
GUNUNG, KIDUL, KalderaNews.com – Dalam upaya mendukung percepatan penurunan angka stunting di Kabupaten Gunungkidul, khususnya di Kelurahan Kelor, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bekerja sama dengan Pusat Riset Teknologi Proses Pangan (PRTPP) dan Pusat Riset Kesejahteraan Sosial Desa dan Konektivitas (PRKSDK), bersama Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Gunungkidul serta PT BPR Bank Daerah Gunungkidul, menyelenggarakan pelatihan mengenai pengolahan produk pangan lokal yang diperkaya dengan daun kelor pada tanggal 23-24 Agustus.
Menurut Dini Ariani, seorang peneliti dari PRTPP, tujuan dari pelatihan ini adalah memberikan pengetahuan kepada berbagai kelompok masyarakat seperti ibu-ibu kader PKK dan Posyandu, pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM), serta ibu-ibu yang memiliki anak yang mengalami stunting.
Mereka akan diajari mengenai cara mengolah makanan tambahan yang diperkaya dengan daun kelor yang kaya nutrisi, terutama untuk anak balita. Dini menjelaskan bahwa komposisi nutrisi dalam produk tersebut telah diketahui dengan baik, sehingga pemberian kepada anak-anak sebagai makanan tambahan dapat disesuaikan dengan kebutuhan individu.
BACA JUGA:
- 429 Mahasiswa Universitas Megarezky (Unimerz) Diterjunkan ke Jeneponto Tangani Masalah Stunting
- Ini Jakarta Lho, Duh Kasus Stunting Masih Tinggi
- Mahasiswa FK UM Surabaya Luncurkan Aplikasi Aiko untuk Bantu Atasi Stunting, Begini Cara Pakainya
Dini menambahkan bahwa warga Kelurahan Kelor sebelumnya hanya menggunakan daun kelor sebagai bahan makanan seperti sayur, teh, atau keripik. Namun, potensi daun kelor sebagai tambahan nutrisi bagi anak balita belum dimanfaatkan sepenuhnya.
Daun kelor memiliki manfaat penting bagi tubuh, termasuk kandungan protein sekitar 20-30%, kalsium sebanyak 2.095 mg, besi sekitar 27,1 mg, beta karoten sekitar 16.800 mg, kalium sekitar 259 mg, vitamin A sekitar 6,80 mg (empat kali lipat lebih tinggi dari wortel), vitamin C sekitar 220 mg (tujuh kali lipat lebih tinggi dari jeruk), dan 423 mg Vitamin B per 100 gram bahan.
Pelatihan ini memperkenalkan berbagai inovasi produk makanan yang diperkaya dengan daun kelor, seperti bakso ikan kelor, nugget ikan tempe-kelor, bolu kukus tempe-kelor, sempol tempe-kelor, ekado ikan kelor, dan sosis ayam kelor. Bahan-bahan yang digunakan meliputi daging, daun kelor, tempe, telur, ayam, sayuran, tepung terigu, tapioka, susu, minyak goreng, serta bumbu dan rempah-rempah.
Sutarman, Lurah Kelurahan Kelor, Gunungkidul, berharap pelatihan ini akan melahirkan para kader yang mampu mengembangkan produk berbasis daun kelor yang sudah ada. Saat ini, mereka hanya berkembang dalam aspek pemanfaatan ekonomi dengan menjual produk ini sebagai oleh-oleh. Namun, pengetahuan mengenai pengolahan yang benar dan informasi nutrisi dari daun kelor masih kurang.
Diah Prasetyorini, Ketua IDI Cabang Gunungkidul, berharap bahwa pelatihan ini akan membentuk standar dalam pengolahan dan penilaian terhadap kandungan, rasa, dan nilai gizi dalam produk olahan yang diperkaya dengan daun kelor. Salah satu masalah yang diatasi adalah pembuangan berlebihan nutrisi yang terjadi dalam pengolahan daun kelor.
Melalui inovasi yang dilakukan oleh para peneliti di PRTPP BRIN, diharapkan akan ada solusi terkait pengolahan yang benar, informasi mengenai nilai gizi, serta potensi kesehatan dari produk olahan ini. Rencananya, produk-produk yang dihasilkan dari pelatihan ini akan diberikan kepada 24 anak balita yang mengalami stunting di Kelurahan Kelor selama tiga bulan, dua kali dalam seminggu.
Selain membantu mengatasi masalah stunting di Kelurahan Kelor, produk-produk hasil pelatihan ini juga memiliki nilai komersial dan potensi untuk membranding Kelurahan Kelor sebagai daerah yang menghasilkan oleh-oleh berbasis daun kelor di Gunungkidul.
Cek Berita dan Artikel KalderaNews.com lainnya di Google News
*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu. Tertarik menjalin kerjasama dengan KalderaNews.com? Silakan hubungi WA (0812 8027 7190) atau email: kalderanews@gmail.com
Leave a Reply