Geger Meteor Jatuh di Cirebon, Begini Penjelasan Lengkap dari BRIN dan BMKG!

Hujan Meteor Quadrantid 2020
Ilustrasi Hujan Meteor Quadrantid
Sharing for Empowerment

CIREBON, KalderaNews.com – Heboh penampakan visual seperti meteor jatuh di wilayah Cirebon pada Minggu, 5 Oktober 2025. Ini penjelasan BRIN dan BMKG!

Profesor Riset Astronomi dan Astrofisika BRIN, Thomas Djamaluddin memastikan, benda langit tersebut adalah meteor berukuran cukup besar.

Meteor tersebut melintas memasuki wilayah Kuningan dan Cirebon dari arah barat daya. Ia menyimpulkan, meteor tersebut jatuh di wilayah Laut Jawa.

BACA JUGA:

Kronologi bola api dan dentuman

Berdasarkan kesaksian warga dan rekaman CCTV, peristiwa ini terjadi dalam rentang waktu yang singkat:

  • Pukul 18.35 WIB: Visual bola api meluncur di langit terekam oleh CCTV.
  • Pukul 18.39.12 WIB: Suara dentuman dan getaran signifikan terdeteksi oleh sensor seismik BMKG Cirebon (ACJM) di Atanajapura.

Fenomena yang disaksikan masyarakat ini, mulai dari bola api hingga dentuman, merupakan efek langsung dari meteor yang bergesekan dengan atmosfer Bumi.

Penjelasan BRIN

Thomas Djamaluddin menjelaskan, ketika meteor memasuki atmosfer Bumi yang lebih rendah dan ditarik oleh gravitasi, gesekan dengan udara menjadi sangat kuat, menciptakan tekanan besar yang menghasilkan gelombang kejut (shockwave).

“Ketika memasuki atmosfer yang lebih rendah menimbulkan gelombang kejut berupa suara dentuman,” paparnya.

Ledakan keras inilah yang didengar oleh masyarakat di Kuningan dan Kabupaten Cirebon.

Meskipun demikian, ia mengatakan, meteor tersebut diperkirakan meledak di udara, yang berarti tidak menimbulkan dampak fisik di darat atau permukaannya.

BMKG: bukan gempa atau cuaca ekstrem

Sementara, Direktur Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono membenarkan adanya rekaman getaran.

Alat khusus BMKG, yaitu sensor seismik ACJM di Atanajapura Cirebon, mencatat adanya ‘event getaran’ yang terjadi tepat pada pukul 18.39 WIB.

Daryono menegaskan bahwa dentuman dan getaran yang tercatat bukan disebabkan oleh aktivitas seismik atau kegempaan.

Hal ini didukung fakta bahwa wilayah Cirebon saat itu tidak sedang mengalami cuaca ekstrem, sehingga kemungkinan dentuman dari sambaran petir saat badai konvektif dapat dikesampingkan.

Cek Berita dan Artikel KalderaNews.com lainnya di Google News

*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmuTertarik menjalin kerjasama dengan KalderaNews.com? Silakan hubungi WA (0812 8027 7190) atau email: kalderanews@gmail.com.

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*