
JAKARTA, KalderaNews.com – Guru Besar Ilmu Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Prof. Rhenald Kasali mengatakan bahwa institusi pendidikan di Indonesia harus bersiap menghadapi gelombang perubahan.
“Sekolah harus siap menghadapi wind of change atau gelombang perubahan, siap tidak siap perubahan tengah terjadi di seluruh sektor kehidupan, terutama pendidikan,” kata Prof. Rhenald dalam webinar yang diikuti 3.500 kepala Sekolah Menengah Kejujuruan (SMK) di Indonesia.
BACA JUGA:
- Harapan Baru untuk Rektor Baru Universitas Paramadina, Prof. Didik J. Rachbini
- Inilah Profil Lengkap Rektor Universitas Paramadina Prof. Didik J. Rachbini, M.Sc., Ph.D
- Tarakanita: Membangun Kultur Belajar Kreatif
Nah, dalam suasana gelombang perubahan, kata Prof. Rhenald, jangan sampai output lembaga pendidikan “useless generation”, maksudnya institusi pendidikan hanya menghasilkan lulusan yang tidak bisa bekerja. Generasi yang tidak bisa berkarya, berinovasi, serta memiliki kompetensi harus menjadi perhatian seluruh pemangku kepentingan di dunia pendidikan.
Menurut Prof. Rhenald, perubahan besar itu sejalan dengan kemajuan teknologi informasi dan perkembangan digitalisasi.
“Kini, orang bisa belajar dari YouTube atau Google. Orang yang tidak mengenyam pendidikan akademik tinggi bisa memiliki keahlian yang bisa lebih baik dari lulusan pendidikan tinggi,” ungkap Prof. Rhenald.
Dunia sedang dilanda disrupsi. Akibatnya, timbul banyak gangguan lantaran banyak perubahan yang terjadi tanpa kita sadari, termasuk di dunia pendidikan Indonesia. Kendati demikian, lanjutnya, kita dituntut untuk mengikuti perubahan yang terjadi di era disrupsi.
Dalam era perubahan ini, lembaga pendidikan dituntut untuk melakukan aneka inovasi kreatif. Apalagi, setiap SMK diwajibkan menghasilkan produk unggulan. Untuk itu, kata Prof. Rhenald, perlu diperhatikan tujuh hal ini.
Pertama, kenali perubahan selera masyarakat. Kedua, kenali teknologi yang berkembang. Ketiga, buat simulasi dan inovasi. Keempat, melakukan sensing atau melihat respon terhadap produk yang dihasilkan.
“Yang kelima, mulai dari hal yang sederhana dan mudah lalu perbaiki. Keenam, lakukan mobilisasi dan jangan menunggu. Dan yang terakhir, gunakan ekosistem yang ada,” saran Prof. Rhenald.
*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu.
Leave a Reply