TPST Piyungan Tutup, Begini Solusi Mengurangi Sampah di Kota Wisata

Limbah lindi adalah limbah cair dan granula yang timbul akibat masuknya air eksternal ke dalam timbulan sampah, melarutkan dan membilas materi-materi terlarut termasuk juga materi organik hasil proses dekomposisi biologis.
Limbah lindi adalah limbah cair dan granula yang timbul akibat masuknya air eksternal ke dalam timbulan sampah, melarutkan dan membilas materi-materi terlarut termasuk juga materi organik hasil proses dekomposisi biologis (KalderaNews/Ist)
Sharing for Empowerment

YOGYAKARTA, KalderaNews.com – Kabar tutupnya TPST Piyungan, Yogyakarta, menjadi kabar buruk tentang kondisi sampah di negeri ini. Sekaligus menjadi tanda bahaya bagi kota-kota lain yang dijuluki sebagai kota wisata.

TPST Piyungan ditutup karena sudah overload atau tidak lagi mampu menampung sampah.

Alasan ini menunjukkan bahwa produksi sampah di Jogja sangat lah tinggi. Namun tidak diimbangi dengan program pengurangan dan pengelolaan sampah yang baik.

BACA JUGA :

Padahal, sebagai kota wisata dan kota pelajar, seharusnya antisipasi terhadap sampah lebih diutamakan.

Julukan sebagai kota wisata dan kota pelajar memang menguntungkan. Khususnya bagi warga Jogja yang memiliki usaha properti.

Misalnya kos-kosan, kontrakan, dan hotel. Namun, di sisi lain, julukan ini bisa menjadi bumerang. Yakni melonjaknya produksi sampah.

Para wisatawan datang ke Jogja tidak hanya untuk berlibur. Namun juga untuk menyumbang sampah. Begitu pun para pelajar yang tinggal di kos dan kontrakan.

Untuk itu, perlu beberapa upaya mengurangi sampah di Jogja dan kota lain yang bergelar kota wisata.

Berikut adalah beberapa cara yang bisa dicobq untuk mengurangi sampah di kota wisata.

1. Terbitkan Perwali tentang Pengurangan Penggunaan Sampah Plastik

Peraturan Walikota (Perwali) ini sangat penting untuk menegaskan kepada warga kewajiban mengurangi sampah plastik.

Sebagaimana diketahui, plastik adalah salah satu jenis sampah yang sulit terurai. Sehingga penggunaannya harus dibatasi.

Di kota seperti Jogja dan kota wisata lainnya, Perwali ini harus dibuat dan diperketat praktiknya.

Misalnya melarang menggunakan kantong plastik di malioboro, pasar bringharjo, dan beberapa mall di Jogja.

Sanksi bagi penjual yang menggunakan kantong plastik juga harus dipertegas. Yakni disita jualannya, atau dilarang berjualan selama beberapa minggu.

Bila perlu, untuk lingkup kampus lebih diperketat sanksinya. Karena mahasiswa sering digadang-gadang sebagai agent of change.

Untuk itu, jika unit usaha kampus seperti Koperasi Mahasiwa (KOPMA) masih menggunakan kantong plastik, harus diberikan sanksi lebih berat dibanding tempat perbelanjaan lainnya.

2. Setiap Tempat Wisata Harus Mempunyai Bank Sampah

Keberadaan bank sampah di tempat wisata sangat lah penting. Karena wisatawan juga paling banyak memproduksi sampah. Khususnya sampah kemasan makanan dan minuman.

Untuk memudahkan pengolahan Bank Sampah, harus disediakan tong sampah pilah atau tong sampah 3R.

Tong sampah ini bisa dikhususkan untuk 3 jenis sampah saja. Yakni sampah botol plastik dan kaleng, sampah kemasan makanan ringan, dan sampah jenis lain.

Keberadaan tong sampah 3R juga harus disosialisasikan kepada pengunjung.

Jadi, sebelum pengunjung masuk ke tempat wisata, pengelola harus mempertegas aturan pemilahan sampah. Yakni harus membuang sampah sesuai jenisnya.

3. Melarang Penggunaan Sterofom Sebagai Bungkus Nasi Wisatawan

Biasanya, beberapa rombongan wisatawan sudah membungkus nasi dari rumah dengan alasan hemat biaya.

Namun, mereka tidak memperhatikan jenis bungkus nasi yang digunakan. Misalnya menggunakan sterofom yang merupakan jenis sampah sulit terurai.

Seharusnya, para wisatawan memilih bungkus nasi yg mudah didaur ulang.

Seperti kotak kardus, besek bambu, atau membawa wadah sebagai tempat nasi dan lauk. Jadi, tidak akan meninggalkan sampah di tempat wisata.

Pengelola tempat wisata juga harus membuat sanksi tegas bagi wisatawan yang membawa bungkus sterofom. Misalnya harus membawa sampahnya pulang atau mebayar denda.

Alternatif lain untuk mengurangi sampah makanan di tempat wisata adalah membuat promo tiket masuk.

Syaratnya dengan memesan menu prasmanan di cafe/resto/food court yang tersedia. Bisa juga dengan membuat paket hemat (paket makan dan tiket masuk dengan harga murah).

Makanan yang tersedia di tempat wisata juga harus mengutamakan cita rasa. Agar pengunjung tidak kecewa dan lebih senang membeli makanan di food court tempat wisata.

Cek Berita dan Artikel KalderaNews.com lainnya di Google News

*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmuTertarik menjalin kerjasama dengan KalderaNews.com? Silakan hubungi WA (0812 8027 7190) atau email: kalderanews@gmail.com




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*