
JAKARTA, KalderaNews.com — Tahun 2020 bagi Guru Sejarah Marcee Hinds adalah tahun yang menarik dilihat dari perspektif mengajarkan sejarah di kelas. Beberapa peristiwa penting di tahun ini menjadi kesempatan bagi setiap guru untuk menunjukkan relevansi pelajaran sejarah kepada murid-murid di kelas.
“Beberapa bulan terakhir ini adalah kesempatan belajar bagi guru sejarah,” kata Hinds, guru sejarah di Baker High School, Mobile County, Alabama, AS.
Dia merujuk pada pandemi COVID-19 yang masih merebak di Amerika Serikat, dan kerusuhan yang bersifat rasial yang kemudian melahirkan gerakan Black Live Matters (BLM). Kedua peristiwa yang menghebohkan ini terjadi pada tahun 2020.
BACA JUGA:
- Gengs, Pahamilah Begini Kondisi Orang Tua Selama Kalian Home Learning
- Resmi, “New Normal” Menjadi “Kenormalan Baru”, Tapi Belum Masuk KBBI
- Akhirnya AS Terbitkan Protokol Kesehatan untuk Sekolah, Lebih Ketat dari Negara Lain
- Mulai Bosan Belajar di Rumah, Yuk Ubah Ruang Belajar Kamu, Begini Caranya
Pandemi COVID-19, menurut dia, mengingatkan orang pada pandemi flu Spanyol tahun 1918. Sedangkan gerakan BLM, menurut dia, adalah gema yang kuat dari yang disuarakan oleh Gerakan Hak-Hak Sipil tahun 1960-an.
. “Mengapa Gerakan Hak Sipil masih penting 60 tahun kemudian? Karena kita sebagai bangsa masih berjuang dengan kesenjangan sosial dan ras. Mengapa kita perlu mempelajari pandemi flu yang terjadi lebih dari 100 tahun yang lalu? Karena itu bisa membantu kita lebih memahami bagaimana menghadapi pandemi yang saat ini dihadapi dunia,” kata dia, tentang perlunya belajar sejarah.
“Menunjukkan kepada siswa bagaimana masa lalu terhubung dengan masalah kita saat ini dan bagaimana kita dapat belajar dari prestasi dan kesalahan masa lalu untuk menjadikan masa depan kita lebih cerah adalah tujuan hidup para guru sejarah,” lanjut dia.
Hinds berkisah bahwa ia pertama kali tertarik pada pelajaran sejarah ketika berumur lima tahun. Keluarganya membawanya ke Colonial Williamsburg di Virginia, dan dia merasa seperti terbawa kembali ke tahun 1700-an.
“Itu menarik bagi otak saya yang berusia 5 tahun,” kata Hinds.
“Sejak saat itu, saya senang mempelajari sejarah, terutama sejarah Amerika, dan itu menjadi subjek favorit saya.”
“Saya sangat menyukainya sehingga saya menerjemahkannya ke dalam karier mengajar.”
Kecintaannya pada sejarah ternyata berbuah indah pada kariernya. Tahun ini dia dianugerahi penghargaan Alabama History Teacher of the Year oleh Gilder Lehrman Institute of American History. Yang disebut terakhir ini adalah salah satu organisasi terkemuka di negara itu yang didedikasikan untuk pendidikan sejarah Amerika di SMA.
Setiap tahun lembaga ini memberi penghargaan kepada satu guru SMA dari setiap negara bagian di AS. Musim gugur ini, Hinds akan menjadi salah satu kandidat untuk penghargaan History of Teacher of the Year di tingkat nasional.
Untuk penghargaan yang telah diterimanya, Hinds berhak memperoleh hadiah uang US$1.000 serta sejumlah arsip utama, buku-buku sejarah Amerika Serikat serta materi pendidikan sejarah dari Gilder Lehrman.
Hinds yang telah mengajar sepanjang 9 tahun kariernya di Baker High School, mengatakan ia mengajarkan sejarah keada murid-muridnya dengan menunjukkan kepada mereka bagaimana sejarah itu relevan dengan kehidupan sehari-hari mereka.
Sayangnya pembelajaran jarak jauh di masa pendemi COVID-19 buat Hinds merupakan tantangan berat. Bagi dia, PJJ tidak ideal bagi seorang guru yang suka bekerja bersama dengan murid-muridnya, untuk mendorong mereka untuk berkontribusi dan berpikir kritis.
“Saya tidak mendapatkan koneksi itu dengan siswa saya melalui layar komputer,” katanya.
Karena itu, dia harus bekerja lebih keras untuk mempersiapkan pelajaran daring setiap hari untuk menarik minat murid-muridnya ke dalam diskusi dan menghidupkan sejarah. (Al.com)
* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu
Leave a Reply