SEMARANG, KalderaNews.com – Wacana kebijakan enam hari sekolah di Jawa Tengah menuai reaksi penolakan dari orangtua siswa. Petisi penolakan menyebar!
Dalam waktu singkat, sebuah petisi daring yang menolak wacana kebijakan tersebut telah mendapatkan puluhan ribu tanda tangan dukungan.
Pemprov Jateng saat ini memang sedang mengkaji kemungkinan untuk mengembalikan jam belajar siswa SMA dan SMK menjadi enam hari sekolah dalam seminggu.
BACA JUGA:
- Respons Ahmad Luthfi Soal Kasus MBG di Jawa Tengah Tuai Kritik, Warganet Soroti Ucapan “Perutnya Kaget”
- Pemprov Jawa Tengah Kaji Ulang Kebijakan Sekolah Enam Hari, Apa Alasannya?
- 20 SMA Berprestasi di Jawa Tengah 2025, Ini Daftarnya Versi Puspresnas
Kebijakan ini akan diterapkan di bawah kewenangan Pemprov, namun tidak menutup kemungkinan akan dibuka juga untuk jenjang di bawahnya, seperti SD dan SMP, yang menjadi kewenangan pemerintah kabupaten/kota.
Alasan Pemprov, atasi anak tak terawasi
Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin, menjelaskan bahwa kajian ini dilakukan bersama akademisi dan elemen masyarakat bukan tanpa sebab.
Menurutnya, penerapan lima hari sekolah yang selama ini bertujuan memberikan waktu lebih banyak bagi siswa bersama keluarga, sering kali tidak efektif.
Pasalnya, banyak orang tua yang tetap bekerja penuh enam hingga tujuh hari seminggu, termasuk di hari Sabtu.
“Dengan kebijakan lima hari sekolah, ada dua hari libur anak. Maka, ada satu hari yang tanpa pengawasan orang tua karena mereka tetap harus bekerja,” ujar Taj Yasin.
Maka, penambahan hari sekolah dinilai sebagai solusi untuk memastikan siswa tetap berada dalam lingkungan terawasi (sekolah) pada hari yang seharusnya menjadi hari libur.
Taj Yasin menegaskan bahwa keputusan akhir mengenai penerapan kebijakan enam hari sekolah ini tidak akan tergesa-gesa.
Pemprov akan sangat mempertimbangkan hasil kajian menyeluruh dari para pakar pendidikan, perguruan tinggi, hingga kalangan legislatif (DPRD).
Petisi tolak sekolah 6 hari!
Namun, niat baik Pemprov ini justru dianggap ancaman oleh para orang tua.
Sejak 12 November 2025, petisi yang menolak kebijakan enam hari sekolah muncul di laman Change.org dan viral dengan cepat.
Petisi yang diinisiasi oleh Alfariz Hadi ini telah ditandatangani oleh lebih dari 23.500 orang, yang sebagian besar adalah orangtua dan wali siswa.
Dalam petisinya, Alfariz menyampaikan kekhawatiran bahwa penambahan hari sekolah akan berdampak buruk pada kesehatan mental dan fisik anak.
Poin utama keberatan orangtua meliputi:
- Libur akhir pekan dua hari selama ini dianggap krusial bagi siswa untuk beristirahat, berekreasi, dan memulihkan energi setelah lima hari penuh belajar.
- Siswa SMA/SMK saat ini sudah merasa sangat tertekan dengan beban kurikulum dan tugas yang ada. Menambah hari belajar akan semakin mengurangi waktu rehat mereka.
- Menambah hari sekolah dikhawatirkan membuat siswa merasa semakin lelah dan kurang termotivasi di dalam kelas, yang justru kontraproduktif dengan tujuan pendidikan.
Cek Berita dan Artikel KalderaNews.com lainnya di Google News
*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu. Tertarik menjalin kerjasama dengan KalderaNews.com? Silakan hubungi WA (0812 8027 7190) atau email: kalderanews@gmail.com.


Leave a Reply