JAKARTA, Kalderanews.com — Perpustakaan kampus di berbagai belahan dunia terus berbenah di era digital. Bagaimana tidak. Banyak fungsi perpustakaan harus berubah total.
Torsten Reimer, kepala perpustakaan University of Chicago belum lama ini diwawancarai oleh media kampus tersebut tentang hal ini. Penjelasannya menarik.
Salah satunya tentang digitalisasi. Menurut Reimer, perpustakaan menghadapi tantangan yang berbeda dibanding organisasi lain dalam menjalankan transformasi digital. Organisasi lain mungkin dapat mengalihkan semua sumber daya mereka ke digital. Namun, kata Reimer, itu bukan pendekatan yang masuk akal bagi perpustakaan University of Chicago.
BACA JUGA:
- Di tengah Gempuran Informasi Digital Perpustakaan Sekolah harus Berinovasi
- Cyber University jadi Kampus Fintech Pertama di Indonesia
- Ikut Youth Space Camp di Amerika Chaidar Terkesan Simulasi Peluncuran Roket
Bagaimanapun, kata dia, perpustakaan adalah penjaga warisan budaya. Sedangkan materi sejarah banyak dalam bentuk cetak.
“Dalam penelitian humaniora khususnya, media dalam bentuk cetak terus memiliki peran kunci. Jadi bukan digital yang menggantikan fisik, tapi memikirkan bagaimana keduanya bisa saling mendukung, dan memberi ruang yang akan memfasilitasi hal tersebut,” kata Reimer, yang baru bergabung ke University of Chicago April 2022. Sebelumnya ia bekerja di British Library sebagai kepala bidang konten dan layanan penelitian.
Reimer saat ini mendapat tanggung jawab memimpin proses pengembangan perpustakaan University of Chicago. Perpustakaan ini adalah perpustakaan terbesar kesembilan di Amerika Utara.
Reimer mengatakan secara historis peran perpustakaan universitas adalah mengumpulkan bahan. Setelah itu, tugas perpustakaan membuatnya dapat diakses di dalam organisasi kampus.
Kini fungsi itu harus diperluas. Kata dia, dalam lingkungan dimana karya ilmiah lebih banyak dipublikasikan secara online dan kebanyakan orang membuka mesin pencari untuk menemukannya, peran perpustakaan harus melangkah lebih maju.
Salah satunya, menurut Reimer, perpustakaan kampus harus mendukung penciptaan pengetahuan dalam bentuk digital. Selanjutnya, perpustakaan harus membantu kampus, termasuk mahasiswa, untuk mendorong pengetahuan itu sampai ke dunia luar.
“Perpustakaan dapat membantu mempermudah proses penerbitan dan membuat hasil penelitian yang menarik di University of Chicago dapat ditemukan dan digunakan secara luas,” kata Reimer.
Ketika ditanya bagaimana konkretnya perpustakaan mendukung penciptaan pengetahuan dalam bentuk digital, Reimer memberi berbagai contoh. Salah satunya tentang pengetahuan mengenai perubahan iklim.
Sebagian besar penelitian tentang perubahan iklim, kata dia, dibangun dengan simulasi yang kompleks. Umumnya menggunakan data berskala besar dengan perangkat lunak khusus.
Menurut Reimer, semakin banyak dunia berbicara tentang dampak perubahan iklim dan cara menghadapinya, semakin perlu untuk tidak hanya melihat data tetapi juga model yang dipakai untuk menilai data dengan benar. “Perpustakaan dapat memfasilitasi pelestarian penelitian digital, dan memastikan akses yang terus-menerus,” kata Reimer.
Contoh lainnya adalah mengenai penelitian sejarah. Bila seorang sejarawan ingin memahami bagaimana komunikasi berlangsung di Eropa di awal era modern salah satu cara adalah melalui penelusuran surat-surat.
“Anda dapat membuat visualisasi yang membantu, bila Anda bukan hanya melihat pada setiap surat, tetapi juga dengan melihat siapa yang menulis surat, kepada siapa ditujukan dan bagaimana pengetahuan mengalir ke seluruh benua,” kata Reimer yang meraih gelar PhD bidang sejarah dari Ludwig Maximilian University of Munich (LMU) Jerman.
Menurut dia, ketika surat-surat tersebut telah tersedia dalam bentuk digital dan dapat dibaca oleh mesin pencari, sejarawan akan dapat melakukan analisis tentang bagaimana pemikiran berevolusi dari waktu ke waktu di antara para elit Eropa. Sejarawan bahkan dapat melacak konsep-konsep yang disebutkan di dalam surat-surat itu. Dan hal itu dapat dikerjakan dalam skala yang sangat besar.
“Jenis penelitian seperti ini tidak mungkin dilakukan sebelumnya. Dan pada akhirnya Anda telah membuat kumpulan data,” kata Reimer.
Dalam penelitian yang bersifat komputasi, Reimer mengatakan dewasa ini ada dorongan untuk membuat proses penelitian lebih transparan dan dapat direproduksi. Itu berarti perpustakaan menyediakan tidak hanya publikasinya tetapi juga data yang dipakai oleh penelitian itu.
“Ini semua menjadi bagian dari catatan ilmiah, dan pustakawan perlu membantu pengguna melacak materi tersebut dan memastikannya tetap dapat digunakan dalam jangka panjang,” begitu penjelasan Reimer.
Cek Berita dan Artikel KalderaNews.com lainnya di Google News
*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu!
Leave a Reply