JAKARTA, KalderaNews.com – LPDP RI mengadakan Studium Generale 2020 dengan tema Rekacipta Generasi Muda Menuju Indonesia Emas pada Senin (02/11). Pada acara tersebut, hadir Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Moderasi Beragama, Agus Hartono, sebagai salah satu narasumber.
Ia mengangkat topik Pembangunan Sumber Daya Manusia. Menurutnya, hal tersebut bukan hanya tanggung jawab kementerian yang bersinergi di bidang pendidikan, akan tetapi juga kualitasnya.
“Kalau berbicara tentang pembangunan sumber daya manusia, tidak hanya menjadi tanggung jawab Kemdikbud. Memang kalau bicara pendidikan, dua kementerian terbesar yaitu Kemdikbud dan Kemenang, serta Kemristek, akan tetapi pembangunan manusia tidak hanya bicara pendidikan,” ujarnya saat webinar untuk mengucapkan selamat kepada awardee yang lolos LPDP 2020.
BACA JUGA:
- Profesor Pitoyo Peter Hartono di Jepang Sebut Pendidikan di Indonesia Seringnya “Basa Basi”
- Pesparawi Mahasiswa XVI Dimulai, 51 Peserta Siap Berkompetisi
- Begini Syarat dan Panduan Mengikuti Pesparawi Mahasiswa Nasional 2020
Ia menuturkan bahwa pembangunan manusia merupakan proses yang tidak akan pernah usai karena generasi silih berganti. Dengan demikian, negara harus mengurusi sumber daya manusia dari segala jenjang, sejak dalam kandungan hingga lansia. Tentunya, proses tersebut mencakup pendidikan warganya.
Strategi yang dilakukan banyak yang dilakukan negara. Mulai dari yang pertama sejak anak dalam kandungan, kalian para penerima beasiswa mungkin ada yang berkeluarga kan? pastikan betul kalian memperhatikan kehidupan 1000 hari pertama. Pastikan gizinya sejak dalam kandungan karena golden of opportunitynya ada di 1000 hari itu,” tuturnya.
Lalu, setelah lahir perlu diberi asupan ASI yang cukup dan pola asuh anak di usia dini. Menurutnya, pembelajaran usia dini yang paling utama yaitu pembentukan karakter dengan memberikan kebiasaan nilai-nilai positif.
Lalu, masuk SD. Banyak sekali intervensi yang dilakukan negara, mulai dari pembangunan infratsruktur, pemberian pembiayaan seperti BOS, KIP, tunjangan profesi guru hingga perbaikan kurikulum.
Kemudian, masuk ke jenjang yang lebih tinggi yaitu SMA. Demi menaikkan taraf hidup aak-anak di jenajng pendoidikan, lahirlah KIP, bahkan mulai tahun ini ada KIP Kuliah. Tujuannya memastikan anak dari golongan kurang mampu bisa kuliah. Begitu juga lansia, banyak program yang diberikan kepada lansia. Karena pada saat meomentum seperti bonus demografi ini, ini momentum buat kita.
Ia menyorot jenjang pendidikan pada warga Indonesia dengan bonus demografinya. Menurutnya, sekalipun Indonesia memiliki bonus demografi, akan tetapi 62% hingga 63% angkatan kerja merupakan lulusan setara SMP. Lalu, 25% lulusan SLTA dan hanya 13% lulusan perguruan tinggi dan teknik.
Sementara itu, proporsi kapasitas siswa yang berkesempatan kuliah pun tidak seimbang. Ia mengungkapkan setiap tahun ada 3,7 juta lulusan SLTA, sementara hanya 1,9 juta yang bisa ditampung kapasitas perguruan tinggi di Indonesia. 1,8 juta terpaksa masuk ke pasar tenaga kerja, mereka harus bersaing dengan lulusan perguruan tinggi juga.
“Jadi, setiap tahun ada 3,1 juta pencari kerja baru dan tidak jarang lulusan perguruan tinggi juga mendowngradekan dirinya untuk merebut pekerjaan anak-anak SLTA. Ini persoalan real bangsa kita,” ungkapnya.
Permasalahan kompleks mengenai ketidaksesuaian jembatan siswa dan angkatan kerja bukan pekerjaan sebentar. Menurutnya, masih 30 tahun lagi struktur tersebut bisa diubah oleh pemerintah.
Ia pun mengungkapkan konsekuensinya, yaitu dengan proporsi lapangan pekerjaan yang didominasi oleh SD, SMP, dan SLTA, maka national productivity akan kalah dengan negara lain yang didominasi oleh lulusan perguruan tinggi.
“Mumpung kita punya komposisi usia productivity banyak, maka ayo kita tingkatkan kualitasnya melalui berbagai cara, salah satunya melalui beasiswa ini (LPDP)” tutupnya.
* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu
Leave a Reply