JAKARTA, KalderaNews.com – Dunia pendidikan di Indonesia tidak bisa mengelak dari dampak dan pengaruh revolusi industri 4.0. Oleh sebab itu, dunia pendidikan Indonesia perlu terus berbenah diri.
Tak boleh hanya sibuk dengan cloud computing, artifisial intelijen, internet of things (IoT), data information technology (IT), operational technology (OT), kurikulum, hingga big data analitic, dunia pendidikan juga perlu memperhatikan dimensi karakter.
“Kami sedang mempersiapkan pengembangan strategi dan metode pendidikan baru yang akan membuat anak-anak siap menghadapai revolusi industri 4.0,” tegas Ketua BPK PENABUR Jakarta, Ir. Antono Yuwono pada KalderaNews.
BACA JUGA:
Benarkah BPK PENABUR Jakarta Siap Menghadapi Revolusi Industri 4.0?
759 Siswa-Siswi PENABUR Jakarta Pentas Seni “Aku Indonesia”
Revolusi Industri 4.0: SDM Tidak Hanya Pintar, Tapi Juga Harus Berkarakter
Adri Lazuardi: Revolusi Industri 4.0 Tidak Bisa Kita Hindari
Dalam dunia pendidikan, jelasnya, juga tak bisa terhindar dengan apa yang disebut dengan disrupsi yang menggoyah apa pun yang sudah mapan. Kalau anak-anak tidak siap menghadapi perubahan yang serba cepat, bagaimana saat mereka dewasa, bekerja dan mencari nafkah?
“Mereka harus siap menghadapi perubahan. Mereka harus mampu memikirkan bagaimana seandainya profesinya hilang atau profesinya digantikan oleh otomatisasi. Mereka harus siap. Itu yang kita latih. Itu kerangka besar dari PENABUR Jakarta,” tandasnya.
Oleh sebab itu, otak kanan dan otak kiri harus seimbang. Pentas seni “Aku Indonesia” di SPK PENABUR Kelapa, Jakarta Utara, Sabtu, 9 Februari 2019 yang diikuti 759 siswa-siswi PENABUR Jakarta adalah salah satu langkah konkretnya.
Pentas seni itu disemarakkan dengan 300 karya seni rupa siswa-siswi SDK PENABUR Jakarta kelas I-VI, atraksi karya seni rupa secara langsung: membatik, melukis, membuat komik hingga belajar kaligrafi dan ilustrasi.
Dijelaskannya, kebanyakan karya yang ditampilkan yakni apa yang sehari-hari ada di Indonesia. Ada yang flora-fauna hingga batik yang dilukis. Ini semua mau mengajarkan pada anak-anak jenjang SD bahwa Indonesia itu berbagai ragam, tapi satu.
Di pentas seni tersebut ada pula tari-tari daerah yang dikemas lebih modern sehingga lebih menarik. Ada juga yang dikemas dengan gerak tari dan lagu. Ada juga tarian yang dimodifikasi. Pentas ini adalah salah satu cara mengembangkan keseimbangan otak kanan dan kiri peserta didik.
“Seni itu kan otak kanan dan keilmuan itu otak kiri. Tapi dalam kehidupan sehari-hari, kita kan nggak bisa memisah-pisahkan. Itu semua (otak kanan dan kiri) bekerja bersama-sama. Kalau balance, seorang anak akan lebih bisa tanggap dalam menghadapi masalah sehari-hari. Sementara kalau hanya murni akademisi, (itu) akan lebih berat di keilmuan sehingga saat menghadapi masalah bisa tidak siap.”
“Tapi kalau kita mempersiapkan anak kita dengan seimbang, mudah-mudahan mereka akan lebih siap menghadapi perubahan yang kita semua tahu saat ini sangat luar biasa cepat,” pungkasnya. (JS)
* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu.
Leave a Reply