Media Ajar Kreatif untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa SMA Negeri 8 Yogyakarta

Implementasi media pembelajaran kreatif di SMA Negeri 8 Yogyakarta
Implementasi media pembelajaran kreatif di SMA Negeri 8 Yogyakarta (KalderaNews/Dok. Peneliti)
Sharing for Empowerment

Oleh: Adesti Kristia Pertiwi dan Wuddan Satyo Satwiko, Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta

YOGYAKARTA, KalderaNews.com – Dalam dunia pendidikan penggunaan bahan ajar yang kreatif dan bervariasi menjadi kunci penting untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran.

Sudjana (2005) mendefinisikan bahan ajar sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk membantu proses belajar mengajar yang meliputi materi, teknik, maupun peralatan.

Majid (2010) menyatakan bahwa bahan ajar yang baik adalah bahan ajar yang mampu mengakomodasi berbagai gaya belajar siswa serta mendorong partisipasi aktif mereka dalam proses pembelajaran.

BACA JUGA:

Contoh implementasi penggunaan bahan ajar yang kreatif dan menarik dalam pembelajaran bahasa Indonesia adalah ketika guru mengajarkan materi teks argumentasi khususnya pada topik kalimat fakta dan opini, memerlukan metode yang inovatif agar siswa tidak hanya memahami konsep, tetapi juga dapat mengaplikasikannya dengan baik dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk itu, peneliti melakukan implementasi media pembelajaran kreatif yang bervariasi untuk membantu siswa XI F3 dan  XI F4 SMA Negeri 8 Yogyakarta mengeksplorasi gaya belajar yang dimiliki.

Metode Penelitian

Kesuksesan proses pembelajaran dapat ditunjang oleh pemahaman akan gaya belajar yang dimiliki setiap siswa. Oleh karena itu, penting bagi seorang guru untuk membantu siswa mengeksplorasi dan mendukung setiap gaya belajar yang dimiliki siswa.

Untuk itu, penulis melakukan survei untuk mengetahui gaya belajar apa saja yang dimiliki oleh siswa kelas XI  F3 dan XI  F4 SMA Negeri 8 Yogyakarta.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan partisipatif. Peneliti mengumpulkan data melalui observasi kelas, wawancara dengan guru dan siswa, serta penyebaran kuesioner tentang gaya belajar siswa. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI F3 dan F4 di SMA Negeri 8 Yogyakarta

Langkah-langkah penelitian meliputi:

  1. Observasi Kelas: Mengamati kegiatan belajar mengajar, interaksi siswa, serta partisipasi siswa saat menggunakan media ajar kreatif.
  2. Wawancara: Melakukan wawancara dengan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia terkait kesulitan siswa dalam memahami teks argumentasi.
  3. Penyebaran Kuesioner: Kuesioner disebarkan kepada siswa untuk mengidentifikasi gaya belajar mereka (visual, auditori, atau kinestetik).
  4. Analisis Data: Data dari observasi, wawancara, dan kuesioner dianalisis menggunakan teknik triangulasi untuk memperoleh hasil yang valid dan reliabel.

Hasil dan Pembahasan

1). Kotak Pos Interaktif: Belajar Visual yang Menyenangkan

Konsep Kotak Pos Interaktif diadaptasi untuk menarik perhatian siswa dengan visual yang menarik dan interaktif. Bahan ajar ini dibuat menggunakan kertas manila besar dan kertas origami yang dibentuk menjadi amplop surat.

Ada tiga kotak surat yang masing-masing berisi materi penting, yaitu: 1) Pengertian teks argumentasi dan struktur 2) Pengertian kalimat fakta, ciri – cirinya, dan contoh kalimat fakta 3) Pengertian kalimat opini, ciri – cirinya, dan contoh kalimat opini.

Kotak Pos ini dirancang untuk mengakomodasi gaya belajar visual dan read & write, di mana siswa dapat membaca materi, mendiskusikan dengan teman sebaya, dan menyusun pemahaman secara mandiri. DePorter dan Hernacki (2010) menekankan bahwa visualisasi kreatif membantu siswa memahami materi dengan lebih mendalam.

Dengan memadukan kreativitas dan pembelajaran kooperatif, Kotak Pos Interaktif tidak hanya menghidupkan suasana kelas, tetapi juga membuat siswa lebih mudah menyerap informasi.

2). Debat Kelompok dengan Sistem Undian: Latihan Auditori dan Kinestetik

Untuk menumbuhkan pemahaman yang lebih dinamis, aktivitas Debat Kelompok diterapkan dengan sistem undian. Caranya sederhana namun efektif:

  1.  Setiap kelompok mengambil undian berisi kalimat fakta atau opini.
  2.  Kelompok tersebut membacakan kalimat di hadapan kelas.
  3. Kelompok lainnya berlomba untuk menjawab apakah kalimat tersebut termasuk fakta atau opini.

Melalui aktivitas ini, siswa tidak hanya belajar membedakan fakta dan opini, tetapi juga melatih kemampuan argumentasi, berpikir kritis, dan komunikasi. Menurut Slavin (2011), metode pembelajaran berbasis kelompok dan debat mampu mendorong kerja sama tim serta meningkatkan motivasi belajar siswa.

Debat ini cocok untuk siswa dengan gaya belajar auditori yang lebih senang mendengarkan dan berbicara, serta kinestetik yang menyukai aktivitas fisik seperti berebut menjawab.

3). Pemanfaatan Teknologi Digital: Mengintegrasikan Media Modern

Di era digital, integrasi teknologi menjadi langkah tepat untuk menjembatani pembelajaran konvensional dengan kebutuhan siswa masa kini. Beberapa platform yang dapat digunakan antara lain:

  1. Canva: Membuat materi pembelajaran dalam bentuk poster atau infografis yang menarik dan mudah dipahami siswa secara visual.
  2. Linktree: Materi dibagikan di platform ini agar siswa dapat mengakses bahan ajar kapan saja dan di mana saja. Selain itu, ini juga menjadi cara untuk melatih literasi digital siswa.
  3. Wordwall: Digunakan sebagai media refleksi pembelajaran dalam bentuk permainan edukatif interaktif seperti kuis atau game yang menyenangkan.
  4. Quizizz: Dapat dimanfaatkan sebagai platform evaluasi pembelajaran yang efektif dalam bentuk permainan edukatif yang menarik.

Pemanfaatan teknologi ini selaras dengan pernyataan Arsyad (2011), bahwa media berbasis teknologi dapat meningkatkan keterlibatan siswa, efektivitas penyampaian materi, dan relevansi pembelajaran di era digital. Platform seperti Canva, LinkedIn, dan Wordwall membantu siswa dengan berbagai gaya belajar, baik visual, auditori, maupun kinestetik, untuk memahami materi secara lebih menarik dan modern.

4). Hasil Survei Gaya Belajar

Berdasarkan data survei, mayoritas siswa di kelas tersebut memiliki gaya belajar kinestetik. Data ini menjadi acuan dalam menentukan media pembelajaran yang sesuai dengan preferensi siswa. Selain itu, guru juga mengakomodasi siswa dengan gaya belajar visual dan auditori melalui variasi media ajar yang telah dijelaskan sebelumnya.

Hal tersebut juga dikuatkan dengan hasil diagram di atas, dapat dilihat bahwa siswa di kelas tersebut sebagian besar lebih nyaman belajar dengan kegiatan yang banyak melibatkan fisik. Dalam kata lain, sebagian besar siswa di kelas tersebut memiliki gaya belajar kinestetik.

Data tersebut dapat menjadi acuan para guru untuk memfasilitasi kegiatan apa saja yang lebih disenangi siswa, dengan tetap menyisipkan kegiatan-kegiatan lain bagi para siswa yang memiliki gaya belajar lain. Hal ini penting dilakukan agar setiap siswa dapat merasakan pengalaman belajar menyenangkan yang sama.

Kesimpulan

Dengan memadukan bahan ajar kreatif seperti Kotak Pos Interaktif, Debat Kelompok, dan pemanfaatan teknologi digital, siswa mendapatkan pengalaman belajar yang lebih menyenangkan dan bervariasi sesuai gaya belajar yang dimiliki para siswa.

Pendekatan ini tidak hanya mendukung pemahaman materi secara holistik, tetapi juga membantu guru memenuhi kebutuhan berbagai gaya belajar siswa. Pada akhirnya, metode ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dan mengembangkan keterampilan berpikir kritis serta kolaboratif mereka di kelas.

Sumber Referensi

Arsyad, A. (2011). Media pembelajaran. PT Raja Grafindo Persada.

DePorter, B., & Hernacki, M. (2010). Quantum learning: Membiasakan belajar nyaman dan menyenangkan. Kaifa.

Hamalik, O. (2003). Media pendidikan. PT Bumi Aksara.

Majid, A. (2010). Perencanaan pembelajaran. Remaja Rosdakarya.

Nana, S. (2013). Strategi pembelajaran. Alfabeta.

Riyana, C. (2007). Pengembangan media pembelajaran. Universitas Pendidikan Indonesia.

Rudi, S. (2015). Inovasi pembelajaran aktif. Pustaka Belajar.

Slavin, R. E. (2011). Cooperative learning: Teori, riset, dan praktik. Nusa Media.

Sugiyono. (2019). Metode penelitian pendidikan. Alfabeta.

Sudjana. (2005). Dasar-dasar proses belajar mengajar. Sinar Baru Algensindo.

Cek Berita dan Artikel KalderaNews.com lainnya di Google News

*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmuTertarik menjalin kerjasama dengan KalderaNews.com? Silakan hubungi WA (0812 8027 7190) atau email: kalderanews@gmail.com




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*