
JAKARTA, KalderaNews.com— Sejak remaja Tri Purnamasari menyimpan cita-cita kuliah di luar negeri. Itu lah salah satu alasan perempuan berasal dari Lhokseumawe, Aceh ini, memilih kuliah di President University, Bekasi, pada tahun 2011.
“Pertama-tama, saya sedang mencari universitas dengan kuliah berbahasa Inggris. Saat itu, ada banyak pilihan universitas. Tetapi saya akhirnya memilih President University setelah melihat lingkungan dan kurikulum yang mereka sediakan, ”kata dia, dikutip dari qswownews.com, 12/07/2020.
Di universitas tersebut, Tri Purnamasari memilih jurusan Teknologi Informasi.
BACA JUGA:
- Merek “Merdeka Belajar” Dipakai Kemdikbud, Ini Klarifikasi Lengkap Pendiri Sekolah Cikal
- PAI dan Bahasa Arab di Madrasah Dihapuskan? Ternyata Begini Penjelasan Kemenag
- Dituding Otak di Balik Nadiem, Ini Bantahan dan Klarifikasi Najelaa Shihab
- Survei: Mayoritas Siswa Tak Suka Belajar Secara Online dari Rumah
- Dian Sastro Ternyata Demen Sastra Gara-gara Guru di SMA, Bukan Karena Film AADC
- Ternyata, 90 Persen Mahasiswa Ingin Belajar Lagi di Kampus
Impiannya untuk belajar di luar negeri menjadi kenyataan ketika ia berhasil mendapatkan beasiswa Fulbright pada tahun 2018. Dengan kompetisi yang ketat, ia berhasil mendapatkan beasiswa penuh. Saat ini ia sedang menyelesaikan program pascasarjana di bidang Ilmu Data di Michigan Technological University.
Bagaimana ia memperoleh beasiswa itu?
Tri mengungkapkan dalam mempersiapkan aplikasi beasiswa, salah satu yang paling penting adalah menulis esai. Ini penting karena dengan esai itu seseorang menggambarkan dirinya secara tertulis.
“Misalnya dalam Beasiswa Fulbright yang merupakan beasiswa berbasis prestasi, berarti sponsor beasiswa akan melihat prestasi serta karakter penerima beasiswa. Dari apa yang saya lihat, mereka memperhatikan karakteristik kepemimpinan. Nah, itu bisa tercermin dari esai kita, atau formulir aplikasi, atau melalui sesi wawancara, atau pengalaman kita,” kata dia.
Menurut Tri, salah satu penyebab gagal memenangkan beasiswa adalah kurangnya referensi. Dalam persiapannya, ia membaca banyak artikel, informasi, dan mengikuti berbagai sesi berbagi dari orang-orang yang telah berhasil mendapatkan beasiswa di luar negeri. Dari sana ia mencoba menerapkannya ke dalam proses persiapannya.
Dia menambahkan, pengalaman penelitian juga merupakan aset penting untuk pekerjaan atau studi pascasarjana.
“Jika ada kesempatan untuk melakukan penelitian atau menulis jurnal dari dosen, jangan lewatkan. Ini akan menjadi pengalaman berharga dalam menerapkan teori-teori praktis yang telah kita pelajari, ”katanya.
Dia menyarankan semua mahasiswa untuk tidak pernah menyerah. Bahkan di awal perjalanannya, dengan lingkungan baru dan tinggal jauh dari keluarganya, dia hampir menyerah.
“Pada awal semester di President University, saya merasa stres dan berpikir untuk menyerah. Tetapi saya teringat akan mimpi yang ingin saya raih di awal. Sejak saat itu saya mengubah pola pikir saya. Tidak ada yang mustahil selama Anda bekerja keras untuk itu, ”pungkasnya.
* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu.
Leave a Reply