Jejak Pendidikan Kwik Kian Gie, Seorang Ekonom dan Pemikir Bangsa

Kwik Kian Gie
Kwik Kian Gie (KalderaNews/Ist)
Sharing for Empowerment

JAKARTA, KalderaNews.com – Indonesia kembali berduka. Ekonom senior dan mantan Menteri Koordinator Ekonomi, Kwik Kian Gie, meninggal dunia pada usia 90 tahun, Senin (28/7). Kabar duka ini disampaikan oleh Mantan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, melalui akun X (sebelumnya Twitter) pribadinya.

“Selamat jalan, Pak Kwik Kian Gie. Ekonom, pendidik, nasionalis sejati. Mentor yang tak pernah lelah memperjuangkan kebenaran. Yang berdiri tegak di tengah badai, demi kepentingan rakyat dan negeri. Indonesia berduka,” tulis Sandiaga Uno.

Kwik Kian Gie dikenal sebagai sosok yang vokal dalam menyuarakan kebenaran dan menjadi panutan bagi banyak ekonom serta politisi di Indonesia. Kepergian beliau meninggalkan duka mendalam bagi bangsa.

BACA JUGA:

Kwik Kian Gie (11 Januari 1935 – 28 Juli 2025), seorang ekonom dan politikus terkemuka Indonesia keturunan Tionghoa, dikenal luas akan pemikiran kritisnya serta dedikasinya pada pembangunan bangsa. Namun, di balik kiprahnya yang gemilang di panggung politik dan ekonomi, terdapat perjalanan pendidikan yang penuh liku dan membentuk karakternya.

Masa Kecil dan Pendidikan Dasar yang Penuh Tantangan

Lahir sebagai anak kelima dari tujuh bersaudara, Kwik Kian Gie merasakan pahitnya masa penjajahan Jepang. Pada tahun 1942, sang ayah, Kwik Hway Gwan, ditahan militer Jepang dan pabrik tekstil keluarganya disita. Sang ibu kemudian memboyong anak-anaknya ke Semarang, di mana Kwik harus berpindah sekolah dasar hingga tiga kali. Pengalaman ini membentuk adaptabilitas dan ketangguhannya sejak usia dini. Setelah Jepang menyerah, keluarga Kwik kembali bersatu dan menempati rumah bekas Jepang yang kemudian dibeli oleh ayahnya.

Inisiatif Luar Biasa di Pendidikan Menengah

Usai menamatkan pendidikan di Chinese English School Semarang, Kwik melanjutkan ke SMP Masehi, Pancol, Semarang. Sebuah lompatan besar terjadi saat ia naik ke kelas tiga SMA. Kwik muda pindah ke Surabaya setelah didapuk sebagai ketua pusat Perhimpunan Pelajar Sekolah Menengah Indonesia, sebuah organisasi dengan 13 cabang di seluruh Pulau Jawa.

Menariknya, karena kesulitan menemukan SMA yang berkualitas di Surabaya, Kwik mengambil langkah tak terduga. Dengan bantuan dua orang dermawan, ia mendirikan sendiri SMA Erlangga Surabaya, dan ironisnya, ia juga menjadi siswa di sekolah yang didirikannya itu. Dedikasinya dalam membangun institusi pendidikan terlihat jelas saat ia merekrut guru-guru terbaik dengan menawarkan gaji dua kali lipat, sebuah langkah yang berbuah manis dengan tingkat kelulusan Ujian Nasional sekolahnya mencapai 98% pada tahun 1955.

Mengarungi Pendidikan Tinggi di Dalam dan Luar Negeri

Perjalanan pendidikan tinggi Kwik Kian Gie tak kalah menarik. Pada tahun 1955, ia mencoba peruntungan di Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Namun, karena kendala bahasa Belanda yang dominan dalam materi perkuliahan, ia menyerah setelah enam bulan dan berpindah ke fakultas ekonomi.

Tekadnya untuk menimba ilmu tak berhenti di situ. Pada Juli 1956, Kwik mengikuti ujian persiapan dan berhasil lulus, membawanya melangkah lebih jauh ke kancah internasional. Ia melanjutkan pendidikan ke Nederlandsche Economische Hogeschool di Rotterdam, Belanda, sebuah institusi yang kini dikenal sebagai Erasmus Universiteit. Dari sinilah Kwik Kian Gie mendalami ilmu ekonomi yang kelak menjadi bekal utamanya dalam berkiprah di dunia ekonomi dan politik Indonesia.

Dedikasi Berkelanjutan di Dunia Pendidikan

Selepas menuntaskan studinya di Belanda pada Juli 1963, Kwik Kian Gie sempat meniti karier di Belanda dan kembali ke Indonesia pada 1970 untuk berkecimpung di dunia bisnis. Namun, seperti yang ia nyatakan, bisnis hanyalah batu loncatan menuju dunia yang lebih ia cintai: pendidikan dan politik.

Obsesi masa remajanya untuk mengabdi di dunia pendidikan terwujud nyata. Bersama dua rekannya, Kaharudin Ongko dan Djoenaedi Joesoef, ia mendirikan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Institut Bisnis Indonesia (STIE IBII), yang kini dikenal sebagai Institut Bisnis dan Informatika Indonesia. Di lembaga ini, ia aktif sebagai jajaran dewan direktur, menunjukkan komitmennya yang tak tergoyahkan terhadap kemajuan pendidikan di Indonesia.

Melalui perjalanan pendidikannya yang unik, penuh tantangan, dan diwarnai inisiatif luar biasa, Kwik Kian Gie tidak hanya menjadi seorang ekonom ulung dan politikus berpengaruh, tetapi juga seorang pendidik sejati yang meninggalkan jejak berarti bagi dunia pendidikan tinggi di Indonesia.

Cek Berita dan Artikel KalderaNews.com lainnya di Google News

*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmuTertarik menjalin kerjasama dengan KalderaNews.com? Silakan hubungi WA (0812 8027 7190) atau email: kalderanews@gmail.com.

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*