JAKARTA, KalderaNews.com – Indonesia tengah menghadapi krisis serius dalam pendidikan sains dan matematika (STEM) yang terancam membahayakan masa depan generasi muda di era digital.
Metode pembelajaran yang masih terpaku pada hafalan rumus dan ujian pilihan ganda, minimnya praktik langsung, dan kurangnya pendekatan modern membuat siswa merasa asing dengan STEM, padahal ini adalah kunci kemajuan bangsa.
Ironisnya, data PISA 2022 menempatkan Indonesia di peringkat 71 dari 80 negara dalam literasi sains, sebuah sinyal darurat yang tak bisa diabaikan!
BACA JUGA:
- Pro Kontra Sistem Penjurusan di SMA, Selamat Tinggal Kurikulum Merdeka!
- 10 Negara yang Punya Sistem Pendidikan Terbaik 2025 Menurut World Population Review, Ada Indonesia?
- Beasiswa British Council Women in STEM 2025 Dibuka, Kesempatan Emas Kuliah Gratis!
Stephanie Riady, Anggota Tim Penasihat Ahli Kementerian Pendidikan Dasar Menengah (Kemendikdasmen), menyuarakan kekecewaannya terhadap kondisi ini.
“Pendidikan berbasis STEM mendorong generasi muda yang mampu berpikir kritis, kreatif, dan kolaboratif,” ujar Stephanie, Jumat (23/5/2025).
Ia menegaskan bahwa sains sejatinya adalah cara berpikir untuk memecahkan persoalan, bukan sekadar hafalan.
Saat negara-negara tetangga seperti Vietnam dan Malaysia melesat dengan reformasi kurikulum berbasis proyek dan penguatan partisipasi STEM, Indonesia justru masih “berjalan dengan peta yang tidak akurat di medan yang penuh jurang,” seperti yang disoroti laporan “Fixing the Foundation” dari Bank Dunia tentang lemahnya pelatihan guru.
Vietnam, sejak 2010 mereformasi kurikulum dengan pendekatan berbasis proyek dan kini performa siswanya sejajar dengan negara maju.
Malaysia terus mendorong partisipasi siswa dalam jalur STEM melalui pelatihan guru, insentif sekolah, dan kemitraan dengan industri.
Korea Selatan telah menjadikan STEM prioritas sejak 1960-an, menjadikannya negara ekonomi berbasis teknologi tinggi.
Finlandia dikenal dengan sistem pendidikan inovatif yang menekankan kreativitas dan pembelajaran lintas disiplin.
“Tidak semua anak harus jadi ilmuwan. Namun, setiap anak perlu tahu cara mengamati, berpikir, dan menyelesaikan masalah. Karena masa depan tak dibangun oleh hafalan, tetapi oleh keberanian untuk bertanya, mencoba, dan gagal, lalu bangkit kembali,” tegas Stephanie.
Ini bukan hanya tentang mencetak teknokrat, tapi membentuk pola pikir tangguh, mandiri, dan kreatif.
Uniknya selama ini dalam menyikapi tantangan ini, Riady Foundation getol dengan program “STEM Indonesia Cerdas”, hadir mendorong transformasi pendidikan nasional.
Program ambisius ini melibatkan kerja sama lintas kementerian (Kemendikdasmen, Kementerian Pendidikan Tinggi Sainstek, Kebudayaan, Agama, hingga Komunikasi dan Digital) serta lebih dari 500 satuan pendidikan perintis di seluruh Indonesia.
Pendiri Riady Foundation, Mochtar Riady, menekankan pentingnya investasi pada pendidikan sebagai warisan terbaik. “Anak-anak kita tidak hanya butuh mimpi, mereka butuh bekal untuk mewujudkannya,” ucapnya.
Program “STEM Indonesia Cerdas” berfokus pada penguatan kompetensi guru, pengembangan kurikulum berbasis proyek dan kecerdasan buatan (AI), serta penyediaan ekosistem belajar yang kontekstual dan kolaboratif. Targetnya pun tak main-main: menjangkau 10 juta siswa Indonesia dalam lima tahun ke depan agar memiliki kecakapan dasar di bidang AI dan STEM.
Untuk mencapai tujuan ini, akan disiapkan modul ajar inklusif, pelatihan guru berskala nasional, platform pembelajaran digital interaktif, serta sistem pemantauan dan evaluasi yang komprehensif. Ini bukan sekadar proyek, melainkan langkah strategis menjadikan pendidikan sebagai gerakan nasional.
Harapan besar kini disematkan pada kolaborasi lintas sektor ini untuk benar-benar mengubah cara belajar dan berpikir anak-anak Indonesia.
Apakah “STEM Indonesia Cerdas” akan menjadi jembatan menuju Indonesia Emas 2045 yang inklusif, adil, dan penuh harapan, atau justru hanya menjadi retorika tanpa implementasi yang nyata? Waktu dan komitmen semua pihak akan menjadi penentunya.
Cek Berita dan Artikel KalderaNews.com lainnya di Google News
*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu. Tertarik menjalin kerjasama dengan KalderaNews.com? Silakan hubungi WA (0812 8027 7190) atau email: kalderanews@gmail.com


Leave a Reply