, tim KPKC (Keadilan, Perdamaian, dan Keutuhan Ciptaan) serta para struktural unit sekolah juga turut ambil bagian dalam kegiatan bersama ini.

Mengusung tema “Rumah Minim Sampah: Bisa! Goes to School, Strategi 3 Pintu untuk Mengurangi Sampah”, HSPP Nasional tahun 2025 menghadirkan dua narasumber utama, yakni Ignatius Hariyadi, S.Pd. (Tim KPKC Tarakanita Wilayah Jawa Tengah) dan Paulus Wargito, S.Pd. (Tim KPKC Tarakanita Wilayah Lahat). Jalannya diskusi dipandu oleh moderator Ansgaria Oscarita F., S.Pd. (Tim KPKC Tarakanita Wilayah Yogyakarta).

BACA JUGA:

Tujuan dari kegiatan ini tidak hanya memberi wawasan, tetapi juga menghadirkan praktik nyata. Tiga sasaran besar yang ingin dicapai adalah:

Memahami pendekatan belajar praktik minim sampah melalui kegiatan bermain kartu.
Mengenali persoalan sampah dalam perspektif produksi dan konsumsi berkelanjutan, melalui penerapan ”Strategi 3 Pintu”.

Mengaplikasikan konsep perubahan perilaku dalam kehidupan sehari-hari, khususnya di sekolah-sekolah Tarakanita.

Strategi Tiga Pintu

Pada bagian awal sesi, Ignatius Hariyadi memperkenalkan permainan kartu “Rumah Minim Sampah: Bisa!” yang dikembangkan sebagai modul riset dan eksperimen partisipatif.

Kartu ini mengajak peserta untuk menguji dan mempraktikkan ”Strategi Tiga Pintu” sebagai prinsip hidup minim sampah. Terdapat lima skenario permainan yang membuat peserta belajar dengan cara menyenangkan sekaligus reflektif. Kartu dibagi ke dalam tiga kelompok besar, yakni:

  • Pintu Depan: menggambarkan upaya meminimalkan penggunaan barang sekali pakai sebelum sampah tercipta.
  • Pintu Tengah: menampilkan cara memperpanjang masa pakai barang saat masih digunakan.
  • Pintu Belakang: menunjukkan langkah-langkah pengelolaan jika sampah sudah tidak bisa dicegah, seperti mendaur ulang atau mengolah kembali.

Hariyadi menekankan bahwa ”Strategi 3 Pintu” mengajarkan kesadaran bahwa sampah tidak lahir tiba-tiba. “Sampah adalah hasil dari pola produksi dan konsumsi kita. Jika sejak awal kita mampu menekan penggunaan barang sekali pakai, maka beban di pintu belakang akan berkurang drastis,” tegasnya.

Hari Studi Pembantu Pelaksana (HSPP) Nasional pada Sabtu, 30 Agustus 2025
Narasumber Hari Studi Pembantu Pelaksana (HSPP) Nasional Yayasan Tarakanita pada Sabtu, 30 Agustus 2025 (KalderaNews/Yayasan Tarakanita)

Dalam pemaparannya, Hariyadi juga mengajak peserta untuk mengkritisi empat budaya yang menjadi penyebab munculnya sampah, yaitu:1) Budaya Kumpul–Angkut–Buang, 2) Budaya ”Yang Penting Bukan (Tempat) Saya”, 3) Budaya Ambil–Pakai–Buang, dan 4) Budaya Praktisisme: Sekali Pakai–Buang.

Sebagai perbandingan, ada lima prinsip “hidup minim sampah” yang dapat menjadi pegangan:
Siklus memutar yang tidak putus-putus (alam sejatinya tidak menghasilkan sampah).

Kesadaran tiap siklus produksi dan konsumsi (sampah tidak muncul secara tiba-tiba, muncul karena proses yang salah sejak awal).
3R: Reduce, Reuse, Recycle.

Jika berhasil mencegah, maka kita tidak perlu repot menangani sampah.

Sampah adalah indikator lemahnya inovasi manusia dalam mengelola produksi dan konsumsi.

Pesan ini membuka ruang refleksi bagi para peserta bahwa mengurangi sampah bukan hanya soal teknis, melainkan juga soal cara pandang terhadap lingkungan.

Gerakan Pembiasaan PKT

Narasumber kedua, Paulus Wargito, membagikan pengalaman nyata mengenai pengelolaan sampah di lingkungan Yayasan Tarakanita. Praktik pengelolaan sampah di sekolah sudah lama digalakkan melalui gerakan pembiasaan PKT, seperti (Pengelolaan Sampah, Gerakan Cinta Lingkungan, dan 3R).

Gerakan pembiasaan ini bukan hanya slogan, tetapi dilengkapi dengan filosofi kegiatan dan bukti keberhasilan nyata di unit sekolah. Ia juga memaparkan mengenai pengolahan sampah organik menjadi pupuk kompos.

Peserta diberi wawasan tentang berbagai jenis dekomposer yang bisa digunakan serta cara membuat kompos secara sederhana. Dengan demikian, sampah yang awalnya dianggap masalah bisa menjadi sumber daya baru yang bermanfaat.

Dalam peneguhan di akhir sesi, Yustina Sri Hartati, M.Pd. selaku Koordinator KPKC Yayasan Tarakanita, menyampaikan pesan mendalam bahwa sampah adalah persoalan nyata di manapun berada.

“Strategi permainan kartu minim sampah adalah cara kreatif untuk mengedukasi semua pihak, dari pembantu pelaksana, guru, hingga siswa. Dengan cara yang menyenangkan, kita belajar bahwa mengelola sampah bukan beban, melainkan kebiasaan baik yang bisa kita mulai dari diri sendiri,” tuturnya.

Ia menegaskan bahwa Yayasan Tarakanita telah lama mencoba menerapkan Strategi Pintu Depan melalui gerakan Pantikfoam (Pantang Plastik dan Styrofoam).

Upaya ini menjadi langkah awal agar komunitas Tarakanita tidak hanya menjaga kebersihan sekolah sendiri, tetapi juga tidak membebani lingkungan di tempat lain dengan sampah yang dihasilkan.

“Jangan sampai tempat kita bersih, tetapi orang lain menanggung sampah kita. Harapan kami, ke depan setiap kegiatan Tarakanita dapat berjalan tanpa menghasilkan sampah,” tambahnya.

Keadilan, Perdamaian, dan Keutuhan Ciptaan (KPKC)

Kegiatan HSPP Nasional 2025 berlangsung dengan penuh antusiasme. Peserta dari tujuh wilayah Tarakanita terlihat aktif dalam diskusi, baik saat sesi tanya jawab maupun ketika mencoba memahami strategi melalui kartu interaktif.

Melalui HSPP Nasional 2025, Yayasan Tarakanita kembali meneguhkan komitmen pada Keadilan, Perdamaian, dan Keutuhan Ciptaan (KPKC). Strategi 3 Pintu, praktik bermain kartu, hingga pengolahan kompos menjadi jalan konkret menuju gaya hidup berkelanjutan.

Hari Studi kali ini menjadi bukti bahwa pembantu pelaksana memiliki peran strategis, bukan hanya menjaga kebersihan, tetapi juga sebagai agen perubahan budaya ramah lingkungan di sekolah.

Dengan semangat kebersamaan, HSPP Nasional 2025 menegaskan bahwa “Rumah Minim Sampah: Bisa!” bukan hanya wacana, tetapi gerakan nyata yang dimulai dari komunitas Tarakanita. (Penulis: Petrus Mundana, S.Pd., Tim KPKC Tarakanita Wilayah Bengkulu)

Cek Berita dan Artikel KalderaNews.com lainnya di Google News

*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmuTertarik menjalin kerjasama dengan KalderaNews.com? Silakan hubungi WA (0812 8027 7190) atau email: kalderanews@gmail.com.

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*