CILEUNGSI, KalderaNews.com – Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti menegaskan kembali pentingnya konsep “sekolah aman” setelah atap SMKN 1 Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, ambruk pada Rabu, 10 September 2025.
Peristiwa tragis ini melukai puluhan siswa dan guru, dan menjadi pengingat bahwa bencana tidak selalu datang dari alam, tetapi juga bisa dari kelalaian dalam pemeliharaan infrastruktur.
Menurut Abdul Mu’ti, setiap sekolah wajib melakukan pengecekan kondisi fisik bangunan secara rutin, bahkan hal ini menjadi salah satu poin penilaian dalam proses akreditasi.
BACA JUGA:
- 27 Sekolah Rusak Akibat Gempa, Mendikbud: Tetap Semangat dan Segera Bangkit
- Data Terkini, Gempa Sulbar Ternyata Rusak 103 Sekolah
- Peneliti LIPI: Bencana Alam Terus Berulang, Pentingnya Pendidikan Kebencanaan
Namun, ia juga menyadari bahwa pengecekan detail seperti kondisi struktur bangunan berada di luar keahlian kepala sekolah.
“Sekolah memang seharusnya melakukan pengecekan dan pelaporan kondisi fisiknya secara berkala. Tapi yang seperti ini di luar kemampuan kepala sekolah, karena mereka bukan ahlinya,” kata Mu’ti saat meninjau lokasi kejadian pada Kamis, 11 September 2025.
Bantuan Darurat dan Perbaikan Jangka Panjang
Untuk memastikan kegiatan belajar mengajar tetap berjalan, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) telah mendirikan tiga tenda darurat di area sekolah.
Sementara waktu, pihak sekolah memutuskan untuk memberlakukan pembelajaran jarak jauh (daring) hingga hari Jumat. Pembelajaran tatap muka akan kembali dimulai pada Senin depan, dengan menggunakan tenda darurat sebagai ruang kelas sementara.
Kemendikdasmen juga bergerak cepat menyiapkan anggaran untuk perbaikan. Abdul Mu’ti menyatakan, kementerian akan mengucurkan dana sebesar Rp2 miliar untuk perbaikan tiga bangunan yang ambruk—dua ruang kelas dan satu aula.
Perbaikan ini akan masuk dalam Program Revitalisasi Satuan Pendidikan dan ditargetkan selesai sebelum 15 Desember 2025 dengan skema swakelola. Selain itu, ada kemungkinan penambahan ruang kelas baru pada tahun depan.
Dalam kunjungan tersebut, Abdul Mu’ti juga menyempatkan diri menjenguk 31 korban yang dirawat di Rumah Sakit Radjak Hospital Cileungsi. Ia menyampaikan dukungan psikososial dan memastikan bantuan santunan akan diberikan kepada para korban.
Peristiwa ini menjadi pengingat bagi semua pihak, mulai dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, hingga pihak sekolah, untuk memprioritaskan keamanan dan keselamatan siswa. Lebih dari sekadar kurikulum, lingkungan belajar yang aman adalah hak fundamental setiap pelajar.
Cek Berita dan Artikel KalderaNews.com lainnya di Google News
*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu. Tertarik menjalin kerjasama dengan KalderaNews.com? Silakan hubungi WA (0812 8027 7190) atau email: kalderanews@gmail.com


Leave a Reply