JAKARTA, KalderaNews.com – Kenali lima jenis ancaman siber berbasis AI yang diprediksi akan muncul di tahun 2025. Pastikan untuk selalu waspada!
Dalam era digital yang terus berkembang, teknologi kecerdasan buatan (AI) juga turut membawa tantangan baru dalam dunia keamanan siber.
Diprediksi bahwa pada tahun 2025, ancaman siber berbasis AI akan semakin canggih dan sulit dideteksi.
Teknologi ini dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak tidak bertanggung jawab untuk menciptakan serangan yang lebih terarah, efisien, dan berbahaya.
BACA JUGA:
- Ada Belasan Aplikasi Berbahaya atau Malware, Ini Daftarnya
- 5 Trik Anti-Scam dari Meta yang Bisa Melindungi Kamu dari Penipuan Digital, Yuk Coba Praktikkan!
- Jangan Mudah Panik! Ini 7 Cara Atasi Laptop yang Lemot, Tidak Harus Dibawa ke Tempat Service, Lho!
Serangan berbasis AI ini tidak hanya mengancam data pribadi, tetapi juga dapat mengganggu sistem keamanan perusahaan, pemerintahan, bahkan infrastruktur penting suatu negara.
Untuk itu, memahami jenis-jenis ancaman siber berbasis AI yang kemungkinan muncul di masa depan menjadi langkah awal yang penting dalam menghadapi risiko yang semakin kompleks. Apa saja ancaman tersebut?
1. Serangan malware berbasis GenAI dan sistem AI multi-agen
Pada tahun 2025, diprediksi akan muncul serangan malware yang dibuat dengan bantuan Generative AI.
Teknologi ini memungkinkan pelaku kejahatan siber untuk menghasilkan kode malware yang lebih kompleks dan terarah hanya dengan satu perintah.
Kode ini bisa mengurangi hambatan saat para pelaku meluncurkan serangan dan membuat ancaman jadi lebih sulit buat dideteksi oleh sistem keamanan tradisional.
Selain itu, ancaman siber di 2025 diperkirakan akan muncul sistem AI multi-agen, di mana beberapa model AI bekerja sama untuk menyelesaikan masalah yang kompleks.
Satu agen AI saja sudah cukup kuat untuk melakukan serangan, apalagi jika beberapa agen AI ini berkolaborasi untuk merancang serangan yang lebih canggih dan terkoordinasi, maka ancaman ini bisa sulit diatasi.
2. Serangan phising, vishing, dan rekayasa sosial yang lebih canggih
Menurut laporan Cybersecurity Forecast 2025 oleh Google Clouds, pelaku kejahatan siber diprediksi akan semakin memanfaatkan penggunaan AI dan Large Language Models (LLMs) untuk melakukan serangan phishing, vishing, SMS, dan rekayasa sosial.
Pemanfaatan AI dan LLMs ini bisa menjadi salah satu ancaman yang sulit untuk dideteksi karena kecanggihan AI dalam meniru pola komunikasi dan perilaku manusia yang perlahan semakin akurat.
Selain itu, penggunaan LLMs juga berpotensi membantu pelaku untuk mempercepat proses pembuatan dan penyebaran serangan dalam skala yang lebih besar.
Lebih jauh lagi, teknologi ini juga mampu menciptakan serangan yang lebih terpersonalisasi sehingga membuat korban jadi rentan terkena penipuan..
3. Deepfake AI semakin digunakan untuk eksploitasi media sosial
Pada 2025 diprediksi media sosial dan GenAI akan menjadi kombinasi yang berbahaya dalam menghasilkan konten palsu. Para penjahat siber diprediksi akan melakukan penipuan dengan lebih terstruktur.
Teknologi deepfake AI ini akan digunakan buat mencuri identitas seseorang dan menduplikatnya dengan terlihat serealistis mungkin, termasuk suara, penampilan, bahkan perilaku sehari-hari.
Profil ini bisa digunakan untuk menyamar sekaligus berinteraksi dengan orang lain untuk tujuan penipuan dan pemerasan.
4. Ancaman keamanan data akibat oversharing saat menggunakan AI
Perkembangan teknologi AI yang pesat ternyata juga dibarengi dengan adanya ancaman keamanan siber.
Teknologi seperti LLMs (Large Language Models), GenAI (Generative AI), deepfake, dan sistem AI multi-agen diprediksi akan semakin banyak digunakan oleh penjahat siber.
Mereka diprediksi akan melancarkan serangan yang lebih canggih dan sulit dideteksi. Untuk itu, selalu kenali potensi ancaman ini dan selalu waspada dalam menjaga data pribadi tetap aman!
5. Serangan ransomware dengan memanfaatkan teknologi GenAI
Jenis ancaman siber berbasis AI yang terakhir adalah pembuatan kit ransomware yang lengkap dengan sistem enkripsi otomatis, penargetan korban, dan pengintaian dengan memanfaatkan teknologi GenAI.
Nah, teknologi ini memungkinkan pelaku untuk menciptakan agen AI yang bisa mengidentifikasi dan mengekploitasi kerentanan sistem enkripsi korban dengan lebih tepat sasaran.
Serangan ini bisa menjadi ancaman serius karena lebih terpersonalisasi dan sulit untuk dideteksi oleh sistem keamanan yang ada.
Bahkan, ada kemungkinan chatbots juga akan dimanfaatkan oleh pelaku kejahatan siber agar lebih cepat dan mudah dalam melakukan negosiasi tebusan.
Penggunaan chatbot ini bisa mempercepat proses komunikasi dengan korban, mempermudah pelaku untuk menekan korban supaya segera membayar, serta mengurangi risiko human error dalam menentukan jumlah tebusan.
Itulah lima jenis ancaman siber berbasis AI yang diprediksi akan muncul di tahun 2025. Harap berhati-hati dan selalu waspada!
Cek Berita dan Artikel KalderaNews.com lainnya di Google News
*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu. Tertarik menjalin kerjasama dengan KalderaNews.com? Silakan hubungi WA (0812 8027 7190) atau email: kalderanews@gmail.com.
Leave a Reply