
“Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak pernah melupakan Sejarah bangsanya”.
“Dari jejak leluhur yang penuh kasih, kita hadirkan kisah dalam harmoni seni — demi masa depan yang tetap berakar pada budaya.”
Oleh: Rina Adityana, Kepala SMA Tarakanita Magelang)
MAGELANG, KalderaNews.com – SMA Tarakanita Magelang senantiasa mengupayakan untuk menanamkan dasar-dasar yang baik pada peserta didiknya melalui berbagai aktivitas siswa.
Pada semester genap ini, tema yang dipilih untuk penerapan Project Penguatan Profile Pelajar Pancasila (P5) untuk kelas 10 adalah “Kearifan Lokal”, dimana penerapan projectnya adalah dengan melestarikan budaya lokal, yaitu membuat batik menggunakan canting dan pementasan sendratari yang mengambil kisah sejarah lahirnya kota Magelang berdasarkan prasasti “Mantyasih”.
Budaya merupakan cerminan jiwa bangsa, sehingga sudah sewajarnya kita tetap jaga kelestariannya. Melalui pertunjukan sendratari, menjadi salah satu media untuk mewariskan nilai-nilai budaya dari generasi ke generasi terlebih ditengah perkembangan arus modernisasi, melestarikan budaya lokal adalah salah satu bentuk menjaga identitas dan jati diri bangsa.
BACA JUGA:
- SMA Tarakanita Magelang Buat Terobosan Ujian Praktik Project Based Learning (PjBL)
- SMP-SMA Tarakanita Magelang Jalan Sehat Bersama Warga di Open School Tarq Art and Fun 2025
- SMP Tarakanita Magelang Wujudkan Sayang Lingkungan Magelang (Salim)
Pertunjukan Sendratari “Mantyasih” diperankan oleh 105 peserta didik kelas 10 SMA Tarakanita Magelang dipentaskan pada Jumat, 16 Mei 2025 di halaman komplek SMP-SMA Tarakanita Magelang.
Pertunjukan ini tidak lepas dari peran para pendamping sanggar tari Kinnara-Kinnari Borobudur dibawah koordinator Bapak Eko Sunyoto yang mendampingi peserta didik belajar memainkan gamelan, menari, dan menjadi sinden.
Proses berlatih yang singkat (Maret hingga Mei 2025) terasa sangat luar bisa, dari peserta didik yang tidak bisa menari sama sekali menjadi mampu menunjukkan gerakan-gerakan indah untuk dinikmati.
Mereka yang tidak pernah bisa menabuh dan memainkan gamelan menjadi bisa mengiringi setiap gerakan dengan alunan musik yang menawan.
Kain jarit yang dipakai juga merupakan hasil peserta didik membatik dibawah pendampingan mas Kelik (alumni SMA Tarakanita Magelang).
Inspirasi Prasasti Mantyasih
Sendratari dengan judul “Mantyasih” dipilih karena terinspirasi dari Prasasti Mantyasih, salah satu peninggalan sejarah penting dari masa Kerajaan Mataram Kuno yang ditemukan yang ditemukan di Kampung Meteseh, Magelang Utara, Jawa Tengah.
Desa ini ditetapkan sebagai desa perdikan (bebas pajak) oleh Sri Maharaja Rake Watukura Dyah Balitung. Di Kampung Meteseh terdapat lumpang batu yang dipercaya sebagai tempat upacara penetapan sima atau perdikan, yakni wilayah yang bebas pajak.

“Mantyasih” memiliki arti beriman dalam cinta kasih, bagaimana kasih sayang bisa dijalankan dalam perilaku sehari-hari. Kesejahteraan dan kemakmuran ada di kota ini karena Dyah Balitung memberikan sima(otonomi daerah).
Pementasan ini merangkai kisah sejarah, kehidupan Masyarakat Jawa yang dibalut dengan tarian, permainan rakyat, musik serta narasi-narasi yang memukau. Nilai-nilai persaudaraan, gotong royong, kasih sayang serta kebijaksanaan menjadi dasar kehidupan masyarakat.
Pembentukan Karakter Peserta Didik
Melalui proses pementasan ini juga menjadi proses pembentukan karakter bagi peserta didik, sebagai bentuk kreativitas siswa, mendidik mereka menjadi pribadi yang mandiri dan berdaya juang ketika menghadapi tantangan kehidupan selanjutnya.
Pementasan “Mantyasih” bukan sekadar hiburan, melainkan sebuah persembahan budaya yang menghubungkan masa lalu, kini, dan masa depan dalam satu tarian kehidupan.
Meskipun pada saat pelaksanaan puncak gelar karya P5 sendratari “Mantyasih” ini cuaca kurang mendukung yaitu hujan, akan tetap pementasan tetap berjalan.
Dengan semangat membara peserta didik menampilkan gerakan-gerakan anggun, berani, dan bersemangat seiring irama nada gamelan yang mengikuti.

Peserta didik mampu menampilkan dengan sangat sempurna dan mendapat apresiasi dari berbagai pihak karena meskipun hujan tetap tidak menyerah mampu menampilkan yang terbaik.
Apresiasi kepada seluruh pemain, guru pendamping, tim kreatif, sanggar kinnara kinnari, dinas pendidikan dan kebudayaan kota Magelang yang telah meminjamkan seperangkat gamelan, Cabang Dinas VII kota Magelang, serta Yayasan Tarakanita wilayah Jawa Tengah.
Semoga SMA Tarakanita Magelang tetap dapat menjadi bagian dalam upaya melestarikan sejarah dan budaya Indonesia.
Salam Budaya, dari Bumi Magelang yang Kaya Warisan!.
Cek Berita dan Artikel KalderaNews.com lainnya di Google News
*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu. Tertarik menjalin kerjasama dengan KalderaNews.com? Silakan hubungi WA (0812 8027 7190) atau email: kalderanews@gmail.com.
Leave a Reply