JAKARTA, KalderaNews.com – Sering disepelekan, ternyata mengucapkan kata-kata yang menyakitkan atau merendahkan orang lain termasuk dalam perundungan verbal dan merupakan masalah serius.
Menurut Winny Suryania, M. Psi. Psikolog dari Sekolah Cikal Amri Setu, perundungan verbal dapat menimbulkan dampak signifikan pada kondisi psikologis korbannya.
Setiap individu di masyarakat memiliki hak dan potensi yang sama untuk menjadi Pionir Anti Perundungan di lingkungan terdekatnya—baik di sekolah, RT/RW, maupun komunitas yang lebih luas.
BACA JUGA:
- 7 Fakta Siswa SMP Tangsel Tewas Usai Alami Bullying, Akankah Diusut Tuntas?
- Polisi Temukan Bukti Pelaku Ledakan SMAN 72 Korban Bullying, Sekolah Kok Malah Membantah!
- Anak SD di Probolinggo Jadi Korban Bullying, Rekaman Kekerasan Picu Keprihatinan Publik
Psikolog Winny memaparkan 7 langkah praktis yang bisa diterapkan siapa saja untuk menjadi anggota Satuan Tugas (Satgas) Anti-Bullying yang tanggap dan berani bertindak.
Perundungan Verbal: Luka yang Tak Boleh Diremehkan
Psikolog Winny menegaskan bahwa di tengah kesadaran masyarakat tentang kesehatan mental yang makin tinggi, perundungan verbal tidak boleh lagi dianggap remeh.
“Sangat penting untuk menegaskan kepada masyarakat kita bahwa ‘kata-kata’ itu bisa menancapkan luka dan bentuk perundungan dengan/tanpa disadari; bahwa perundungan itu serius, tidak hanya kekerasan fisik, pada segala hal yang merendahkan orang lain,” tegasnya.
Lingkungan yang membiarkan perundungan verbal berisiko tinggi menimbulkan perundungan fisik yang lebih parah di kemudian hari.
7 Langkah Praktis Menjadi Penggerak Anti-Perundungan
Untuk menjadi individu yang berani tanggap, peduli, dan aktif mencegah perundungan, mulailah dengan langkah-langkah reflektif berikut:
1). Pahami dan Hargai Diri Sendiri
Sebelum menolong orang lain, kenali dan hargai diri Anda sendiri. Sadari bahwa setiap orang berharga, memiliki kelebihan dan tantangan. Ini akan membantu Anda menetapkan batasan diri dan menghormati batasan orang lain.
2). Edukasi Diri tentang Bullying
Pelajari secara matang mengenai perundungan, mulai dari penyebab, dampak jangka pendek dan panjang bagi korban/pelaku, hingga cara mendampingi korban dan hukuman yang berlaku.
3). Jaga Konsistensi dan Ketegasan Menolak
Jika melihat perundungan terjadi, tegur dengan tegas dan segera laporkan tanpa terprovokasi. Gunakan kalimat tegas seperti: “Saya tidak setuju dengan perilaku (sebutkan spesifik perbuatan).”
4). Bangun Dukungan Sosial
Ciptakan kolaborasi dengan masyarakat di lingkungan terdekat yang memiliki visi sama untuk tegas menolak dan melawan tindakan perundungan.
5). Manfaatkan Media Sosial dengan Bijak
Gunakan media sosial sebagai sarana informasi yang positif. Hati-hati untuk tidak menyebarkan konten negatif, provokasi, atau berita tanpa fakta yang valid.
6). Bangun Batasan Diri untuk Jaga Kesehatan Mental
Melawan perundungan butuh energi. Jaga emosi tetap stabil dan balance. Batasi diri agar tidak terpapar hal-hal negatif yang merugikan kesehatan mental Anda sendiri.
7). Belajar Mengelola Konflik dengan Sehat
Pelajari cara penyelesaian masalah yang asertif dan sehat. Fokuskan energi pada cara-cara penyelesaian konflik.
Psikolog Winny menyarankan agar masyarakat meningkatkan empati, memilih kata-kata yang baik, dan berani bersikap peduli serta tanggap aksi untuk menghentikan perundungan verbal yang terbukti melukai dan berdampak nyata.
Cek Berita dan Artikel KalderaNews.com lainnya di Google News
*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu. Tertarik menjalin kerjasama dengan KalderaNews.com? Silakan hubungi WA (0812 8027 7190) atau email: kalderanews@gmail.com


Leave a Reply