
SIDOARJO, KalderaNews.com – Jeritan harapan dan kecemasan keluarga mengiringi proses evakuasi dramatis di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Sidoarjo, Jawa Timur, memasuki hari ketiga, Rabu (1/10/2025).
Sekitar 91 santri diperkirakan masih tertimbun di bawah reruntuhan mushala tiga lantai yang ambruk pada Senin sore (29/9/2025) pukul 15.00 WIB, tepat saat para santri sedang menunaikan salat Ashar.
BACA JUGA:
- Inilah Identitas Lengkap 3 Santri Ponpes Al Khoziny yang Meninggal, Puluhan Lainnya Masih Dicari di Reruntuhan
- Inilah 68 Pondok Pesantren yang Meraih Penghargaan Anugerah Satu Abad Nahdlatul Ulama
- 2 Cara Cek Pondok Pesantren Sudah Terdaftar di Kemenag, Orangtua Wajib Tahu!
Saat ini, upaya penyelamatan telah memasuki periode krusial yang dikenal sebagai ‘golden time’, di mana peluang korban untuk bertahan hidup di tengah reruntuhan semakin tipis.
Perjuangan Manual di Tengah Kecemasan
Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang disampaikan Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan, Abdul Muhari, mencatat 91 orang masih diduga terjebak material bangunan. Total korban yang berhasil dievakuasi per Selasa malam adalah 100 orang, dengan rincian:
- Meninggal Dunia: 3 orang. Tiga santri yang wafat adalah Maulana Affan Ibrahimafic (15), Mochammad Mashudul Haq (14), dan Muhammad Soleh (22).
- Rawat Inap: 26 orang.
- Dipulangkan/Selesai Dirawat: 70 orang.
Namun, upaya penyelamatan 91 santri yang tersisa menghadapi dilema besar:
Evakuasi Manual Diutamakan: Tim SAR gabungan yang melibatkan 332 personel dari Basarnas, BPBD, TNI, Polri, dan relawan memilih melakukan upaya penyelamatan secara manual. Mereka menggali celah di antara puing-puing atau membuat lubang akses untuk menjangkau korban yang diduga berada di tengah reruntuhan.
Ekskavator Ditahan: Meskipun dua alat berat (ekskavator) telah disiagakan, penggunaannya sementara belum dilakukan. Hal ini dikarenakan getaran yang ditimbulkan dikhawatirkan dapat memperparah kondisi reruntuhan dan memicu ambruk susulan, yang sangat berisiko bagi korban yang mungkin masih hidup.
Sinyal Kehidupan dan Harapan di Balik Beton
Di tengah kesulitan, tim SAR menemukan titik terang yang memicu semangat juang mereka. Kepala Kantor Basarnas Surabaya, Nanang Sigit, mengungkapkan kesaksian pilu namun penuh harapan dari lokasi.
Tim SAR berhasil mendeteksi dan bahkan berkomunikasi dengan sejumlah santri yang masih terjebak. Mereka merespons, bahkan ada yang menggerakkan kaki atau bagian tubuh lain. Sinyal kehidupan ini menjadi alasan utama mengapa evakuasi manual tetap dipertahankan.
“Mereka merespons. Ada dengan menggerakkan kakinya. Artinya, kita melihat masih ada tanda-tanda kehidupan di sana,” kata Nanang.
Untuk menjaga kondisi para korban yang terdeteksi masih hidup, petugas telah menyalurkan makanan dan minuman melalui celah-celah reruntuhan sambil terus berupaya membuat akses evakuasi.
Seluruh upaya difokuskan untuk menjangkau para santri yang masih memiliki kemungkinan bertahan hidup sebelum periode golden time benar-benar berakhir.
Keluarga korban kini hanya bisa menunggu dengan kecemasan mendalam di tengah posko, berharap mukjizat hadir membawa kabar keselamatan bagi putra-putra mereka dari balik tumpukan beton yang memisahkan mereka.
Cek Berita dan Artikel KalderaNews.com lainnya di Google News
*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu. Tertarik menjalin kerjasama dengan KalderaNews.com? Silakan hubungi WA (0812 8027 7190) atau email: kalderanews@gmail.com
Leave a Reply