BEM UGM Tarik Diri dari BEM SI Kerakyatan: Munas XVIII Dinilai Konfliktual dan Tercemari Intervensi Kekuasaan

10 PTN di Indonesia dengan Penelitian Terbanyak
Universitas Gadjah Mada (UGM)
Sharing for Empowerment

YOGYAKARTA, KalderaNews.com – Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (BEM KM UGM) secara resmi menyatakan menarik diri dari Aliansi BEM Seluruh Indonesia (BEM SI) Kerakyatan.

Keputusan mengejutkan ini diumumkan setelah penyelenggaraan Musyawarah Nasional (Munas) XVIII BEM SI di Padang, Sumatera Barat, yang dinilai BEM UGM sebagai forum yang “konfliktual nir-substantif” dan tercemari oleh kehadiran serta dugaan intervensi dari simbol-simbol kekuasaan.

BEM UGM, yang diwakili oleh Ketua Tiyo Ardianto, Wakil Ketua Bidang Analisis Sheron Adam Funay, dan Koordinator Bidang Pergerakan Fedora Rifqi Ramadhan di Munas tersebut, menegaskan bahwa sejak awal mereka tidak memiliki ambisi untuk menduduki posisi apapun dalam struktur kepengurusan BEM SI.

BACA JUGA:

“Sejak awal, BEM KM UGM tidak memiliki ambisi atas segala kontestasi untuk menjadi sesuatu apapun dalam struktur Kepengurusan BEM SI,” demikian bunyi pernyataan resmi BEM UGM melalui akun Instagram mereka pada Minggu (20/7/2025).

BEM UGM mengaku merasa “cukup” dengan peran mereka sebagai peletak pondasi awal kelahiran BEM SI pada tahun 2007 dan membersamai perjalanannya hingga kini. Namun, pandangan mereka terhadap Munas XVIII sebagai “forum ruang strategis untuk merumuskan arah gerak perjuangan mahasiswa kepada rakyat” justru berujung pada kekecewaan.

“Yang terjadi justru paradoks: forum tersebut menjadi ruang konfliktual nir-substantif sekaligus tempat penguasa memoles muka,” jelas BEM UGM. Mereka sangat menyayangkan insiden di mana “sesama mahasiswa bisa baku hantam dan saling mengumpat, bukan karena keberpihakan atau ideologi yang berbeda, tapi karena ada sesuatu yang diperebutkan: entah apa.”

Independensi Gerakan Mahasiswa Terciderai

Salah satu alasan kuat penarikan diri BEM UGM adalah kehadiran beberapa pejabat yang merupakan simbol kekuasaan dalam Munas XVIII BEM SI. Mereka menyoroti kehadiran Ketua Umum Partai Perindo, Menteri Pemuda dan Olahraga, serta Wakil Gubernur, Kapolda, dan Kepala BIN Daerah Sumatera Barat.

“Bagi kami, menciderai independensi gerakan,” tegas BEM UGM. Kekesalan mereka semakin memuncak ketika para pejabat tersebut dengan “merdeka mereka pamerkan kebersamaannya bersama mahasiswa pada media sosialnya.” BEM UGM mempertanyakan apakah kehadiran para pejabat tersebut murni undangan atau karena “ada tiket masuk yang telah mereka dapatkan.”

BEM UGM berpandangan bahwa BEM sebagai lembaga pergerakan harus memiliki batas yang tegas dan menjaga jarak dengan penguasa. Namun, BEM SI dinilai tidak memberikan teladan yang membanggakan.

“Kami melihat dengan jelas: sebuah karangan bunga yang datang pagi hari, disembunyikan, lalu dimunculkan kembali ketika momen pembukaan (saat para elit politik dan aparat itu datang),” terang BEM UGM, menambahkan bahwa karangan bunga tersebut berasal dari Kepala BIN Daerah Sumatera Barat. “Sebenarnya, kemesraan apa yang terjalin antara BEM SI dan BIN sehingga hadir karangan bunga?”

Lebih memprihatinkan lagi, BEM KM UGM mengungkapkan adanya kekacauan yang menyebabkan dua mahasiswa terluka dalam rangkaian acara Munas XVIII pada Jumat (18/7/2025) pagi. Salah satu mahasiswa mengalami patah tulang, sementara yang lainnya mengalami lebam di wajah dan bibir berdarah.

“Yang lain, trauma secara psikis karena ketegangan dan ancaman yang ada,” jelas BEM UGM. Mereka menyampaikan keprihatinan mendalam dan menyesalkan insiden tersebut, menegaskan bahwa “tidak ada jabatan yang berharga untuk direbut sampai harus ada keributan.”

BEM UGM memilih untuk tidak menjelaskan semua detail yang mereka ketahui, khawatir hal tersebut akan memicu BEM kampus lain untuk ikut menarik diri dari BEM SI.

“Keterangan yang bisa kami sampaikan sangat terbatas. Seperti fenomena gunung es, apabila kami buka semua, bukan mustahil BEM kampus lain akan menarik diri semua,” papar mereka. “Tapi, cukuplah keterangan ini menjadi penjelasan atas sikap yang kami ambil untuk menjaga kemurnian gerakan,” imbuhnya.

Dengan penarikan diri ini, BEM UGM menekankan komitmen mereka untuk memegang teguh nilai dan marwah gerakan mahasiswa dengan memilih “jalan sunyi tapi bercahaya: setia bersama Rakyat Indonesia.” Keputusan ini menyoroti tantangan besar dalam menjaga idealisme dan independensi organisasi mahasiswa di tengah dinamika politik dan kepentingan yang kompleks.

Cek Berita dan Artikel KalderaNews.com lainnya di Google News

*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmuTertarik menjalin kerjasama dengan KalderaNews.com? Silakan hubungi WA (0812 8027 7190) atau email: kalderanews@gmail.com

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*