JAKARTA, KalderaNews.com – Dalam kurun waktu satu bulan terakhir, kawasan Kepulauan di Asia Tenggara diguncang gempa. Yang terbesar di terjadi Sulawesi Barat. Puluhan orang meninggal dunia dan banyak rumah serta gedung rata dengan tanah.
Mengapa gempa bumi sering melanda Indonesia?
BACA JUGA:
- Bila Terjadi Gempa, Apa yang Harus Kita Lakukan? Simak Penjelasan Berikut
- Data Terkini, Gempa Sulbar Ternyata Rusak 103 Sekolah
- Peneliti LIPI: Bencana Alam Terus Berulang, Pentingnya Pendidikan Kebencanaan
Indonesia rawan gempa, lantaran berada di Cincin Api, busur gunung berapi dan garis patahan di cekungan Samudera Pasifik. Inilah daerah yang sebagian besar gempa bumi dunia terjadi.
Zona yang paling aktif secara seismik di planet ini membentang dari Jepang dan Indonesia di satu sisi Pasifik hingga California dan Amerika Selatan di sisi lainnya. Lempeng tektonik dan Cincin Api adalah alasan utama Indonesia mengalami begitu banyak gempa bumi dan letusan gunung berapi.
Selama satu bulan ini, volcanodiscovery.com, situs yang fokus pada volkanologi di dunia mencatat, Indonesia diguncang oleh satu gempa berkekuatan 7,0 SR, 3 gempa antara 6,0-7,0 SR, 23 gempa 5,0-6,0 SR, 142 gempa 4,0- 5,0 SR, 378 gempa antara 3,0-4,0 SR, dan 251 gempa antara 2,0-3,0 SR. Ada juga 14 gempa di bawah skala 2,0 yang biasanya tidak dirasakan orang. Gempa terbesar berkekuatan 7,0 SR terjadi di Laut Filipina, 43 kilometer timur laut Pulau Magupung, Indonesia, pada 21 Januari 2021.
Gunung berapi paling aktif di dunia pun terletak di sepanjang Ring of Fire atau Cincin Api. Wilayah ini juga tempat sebagian besar gempa bumi terjadi lantaran lempeng tektonik saling mendorong sehingga menyebabkan getaran.
Cincin itu membentang sepanjang 25.000 mil (40.000 kilometer) dari batas Lempeng Pasifik ke lempeng yang lebih kecil, seperti lempeng Laut Filipina, ke Lempeng Cocos, dan Nazca yang melapisi tepi Samudera Pasifik.
Wilayah yang paling berisiko dari letusan gunung berapi dan gempa bumi adalah Chili, Jepang, Pantai Barat AS, dan negara pulau lainnya termasuk Kepulauan Solomon hingga pesisir barat Amerika Utara dan Selatan.
Lempeng tektonik merupakan lempengan besar kerak bumi yang terus bergerak di atas mantel, lapisan batuan padat dan cair di bawah kerak bumi. Cincin Api terbentuk saat lempeng samudera meluncur di bawah lempeng benua.
Gunung berapi di sepanjang Cincin Api terbentuk ketika satu lempeng didorong di bawah lempeng lainnya ke dalam mantel melalui proses yang disebut subduksi. Gempa bumi besar, yang berisiko memicu tsunami, juga kerap terjadi di zona subduksi.
Gunung berapi tercipta ketika magma atau batuan cair panas, naik melalui retakan di kerak bumi, yang menyebabkan tekanan meningkat. Saat lempeng tektonik ditarik atau didorong bersama, tekanan terlepas, membuat magma meletus dalam bentuk abu dan lava. Setelah lava mendingin, ia membentuk kerak baru.
Gunung berapi perlahan terbentuk seiring waktu karena lapisan kerak menumpuk setelah beberapa kali letusan. Setidaknya 450 gunung berapi aktif dan tidak aktif melapisi Cincin Api.
Gempa bumi mewakili pelepasan energi dari bagian dalam bumi, di mana sejumlah besar panas disimpan. Panas mendorong pelat bergerak. Saat dua pelat bergerak melawan satu sama lain dan menghasilkan gesekan, ini menyebabkan energi menumpuk. Tatkala energi dilepaskan, itulah yang memicu gempa bumi. Diperlukan puluhan ribu tahun untuk mengumpulkan energi, tetapi hanya dalam hitungan detik untuk melepaskannya.
Lempeng tektonik biasanya bergerak rata-rata beberapa sentimeter setiap tahun. Namun, ketika terjadi gempa, ia dapat bergerak beberapa meter per detik.
Hingga kini, ahli seismologi belum dapat memprediksi kapan atau di mana gempa bumi akan terjadi, atau seberapa besar gempa tersebut.
So, tetaplah waspada karena Indonesia berada di kawasan Cincin Api yang rawan dengan bencana gempa bumi dan letusan gunung berapi.
* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu


Leave a Reply