BANDUNG, KalderaNews.com – PTM di kota Bandung dimulai hari ini, 8 September 2021. Hal ini berlaku untuk pendidikan jenjang dasar SD hingga SMA. Sayangnya, kebijakan ini belum dapat dipenuhi oleh pendidikan di perguruan tinggi.
Setidaknya terdapat dua perguruan tinggi yang urung menggelar kuliah tatap muka. Komposisi domisili dan asal mahasiswa yang bervariasi membuat perguruan tinggi sulit untuk mengimitasi pola PTM di kota Bandung seperti yang dilaksanakan untuk SD hingga SMA.
BACA JUGA:
- Kampus di Wilayah PPKM Level 1-3 Boleh Kuliah Tatap Muka, Mahasiswa Harus Mendukung
- Dear Mahasiswa yang Rindu Kuliah Tatap Muka, Inilah Ketentuan SKB 4 Menteri yang Harus Diikuti
- Parents, Simak 10 Pandangan IDAI Tentang Sekolah Tatap Muka Ini
Salah satu perguruan tinggi yang tidak buru-buru menggelar kuliah tatap muka adalah Institut Teknologi Bandung (ITB). Meskipun menurut Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan (WRAM) ITB, Jaka Sembiring, proses persiapan untuk kuliah tatap muka ini telah dilakukan sejak satu tahun yang lalu.
“Persiapan kampus dibuka itu sudah dilakukan sejak tahun lalu, mulai dari pembukaan kuliah hybrid di Jatinangor,” ujar Jaka. Sayangnya, masih menurut Jaka, setelah 10 hari pelaksanaan percobaan kuliah hybrid itu dilaksanakan, kebijakan PPKM diterapkan sehingga kegiatan tersebut diberhentikan.
Jaka juga menambahan bahwa suda ada informasi dari Dikti, untuk dapat segera menggelar kuliah tatap muka, tetapi tentu dengan mempertimbangkan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah setempat.
“Kami membuka ampus itu tidak dengan gegabah, apalagi melibatkan ribuan mahasiswa dan dosen. Hal ini dlakukan secara rinci dan bertahap,” jelasnya. Sementara untuk tugas akhir, disertasi, dan tesis sudah mendapatkan izin untuk melaksanakan di dalam kampus.
Senada dengan Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan (WRAM) ITB itu, Rektor Universitas Parahyangan, Mangadar Situmorang, menyatakan, “Kalau SD atau SMA itu ada zonasi. itu sudah jelas peta geografis dan demografisnya dari para siswa. Kalau perguruan tinggi sangan sporadis, bahkan dari luar kota Bandung. Kita tidak bisa mengimitasi pola sekolah PTM, menurut kami, materi pembelajaran perguruan tinggi lebih luas.”
Selama belajar daring, Mangadar mengatakan mahasiswa cenderung lebih independien dan mandiri dalam menggali bahan ajar. Walau demikian, tentu ada kelemahan dari segi interaksi sosial antara mahasiswa.
“Pertimbangan berikutnya kenapa kita tidak buru-buru PTM itu erat juga kaitannya dengan aspek kesehatan. Survei kita dari 11 ribu mahasiswa, yang sudah terdata mendapatkan vaksinasi dua kali masih sekitar lima ribuan. Kalau dosen dan pegawai Unpar sudah divaksinasi semua,” ujar Mangadar.
“Komposisi demografis dan geografis mahasiwa ada yang dari Yogyakarta, Sumatera yang datang ke sini, tetapi apakah mereka sudah divaksin atau tempat tinggal mereka di sekitar kampus juga sudah divaksin? Tempat tinggal mereka aman atau tidak, kita perlu antisipasi dan wanti-wanti soal klaster perguruan tinggi,” tambahnya.
Masih menurut Mangadar, pandemic Covid 19 juga berperngaruh terhadap jumlah mahasiswa yang mendaftar tahun ini. tahun ini, Unpar menerima sekitar 2.500-2.600 mahasiswa, jumlah ini menurun bila dibandingkan jumlah pendaftar tahun lalu yang mencapai sekitar 2.900-3.000 mahasiswa.
* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu.
Leave a Reply