
YOGYAKARTA, KalderaNews.com – Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, melalui Fakultas Bisnis dan Ekonomika menggelar webinar seputar pemulihan ekonomi bangsa.
Webinar tersebut menghadirkan tiga orang pembicara inspiratif, yakni Ketua Program Studi Akuntansi Program Magister UII, Dekar Urumsah, SE., S.Si., M.Com(IS)., Ph.D., CFrA, dosen Universitas Sains Islam Malaysia Assoc. Prof. Dr. Muhammad Yaziz Bin Ali Basah, dan Mantan Biro Komisaris Pendapatan Internal Universitas Mapua Joel L. Tan-Torres.
Berbagai pandangan mengenai solusi pemulihan ekonomi pada pasca pandemi terus berkembang, seperti G20 dimana sebagai organisasi yang terdiri dari 20 kekuatan ekonomi global dinilai mampu berkontribusi memulihkan ekonomi dunia pasca pandemi.
BACA JUGA:
Webinar yang membahas isu selain pemulihan ekonomi, agenda penting lain yang mendesak adalah mempercepat pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals/ SDGs), sebagaimana sesuai dengan tema: “Bagaimana Negara Memulihkan Ekonomi Pasca Pandemi.”
Dalam acara webinar yang diadakan pada Hari Selasa, 22 Maret 2022 itu, Dekar Urumsah menyampaikan materi mengenai pandemi Covid-19 mempengaruhi pencapaian target SDGs Indonesia.
Menurut Ketua Program Studi Akuntansi Program Magister UII itu, kekurangan pasokan air bersih di wilayah rawan Covid-19, meningkatnya emisi gas rumah kaca yang memperburuk kerusakan lingkungan dan sosial, kurangnya pekerjaan yang layak sehingga dapat merusak pertumbuhan ekonomi, serta adanya kebijakan pembatasan pergerakan yang berdampak penduduk termiskin.
“Indonesia memiliki berbagai peluang dalam pemulihan ekonomi nasional termasuk dalam demografi, hal ini akan menjadi tantangan generasi muda (milennial dan generasi Z) untuk meningkatkan produktivitasnya,”imbuhnya.
Masih menurut Dekar Urumsah, ia meyakini bahwa sebaiknya kebijakan ekonomi pada pasca pandemi diprioritaskan pada pembangunan berkelanjutan.
Selain itu, yang tidak kalah penting yakni membuka kesempatan kerja di sektor digital melalui pengembangan kapasitas dan keterampilan yang relevan dan juga mendorong produktivitas untuk menciptakan nilai tambah di sumber pertumbuhan ekonomi baru, menciptakan ekosistem untuk bumi yang lebih layak huni, mempromosikan pekerjaan yang berkelanjutan, dan transisi energi yang terjangkau kepada masyarakat.
Sementara itu, menurut Joel L. Tan-Torres, sebagai seseorang komisaris pemungut pajak, dalam paparannya menyampaikan pendapatnya, bahwa jika suatu negara mengalami penurunan perekonomian, untuk meringankan situasi keuangan yang sulit, salah satu solusi yang cepat adalah meningkatkan tarif pajak.
“Saya memposisikan diri sebagai ayah yang baik dari suatu keluarga. Kita semua tahu bahwa ayah bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Begitu perumpamaan dalam suatu negara. Untuk suatu negara, pemungut pajak juga sangat serius memastikan bahwa ada cukup uang yang akan dikumpulkan sehingga pajak tersebut berperan sebagai stabilitas untuk menstabilkan kondisi perekonomian negara dan juga dapat menekan laju inflasi,” jelasnya.
Narasumber ketiga, yang datang dari negeri jiran Malaysia, Muhammad Yaziz Bin Ali Basah dalam penjelasannya mengatakan bahwa, sebagai dampak pandemi Covid-19, pada Mei 2020 Malaysia mencapai tingkat pengangguran tertinggi yakni sebesar 5,3%.
Menurut dosen Universitas Sains Islam Malaysia Assoc ini, SGDs dibentuk sebagai komitmen global dan nasional dalam mensejahterakan masyarakat termasuk perekonomian suatu negara. Selama pandemi, negaranya tetap menekankan pentingnya pencapaian dan kinerja secara keseluruhan terhadap SGDs.
“Malaysia melihat ke depan dan terus berkomitmen tinggi untuk mencapai 17 agenda dalam SGDs sehingga tercermin dalam perencanaan jangka pendek dan jangka panjang,” pungkasnya.
*Jika artikel ini bermanfaat, silakan dishare kepada saudara, sahabat dan teman-temanmu.
Leave a Reply