Wamen Stella Christie Ngaku Punya Laptop Sendiri di Tahun Kedua Kuliah di Harvard University

Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamendikti Saintek) Stella Christie
Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamendikti Saintek) Stella Christie (KalderaNews/JS de Britto)
Sharing for Empowerment

JAKARTA, KalderaNews.com – Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamendiktisaintek) Stella Christie membagikan kisah inspiratifnya saat berkuliah di Harvard University, menekankan pentingnya mencari peluang di luar zona nyaman untuk mewujudkan potensi diri.

Dalam pembekalan Beasiswa Garuda dan Beasiswa Indonesia Maju (BIM) 4, Stella mengingatkan para penerima beasiswa bahwa kesempatan tidak datang begitu saja.

Stella mengenang masa kuliahnya di Harvard, dimana beasiswa hanya mencakup biaya kuliah, akomodasi asrama, dan makan.

BACA JUGA:

Konsekuensinya, ia harus mencari cara sendiri untuk membiayai perjalanan pulang ke Indonesia, membeli buku pelajaran, perlengkapan sekolah, bahkan komputer. Ia mengaku baru memiliki laptop sendiri di tahun kedua kuliah dan bergantung pada laboratorium komputer kampus di tahun pertama.

Kebutuhan untuk hiburan seperti menonton film di bioskop atau makan di restoran pun harus ia usahakan sendiri.

“Saya dipaksa oleh keadaan untuk pintar-pintar mencari dan melihat peluang yang ada di sekitar saya,” kenang Stella.

Ia menyampaikan ini kepada para penerima beasiswa saat ini, yang menurutnya sudah berada di zona yang cukup nyaman dengan beasiswa yang ada.

“Jangan berhenti di comfort zone. Saya jamin kalau kalian berhenti di comfort zone, kalian tidak akan bisa mewujudkan potensi diri sendiri,” tegasnya.

Stella memberikan contoh konkret pengalamannya mencari peluang di luar beasiswa utama. Meskipun sudah kuliah di Amerika Serikat, ia ingin merasakan pengalaman belajar di negara lain tanpa biaya tambahan.

Ia mencari informasi dan menemukan adanya beasiswa kecil untuk kuliah di luar negeri. Akhirnya, ia memilih mengambil kelas bahasa Mandarin, karena kesempatan belajar di Tiongkok saat itu sangat banyak.

Meskipun bukan jurusan utamanya, kelas ini membuka pandangannya terhadap budaya dan bahasa lain, yang tanpa disangka bermanfaat hingga kini.

Selain itu, Stella juga mencari dan mendapatkan kesempatan bekerja di laboratorium. Ia menjelaskan bahwa pekerjaan laboratorium tidak selalu bergengsi; ada banyak tugas yang terkesan monoton, namun semua itu membuka matanya terhadap potensi yang dapat ia kembangkan di luar bidang studinya saat itu.

Cek Berita dan Artikel KalderaNews.com lainnya di Google News

*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmuTertarik menjalin kerjasama dengan KalderaNews.com? Silakan hubungi WA (0812 8027 7190) atau email: kalderanews@gmail.com.

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*