Etika Penggunaan ChatGPT, Harus Transparan Sebutkan Hasil ChatGPT Sebagai Disclaimer

Ilustrasi: ChatGPT. (Ist)
Ilustrasi: ChatGPT. (Ist)
Sharing for Empowerment

JAKARTA, KalderaNews.com – Perekayasa Ahli Madya Pusat Riset Sains Data dan Informasi BRIN, Asril menegaskan dalam menggunakan teknologi ChatGPT (Generative Pre-training Transformer) pengguna harus memenuhi kaidah etika dan menghindari memasukkan data yang bersifat pribadi.

Hal ditegaskannya di Talkshow Afternoon Talk: Episode Etika dan Privasi dalam menggunakan ChatGPT dalam rangkaian peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (HAKTEKNAS) yang ke-28, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) pada Kamis, 3 Agustus 2023.

Prinsipnya, fungsi verifikasi oleh pengguna menjadi sangat penting, apakah jawaban yang dihasilkan sudah tepat dan sesuai harapan.

BACA JUGA:

“Kalau kita mendapatkan informasi dari chatGPT juga harus bertanggungjawab jika mau menyebarluaskan dan mempublikasikannya. Kita juga harus transparan menyebutkan bahwa ini hasil chatGPT sebagai disclaimer,” imbuhnya.

Asril menambahkan, salah satu area fokus dalam Strategi Nasional (Stranas) KA adalah terkait etika dan kebijakan. Keamanan cyber adalah area yang termasuk etika.

“AI sebagai teknologi harus bisa aman, terpercaya, tidak merusak lingkungan dan tidak melanggar nilai-nilai. Semua teknologi yang ada terutama harus mengikuti basis nilai-nilai Pancasila,” ujarnya.

Batasan dalam Lingkup Akademik

Pada kesempatan yang sama, Guru Besar Teknik Komputer Universitas Indonesia, Riri Fitri Sari mengungkapkan penggunaan Chat GPT harus diantisipasi secara khusus dalam konteks akademik.

“Dengan adanya ChatGPT, respon mahasiswa terlihat lebih rapi, tetapi kita harus berhati-hati agar penggunaan AI ini tidak membuat kita tergantung dan harus tetap menjadi media pembelajaran yang sesuai dengan tujuan yang diinginkan,” ujarnya.

Chat GPT memiliki kecenderungan untuk memberikan jawaban yang kurang sesuai dengan bahan pelajaran, sehingga diperlukan evaluasi menggunakan alat lain.

“Kami melihat sejauhmana dosen, peneliti, dan civitas akademik, dengan menggunakan teknologi (ChatGPT) tetap dapat membangun generasi masa depan untuk terus belajar.

Bukan hanya melakukan hal-hal yang mudah, tapi mengarahkan kemana mesin itu dapat membantu kita membangun kebudayaan dan peradaban,” ujarnya

Lebih lanjut, Riri mengungkapkan bahwa penggunaan ChatGPT juga akan membawa tantangan dalam dunia pendidikan ketika terjadi pergeseran dari algoritma intelligence ke kecerdasan imaginatif untuk mencapai tujuan dan mengumpulkan sumber data yang berlebihan.

Maka dari itu, penting untuk memberikan batasan dalam lingkup akademik, di mana dosen perlu beradaptasi dengan teknik dan temuan baru untuk mendefinisikan dan menganalisis jawaban yang diinginkan, serta menyiapkan generasi selanjutnya untuk masa depan yang lebih baik.

Riri juga menambahkan pentingnya menjaga privasi data, karena data tersebut bisa digunakan oleh Chat GPT dan dapat menjadi senjata yang menyerang pengguna.

Oleh karena itu, penggunaan teknologi AI harus dapat dipertanggungjawabkan, aman, terpercaya, dan tidak melanggar privasi.

“Sebagai manusia, kita harus lebih bijaksana dalam memilah-milih informasi agar tidak terjadi disinformasi,” ujar Riri.

Penggunaan ChatGPT secara menyeluruh diharapkan dapat menjadi acuan untuk riset masa depan dan mewujudkan potensi AI yang lebih baik.

Riri menyatakan bahwa hal ini menjadi sebuah terobosan baru dan menarik bagi para riset dan mahasiswa untuk menciptakan penemuan-penemuan baru ke depannya.

Cek Berita dan Artikel KalderaNews.com lainnya di Google News

*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu. Tertarik menjalin kerjasama dengan KalderaNews.com? Silakan hubungi WA (0812 8027 7190) atau email: kalderanews@gmail.com




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*