Menikmati Syahdu “Little Venice Giethoorn” di Belanda

Menikmati Syahdu "Little Venice Giethoorn" di Belanda
"Little Venice Giethoorn" di Belanda (KalderaNews/Fajar H)
Sharing for Empowerment

DEN HAAG, KalderaNews.com – Suatu pagi di penghujung 2018 kota Den Haag menunjukkan cuaca bersahabat: 7 derajat celcius diiringi hembusan angin dingin. KalderaNews bersama kakak tingkat sudah mempersiapkan suatu perjalanan ke destinasi istimewa bersama teman lama ekskurnya zaman kuliah MAPALA.

Dengan tiket all day seharga 19 Euro yang bernama NS Dagkaard kami Berangkat dengan kereta Intercity dari Den Haag menuju Amsterdam Centraal sebagai stasiun transit dari pukul 8.30 pagi dilanjutkan ke Steenwijk selama 2 jam.

Kereta Intercity yang kami naiki berhenti di Amsterdam Centraal (KalderaNews/Fajar H)

Pemandangan di kereta tak pernah jenuh untuk dipandang. Hamparan padang rumput dengan sapi-sapi gembalaan hingga langit biru membentang luas sepanjang perjalanan. 2 jam kami menempuh perjalanan dengan Intercity menuju Steenwijk.

Stasiun Steenwijk (KalderaNews/Fajar H)

Begitu tiba di Stasiun Steenwijk, kami bersama rombongan turis dari negeri Tirai Bambu menaiki bus gandeng menuju Giethoorn selama 30 menit.

Halte Hylkemaweg. Dengan berjalan beberapa menit dari halte ini, kami sudah bisa melihat Little Venice (KalderaNews/Fajar H)

Bus tersebut berhenti tepat di Halte Ds. Hylkemaweg, persis di depan Giethoorn. Tak sabar rasanya menjelajah seperti apa rasanya “Little Venice” di Negeri Van Oranje ini. Kami cukup berjalan beberapa puluh meter untuk bisa memasuki Giethoorn.

BACA JUGA:

Setelah memasuki tempat itu penulis langsung berseloroh memang tak salah tempat ini dijuluki sebagai “Little Venice”. Hanya yang berbeda, ini dibuat dengan gaya dan citarasa budaya Negeri Kincir Angin. Rumah dengan bata merah, jembatan kayu, tong susu berjejer di depan pagar, hingga warga-warganya yang sangat ramah menghanyutkan rasa dan menentramkan hati.

Kami menghabiskan waktu dengan observasi selfie di spot terbaik, terbuai suasana hangat percakapan di antara kita hingga hampir lupa untuk menyewa perahu, keliling kanal dan mencicipi sebuah arti ‘Little Venice’ yang sesungguhnya.

Rumah di tepian kanal khas Belanda dengan banyak jendela dan beratap tinggi (KalderaNews/Fajar H)

Dibutuhkan 40 Euro untuk menyewa sebuah perahu. Harga yang cukup mahal untuk satu sampan selama satu jam pemakaian, tapi kualitas kapal yang ditawarkan sebanding dengan harganya. Ada uang, ada barang.

Memang cukup sulit mengemudikan di awal pemakaiannya. Kemudinya boleh dikata terlalu sensitif. Namun, kami bertiga semakin terbiasa karena tahu selanya.

Secara bergantian kami mengemudikan kapal ini. Saat yang satu mengemudi, tentu saja yang lainnya sibuk berswafoto atau sibuk mendokumentasikan dirinya berada di atas sampan di Giethoorn.

Hanya takjub yang bisa kami alami selama di atas kapal. Begitu tenang dan tentram. Ciri khas Belanda terlihat jelas di Giethoorn ini. Namun, sesekali kami juga terganggu karena sampan menabrak sisi kanal. Maklum, stir kapal terlalu sensitif.

Saat menjelajahi little venice di Giethoorn, kami sibuk berswafoto (KalderaNews/Fajar H)

Mengenang saat mengelilingi kanal Little Venice di Giethoorn selama 45 menit membuat KalderaNews masih terbayang-bayang buaian keindahannya. Alam menyuguhkan nuansa berbeda di tempat ini. Tak menyangka, meskipun diterjang angin dingin bersuhu 6 derajat, kami merasa semakin takjub dengan tempat ini dan tak menghiraukannya.

Rasanya tak tega meninggalkan Giethoorn begitu cepat menuju rutinitas yang akan membuat kami penat. Little Venice di Giethoorn, destinasi yang melahirkan ketentraman batin. (FH)

* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu.




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*