BANDUNG, KalderaNews.com – Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati memberi peringatan kepada Pemerintah Provinsi Jawa Barat agar waspada terhadap potensi cuaca ekstrem saat Pemilu 2024.
Dwikorita menjelaskan bahwa Provinsi Jawa Barat memiliki curah hujan tertinggi dan penduduk terpadat di Indonesia. Menurut prediksi BMKG, puncak musim hujan di wilayah ini diperkirakan terjadi dari akhir Januari hingga Maret.
Oleh karena itu, Pemerintah Provinsi Jawa Barat perlu mengantisipasi potensi cuaca ekstrem dengan melakukan sejumlah langkah mitigasi. Hal ini penting agar Pemilu 2024, yang dijadwalkan pada 14 Februari mendatang, dapat berjalan lancar di Jawa Barat.
BACA JUGA:
- Apakah Siswa SD-SMA Libur Saat Pemilu 2024? Cek Di Sini!
- Inilah Deretan Peringatan Hari Nasional dan Internasional di Bulan Februari 2024, Ada Libur dan Cuti Bersama Lho!
- 5 Poin Pernyataan Sikap Unika Atma Jaya Jakarta Jelang Pemilu 2024
“Kunjungan BMKG hari ini bertujuan untuk mengkomunikasikan urgensi kesiapsiagaan menghadapi puncak musim hujan yang diperkirakan berlangsung hingga Maret. Mengingat kita akan melaksanakan Pemilu 2024 yang merupakan acara besar, koordinasi dengan Gubernur dan BPBD sangat diperlukan untuk mengambil langkah mitigasi sehingga curah hujan tinggi tidak menimbulkan bencana dan mengganggu jalannya acara nasional,” ungkap Dwikorita setelah bertemu dengan Penjabat Gubernur Jawa Barat, Bey Machmudin, di Gedung Sate, Kota Bandung, pada Senin, 29 Januari 2023.
Dwikorita menegaskan bahwa tidak ada anomali cuaca pada musim hujan tahun ini. Meskipun musim hujan berjalan normal, dengan curah hujan rata-rata mencapai 400 milimeter dalam satu bulan sesuai data klimatologis 30 tahun terakhir, namun terkadang hujan ekstrem dengan curah hujan mencapai 150 milimeter per hari dapat terjadi.
Dia menyampaikan bahwa hujan tersebut bisa menyebabkan banjir, banjir bandang, dan tanah longsor jika tidak diantisipasi dengan baik. Mitigasi yang dianjurkan antara lain membersihkan saluran air atau drainase lingkungan, serta membersihkan sungai dari bahan penghambat seperti batu, tanah, kayu, ranting pohon, dan sampah, yang dapat menyebabkan banjir bandang.
Dwikorita menyoroti potensi risiko di daerah dataran rendah sekitar perbukitan, terutama setelah gempa bumi pada musim hujan. Longsor di lereng-lembah hulu sungai di perbukitan dapat menyebabkan sumbatan yang memblokir aliran air sungai di daerah hulu. Dengan terus turunnya hujan, bendungan tersebut akhirnya bisa pecah dan menyebabkan banjir bandang atau aliran debris dengan kecepatan tinggi ke daerah dataran rendah di hilir.
Sebagai contoh, Dwikorita mengingatkan tentang banjir bandang di kawasan Braga beberapa waktu lalu yang diduga disebabkan oleh sumbatan di sungai hulunya. Oleh karena itu, inspeksi sungai perlu dilakukan untuk memastikan tidak ada sumbatan yang dapat menyebabkan banjir bandang.
“Dengan melakukan inspeksi sungai, kita dapat mengantisipasi terulangnya kejadian serupa dan mencegah terjadinya banjir bandang,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel KalderaNews.com lainnya di Google News
*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu. Tertarik menjalin kerjasama dengan KalderaNews.com? Silakan hubungi WA (0812 8027 7190) atau email: kalderanews@gmail.com


Leave a Reply