JAKARTA, KalderaNews.com – Calon presiden Prabowo Subianto menyatakan bahwa Indonesia kekurangan dokter. Ia pun menggagas kirimkan 10 ribu pelajar untuk kuliah kedokteran ke luar negeri.
Menurutnya, mengirim pelajar ke luar negeri untuk menjadi dokter adalah langkah darurat mengatasi angka kematian di Indonesia yang dinilai memprihatinkan.
“Datanya sudah cukup jelas bahwa kita kekurangan 140 ribu dokter. Sebagai contoh, di Atambua, ada satu rumah sakit, yang seharusnya ada 16 dokter, ini dokternya 1 orang. Jadi dia kewalahan, dia harus melayani 3 kabupaten,” papar Prabowo dalam Debat Capres 2024.
BACA JUGA:
- Capres Anies Baswedan: 700 Ribu Guru Honorer Jadi PPPK dan Percepatan Sertifikasi Guru
- Banyak Kebocoran Alokasi Dana Pendidikan, Capres Prabowo Sentil Mental dan Budaya Pejabat
- Capres Ganjar Pranowo Janji Evaluasi Kurikulum Merdeka
10 ribu beasiswa untuk kedokteran dan STEM
Ia lantas membeberkan programnya dengan memberikan beasiswa kepada 10 ribu mahasiswa untuk belajar kedokteran.
Tidak hanya itu saja, ia juga ingin memberikan program beasiswa di bidang teknologi dan informasi dan membangun fakultas science, engineering, technology, mathematics (STEM).
“Jadi, program kami memberi beasiswa, sudah saya katakan, 10 ribu kedokteran, 10 ribu di bidang science, engineering, dan mathematics, kita ambil yang terpinter dari Indonesia, kita kirim ke luar negeri, kita bangun fakultas-fakultas STEM yang lebih banyak lagi di Indonesia, baru kita rebut teknologi di Indonesia,” kata Prabowo.
Prabowo menyampaikan bahwa pemerintah harus mengambil tindakan berani untuk mengatasi Indonesia yang kekurangan dokter.
“Jadi bagaimanapun saya kira pemerintah harus ambil tindakan-tindakan yang cukup darurat. Dan untuk itu menurut kami kita harus ambil langkah-langkah berani mengirim sebanyak mungkin,” ucapnya.
Anies usul bawa profesor ke Indonesia
Sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Prabowo, Capres Anies Baswedan juga mengatakan persetujuannya.
Langkah belajar kedokteran ke luar negeri menurutnya dapat dilakukan jika penting dan urgent atau mendesak.
Anies menawarkan perspektif selain mengirim calon mahasiswa belajar kedokteran di luar negeri, yakni dengan membawa profesor dan institusi dari luar negeri ke Indonesia.
Hal ini bertujuan untuk kepentingan pengembangan kompetensi yang sama. Menurutnya, praktik ini turut memicu proses belajar bagi RI.
“Dan bila diharuskan untuk belajar ke luar negeri, maka go ahead. Tetapi bila profesor yang dibawa ke sini, institusinya yang dibawa ke sini, tidak masalah. Dengan begitu proses belajar itu akan terjadi,” ungkap Anis.
Cek Berita dan Artikel KalderaNews.com lainnya di Google News
*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu. Tertarik menjalin kerjasama dengan KalderaNews.com? Silakan hubungi WA (0812 8027 7190) atau email: kalderanews@gmail.com


Leave a Reply