JAKARTA, KalderaNews.com– Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir berpesan agar Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah (PTMA) tidak memberikan gelar profesor kehormatan kepada siapapun.
Haedar meminta agar kampus Muhammadiyah se-Indonesia tidak mengikuti universitas lain yang bisa memberikan gelar profesor kehormatan kepada tokoh-tokoh besar.
Pesan ini disampaikan Haedar dalam sambutannya saat pengukuhan Rektor UMP Profesor Jebul Suroso sebagai guru besar bidang manajemen keperawatan, pada Kamis 10, April 2025.
BACA JUGA:
- Muhammadiyah Terima Tawaran Izin Tambang, Kampusnya Mau Buka Jurusan Pertambangan?
- Kabar Menarik! Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah (PTMA) Buka SBMPTMu 2024, Cek Syaratnya di Sini!
- Apa Sih Pre-University? Siswa SMA Bisa Icip-icip Kuliah di Perguruan Tinggi Nih!
Alasan PTMA tidak boleh beri gelar profesor kehormatan
Haedar mengatakan bahwa kampus Muhammadiyah se-Indonesia dilarang memberi gelar profesor kehormatan karena hal itu adalah jabatan yang melekat dengan profesi serta institusinya.
“Pesan kami dari PP Muhammadiyah, PTMA jangan ikut-ikutan kasih gelar profesor kehormatan. Karena profesor itu melekat dengan profesi dan institusinya, itu jabatan,” kata Haedar.
Haedar menegaskan dua kali terkait pemberian gelar profesor kehormatan ini agar dijaga dengan baik pesan tersebut meski belum ada Surat Keputusan (SK) terkait.
“Ini pesan saya, biarpun belum ada SK-nya. Anggap itu perintah ketum demi marwah dan kekuatan PTMA,” tegas Haedar.
Menurut dia dengan bertambahnya Jebul Suroso menjadi guru besar, kini PTMA total memiliki 431. Dengan bertambahnya 1 guru besar, ia berharap bisa berdampak pada kualitas pendidikan.
“PTMA ada 431 guru besar. Dengan bertambahnya guru besar, harus berdampak signifikan bagi kualitas keunggulan dan peran strategis perguruan tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah,” jelasnya.
Sorot pentingnya PTMA meningkatkan kualitas dan kontribusi
Haedar menyoroti pentingnya PTMA meningkatkan kualitas dan kontribusi terhadap masyarakat lantaran masih banyak perguruan tinggi negeri (PTN) di Indonesia termasuk PTMA belum ada yang mampu menembus daftar 200 peringkat universitas dunia.
“Universitas Indonesia itu di (peringkat) 206, selebihnya ada yang 400, 300, 500, dan di bawah 1.000, PTMA di 1.200-an. Malaysia ada tiga yang masuk 200 ranking dunia, Universiti Malaya di 65, kemudian Universiti Putra Malaysia di 158, dan Universiti Kebangsaan Malaysia di 159, Singapura jelas masuk,” katanya.
Ia mengatakan tren baru menunjukkan sejumlah perguruan tinggi dari beberapa negara di Timur Tengah yang masuk 200 peringkat universitas dunia, antara lain Arab Saudi dengan dua universitasnya dan kemudian ada Qatar dan Uni Emirat Arab dengan masing-masing satu universitas.
Dia mengatakan dua negara di Amerika Latin, yakni Brasil dan Meksiko pun bisa masuk daftar 200 peringkat universitas dunia. Haedar pun mengajak PTMA untuk bekerja keras agar bisa masuk standar world univerisity rankings
“Jadi bahwa kita harus bekerja keras hanya untuk masuk standar world univerisity rankings, artinya bahwa biarpun di dalam negeri kita merasa besar, tapi di konteks dunia kita ketinggalan,” pungkas Haedar.
Cek Berita dan Artikel KalderaNews.com lainnya di Google News
*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu. Tertarik menjalin kerjasama dengan KalderaNews.com? Silakan hubungi WA (0812 8027 7190) atau email: kalderanews@gmail.com.


Leave a Reply