Diduga Berkelahi dengan Anak Sopir Wabup, Siswa SMP di Subang Berhenti Sekolah Tanpa Surat Resmi

Seorang siswa SMP di Kabupaten Subang, Jawa Barat, berinisial DI berusia 14 tahun, terpaksa berhenti sekolah dan berjualan (KalderaNews/Ist)
Sharing for Empowerment

SUBANG, KalderaNews.com – Seorang siswa SMP di Kabupaten Subang, Jawa Barat, berinisial DI berusia 14 tahun, terpaksa berhenti sekolah setelah terlibat keributan dengan teman sekelasnya.

Adapun teman sekelasnya ini diduga merupakan anak sopir Wakil Bupati Subang. Video kejadian tersebut sempat viral di media sosial dan menimbulkan banyak reaksi dari publik.

Hampir dua pekan terakhir, DI mengisi hari-harinya dengan membantu berjualan es teler dan jajanan anak sekolah bersama kakaknya di depan SMP Negeri 2 Subang.

Remaja yang sebelumnya duduk di kelas 8 SMP Negeri 5 Subang itu kini memilih berjualan demi membantu perekonomian keluarga sambil berharap dapat kembali bersekolah.

BACA JUGA:

Dikeluarkan Tanpa Surat Resmi

Keluarga menyebut bahwa pihak sekolah telah menjatuhkan sanksi tegas dengan mengeluarkan DI hanya melalui lisan, tanpa surat resmi maupun proses mediasi.

Sementara pelajar lain yang diduga sebagai anak sopir Wakil Bupati disebut tetap bersekolah. Kondisi itu dinilai keluarga sebagai bentuk ketidakadilan.

“Adik saya dikeluarkan tanpa penjelasan apa pun, bahkan tidak ada surat peringatan atau pemberitahuan kepada keluarga, DI dikeluarkan hanya dengan secara lisan,” ujar kakak DI, Pandu, Jumat (21/11/2025).

Kasus ini semakin menjadi perhatian publik setelah video perkelahian tersebut diunggah ke media sosial oleh keluarga. Unggahan itu memunculkan banyak komentar dan dukungan terhadap DI.

Menanggapi polemik tersebut, pihak sekolah memberikan bantahan. Kepala SMP Negeri 5 Subang, Hoerudin, menegaskan bahwa mereka tidak pernah mengeluarkan siswa tersebut secara sepihak.

“Ini bukan dikeluarkan tapi orang tua yang mendatangi meminta pengunduran diri,” jelas Hoerudin.

Dalam pernyataannya, ia juga mengatakan bahwa keputusan keluar dari sekolah dilakukan atas permintaan keluarga karena akan memindahkan DI ke pesantren.

“Kami pihak sekolah tidak pernah mengeluarkan siswa itu. DI keluar atas permintaan pihak keluarga karena akan dipindahkan ke pesantren,” ungkapnya.

Pihak keluarga berharap sekolah bersikap transparan dan menegakkan aturan dengan adil bagi seluruh siswa tanpa memandang latar belakang.

Cek Berita dan Artikel KalderaNews.com lainnyadi Google News

*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmuTertarik menjalin kerjasama dengan KalderaNews.com? Silakan hubungi WA (0812 8027 7190) atau email: kalderanews@gmail.com.

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*