MALANG, KalderaNews.com – Para tokoh agama dan mahasiswa bersatu di Dome Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Mereka menyerukan persatuan bangsa.
Acara talkshow Generasi Muda Lintas Agama dan Kepercayaan ini merupakan kolaborasi UMM bersama Forum Kerukunan Antar Umat Beragama (FKAUB) Malang.
Selain talkshow, acara juga diisi dengan tari Nusantara, kuda lumping, pembacaan teks proklamasi, teatrikal dan lain sebagainya.
BACA JUGA:
- UII Yogyakarta Kukuhkan Profesor di Bidang Ilmu Kimia dan Pengantar Rancang Kota
- Obama Buka Beasiswa Kepemimpinan Dunia, Ada Tunjangan Biaya Hidup di New York
- Peluang Magang di Organisasi Internasional di Swiss, Pendaftaran Tutup 7 November 2023
Bahasa perkuat persatuan bangsa
Kepala Staff Khusus Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Romo Benny Susetyo hadir sebagai pembicara.
Romo Benny menjelaskan bahwa penggunaan bahasa Indonesia menjadi salah satu faktor penting yang memperkuat keutuhan bangsa.
“Komunikasi itu sangat penting. Kita punya satu bahasa pemersatu yakni bahasa Indonesia yang memiliki dampak rasa kekeluargaan yang sangat kuat. Kita ambil contoh India yang sampai saat ini masyarakatnya sulit bersatu karena tidak memiliki bahasa pemersatu seperti kita,” ujarnya.
Ia juga memberikan apresiasi tinggi pada Kampus Putih. Meski UMM merupakan kampus berbasis Islam, namun mampu mengimplementasikan kerukukan antar umat beragama.
Hal tersebut dibuktikan dengan tidak adanya rasa eksklusif pada diri sivitas akademika Kampus Putih, termasuk para mahasiswanya.
Hati-hati ideologi transnasional
Sementara, Asisten Deputi Revolusi Mental Kemenko PMK RI Maman Wijayan menilai, kini generasi muda menghadapi tantangan pola pikir yang skeptis sekaligus memasuki era post truth.
Maka, ia mengimbau agar generasi muda waspada terhadap musuh-musuh ideologi Pancasila.
“Saat ini, musuh kita sudah bertransformasi menjadi penjajah yang tidak terlihat. Hati-hati dengan ideologi transnasional,” tegasnya.
Menurut dia, ideologi transnasional yang berbahaya tersebut dapat memunculkan berbagai pandangan yang menciptakan kembali neo-komunisme serta neo-liberalisme.
Apalagi mengingat bahwa ideologi ini dapat mudah masuk ke generasi muda yang masih belum matang dalam alur logikanya.
“Jangan bosan-bosan menambah ilmu dan memperkuat ideologi Pancasila. Pemikiran dengan alur logika yang kurang matang itu berbahaya. Apalagi jika tidak selektif dalam memilah informasi di era digital,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel KalderaNews.com lainnya di Google News
*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu. Tertarik menjalin kerjasama dengan KalderaNews.com? Silakan hubungi WA (0812 8027 7190) atau email: kalderanews@gmail.com


Leave a Reply