Sampah di Indonesia di Mata World Bank, Dubes Norwegia dan Dubes Denmark

Sharing for Empowerment


JAKARTA, KalderaNews.com – Jakarta menghasilkan sekitar 7000 ton sampah per hari. Per November 2017, Jakarta menghasilkan sekitar 2.3 juta ton sampah per tahun, termasuk 54% sampah organik dan 14% sampah plastik. “Penangan sampah memerlukan peran aktif para warga.

World Bank Country Director Rodrigo A. Chaves mengungkapkan menegaskan pendekatan multi-faceted dan inovatif yang ditunjukkan oleh berbagai instansi pemerintah hari ini menunjukkan pentingnya upaya bersama lintas institusi dan lembaga khususnya di daerah yang berada di aliran sungai. Hal ini juga menggarisbawahi pentingnya pengelolaan limbah padat di daerah perkotaan dan pesisir karena hal ini dapat secara langsung mengurangi kebocoran limbah ke laut dan jalur air yang terhubung lainnya.

“Berdasarkan hasil studi kami, sekitar 80% kebocoran limbah ke laut berasal dari sampah di daratan yang tidak terambil atau terkelola dengan baik. Diperkirakan setiap warga negara Indonesia bertanggung jawab atas rata-rata 1 kg sampah plastik per tahun,” terangnya.


BACA JUGA:
Alamak, Indonesia Pencemar Sampah Plastik Nomor Dua di Dunia Setelah Cina
Gubernur DKI: Masalah Sampah Adalah Masalah Kita Semua

Sementara itu, Duta Besar Norwegia Vegard Kalee mengakui lautan dan daerah pesisir memiliki peran yang sangat penting dalam perekonomian, berfungsi sebagai sumber penghasilan dan mata pencaharian bagi ratusan juta orang di dunia. Namun, ekosistem laut dan daerah pesisir saat ini mengalami kemorosotan yang sangat tajam. Polusi sampah, khususnya dalam bentuk plastik sangat mengancam kesehatan dan keseimbangan ekosistem di laut dan daerah pesisir.

“Sebuah hasil studi bahkan menyatakan bahwa apabila ini terus berlanjut maka pada 2050 akan ada lebih banyak plastik dari sisi massa daripada ikan di lautan dunia. Karena isu yang kita dihadapi ini tidak memandang batasan negara maka kami dengan senang hati bergabung dengan Bank Dunia dan Denmark dalam mendukung Agenda Laut Indonesia melalui Dana Perwalian Kemaritiman Indonesia atau OMC MDTF,” tegasnya.

Senada, Duta Besar Denmark Rasmus A. Kristensen menyatakan seperti halnya Indonesia, Denmark memiliki sejarah kemaritiman yang panjang. Oleh sebab itu Denmark sepenuhnya mendukung Agenda Kelautan Indonesia. Dana perwalian ini merupakan inisiatif yang tepat untuk mengurangi limbah laut dan dalam memperbaiki pengelolaan lautan Indonesia. Karena kebanyakan sampah di laut berasal dari limbah yang tidak dikelola dengan baik di kota-kota besar di daerah pesisir seperti Jakarta maka terdapat tantangan yang signifikan dalam pengelolaan sampah di daerah tersebut.

“Dalam hal ini, Denmark telah bekerjasama dengan Indonesia dalam memperbaiki pengelolaan limbah padat, termasuk teknologi konversi limbah ke energi, dan berkomitmen untuk melanjutkan upaya tersebut,” tegasnya. (JS)

* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu.




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*