Bangunan Sekolah Dinilai Tidak Layak dan Memprihatinkan, Video Siswa MI Bojonegoro Viral dan Banjir Kritik

Akses Pendidikan Memprihatinkan, Sekolah Darurat di Bojonegoro Jadi Sorotan Publik (KalderaNews/Tiktok @mas_towo9)
Sharing for Empowerment

BOJONEGORO, KalderaNews.com- Sebuah video yang memperlihatkan kondisi bangunan sekolah darurat di Dusun Koripan, Desa Napis, Kecamatan Tambakrejo, Kabupaten Bojonegoro, mendadak viral di media sosial.

Dalam video tersebut tampak puluhan siswa Madrasah Islamiyah (MI) harus mengikuti kegiatan belajar-mengajar di bangunan yang tidak layak, berdinding papan kayu dan berlantai tanah.

Video berdurasi sekitar 40 detik yang diunggah akun TikTok @mas_towo9 itu langsung memicu reaksi keras dari warganet.

Ratusan komentar bernada kritik ditujukan kepada pemerintah daerah karena masih ada fasilitas pendidikan yang kondisinya memprihatinkan, terlebih Bojonegoro dikenal sebagai daerah kaya minyak dan gas.

BACA JUGA:

“Hampir gak percaya ya, Bojonegoro gudang minyak jek onok (masih ada) sekolah koyok ngunu (kayak itu),” tulis akun @seniper22.

“Aku gak nyangka, APBD (Bojonegoro) banyak kok masih ada sekolahan seperti itu. Memalukan sekali,” tambah akun @mas gotong.

Kepala Desa Ungkap Bangunan Sekolah Dibangun Secara Swadaya

Kepala Desa Napis, Mulyono pun membenarkan isi video tersebut. Ia menjelaskan bahwa bangunan darurat itu merupakan hasil swadaya masyarakat sekitar yang didirikan sekitar lima bulan lalu. Beberapa material bangunan bahkan berasal langsung dari rumah miliknya.

“Baru lima bulan ini warga swadaya membangun gedung sekolah yang viral itu. Bahkan sebagian material berasal dari rumah saya, seperti pintu dan lainnya,” terang Mulyono, Rabu (26/11/2025).

Ia menambahkan, kebutuhan mendesak untuk memiliki ruang belajar sendiri muncul karena jarak menuju Sekolah Dasar Negeri (SDN) Napis mencapai sekitar dua kilometer dan harus melewati sungai tanpa jembatan.

Ketika musim hujan tiba, sungai kerap meluap sehingga Dusun Koripan terisolasi, membuat siswa tidak memungkinkan berangkat ke sekolah formal.

“Jarak dari SDN kurang lebih 2 kilometer. Sehingga warga gotong royong membangun sekolah darurat tersebut,” jelasnya.

Saat ini, bangunan darurat tersebut digunakan oleh 35 siswa. Rinciannya: kelas 1 sebanyak 18 siswa, kelas 2 lima siswa, kelas 3 kosong, kelas 4 enam siswa, kelas 5 enam siswa, dan kelas 6 tanpa murid.

Ruang belajar yang dipakai terhubung dengan salah satu lembaga pendidikan berbasis madrasah di Desa Napis. Kondisi bangunan yang jauh dari standar kelayakan ini memunculkan kekhawatiran warga terkait masa depan pendidikan anak-anak di wilayah pedalaman Tambakrejo.

Masyarakat berharap perhatian dari pihak berwenang agar para siswa dapat belajar di lingkungan yang lebih aman, memadai, dan tidak lagi bergantung pada bangunan darurat.

Cek Berita dan Artikel KalderaNews.com lainnyadi Google News

*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmuTertarik menjalin kerjasama dengan KalderaNews.com? Silakan hubungi WA (0812 8027 7190) atau email: kalderanews@gmail.com.

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*