Pengaruh Budaya terhadap Karakter Peserta Didik

SD Sint Carolus Tarakanita Bengkulu
Peserta didik SD Sint Carolus Tarakanita Bengkulu (KalderaNews/Dok. Sekolah)
Sharing for Empowerment

Oleh: Lily Selviana Barus, S.Pd., Guru SD Sint Carolus Tarakanita Bengkulu

JAKARTA, KalderaNews.com – Budaya merupakan warisan nilai-nilai, norma, adat istiadat, dan cara hidup yang berkembang dalam masyarakat.

Dalam konteks pendidikan, budaya memainkan peran penting dalam membentuk karakter peserta didik. Lingkungan budaya tempat peserta didik tumbuh akan memengaruhi cara berpikir, bersikap, dan bertindak mereka.

Oleh karena itu, pemahaman terhadap pengaruh budaya sangat penting untuk mendukung pendidikan karakter yang efektif.

BACA JUGA:

Budaya sebagai Pondasi Pembentukan Karakter

    Karakter peserta didik tidak terbentuk secara instan, melainkan melalui proses internalisasi nilai yang dimulai dari lingkungan keluarga dan masyarakat. Budaya lokal biasanya mengajarkan nilai-nilai luhur seperti kejujuran, kerja sama, tanggung jawab, dan rasa hormat.

    Di dalam budaya Jawa, misalnya, nilai-nilai seperti tepa salira (tenggang rasa) dan unggah-ungguh (sopan santun) sangat ditekankan sejak dini.

    Nilai-nilai tersebut secara tidak langsung akan menjadi landasan dalam membentuk sikap dan perilaku peserta didik dalam kehidupan sehari-hari, termasuk saat mereka berada di lingkungan sekolah.

    Oleh karena itu, budaya berfungsi sebagai sumber utama pendidikan karakter yang otentik dan relevan dengan kehidupan nyata peserta didik.

    Pengaruh Budaya dalam Lingkungan Sekolah

    Sekolah sebagai miniatur masyarakat memiliki budaya tersendiri yang turut membentuk karakter siswa. Budaya sekolah yang sehat dan positif akan memperkuat nilai-nilai yang sudah ditanamkan dari lingkungan keluarga.

    Misalnya, sekolah yang menanamkan budaya disiplin dan tanggung jawab akan mendorong siswa menjadi pribadi yang teratur dan dapat diandalkan. Penting juga bagi sekolah untuk menghargai latar belakang budaya siswa yang beragam.

    Guru yang memahami konteks budaya siswa akan lebih mudah membangun hubungan yang harmonis dan menciptakan suasana belajar yang inklusif. Hal ini akan memperkuat rasa percaya diri siswa serta mendorong mereka untuk lebih aktif dan terbuka dalam belajar.

    Pengaruh budaya terhadap karakter peserta didik dapat dilihat dari beberapa aspek:

    1. Nilai dan Norma: Setiap budaya memiliki seperangkat nilai dan norma yang dianggap baik dan benar. Misalnya, budaya ketimuran seringkali menjunjung tinggi nilai kesopanan, rasa hormat, dan kekeluargaan. Peserta didik yang tumbuh dalam lingkungan ini cenderung menginternalisasi nilai-nilai tersebut, membentuk karakter yang lebih menghargai orang lain dan menjaga harmoni sosial. Sebaliknya, budaya yang menekankan individualisme dan kemandirian akan membentuk karakter peserta didik yang lebih percaya diri dan berani mengambil inisiatif.
    2. Bahasa dan Komunikasi: Bahasa adalah cerminan budaya. Cara berkomunikasi, baik verbal maupun non-verbal, sangat dipengaruhi oleh latar belakang budaya. Peserta didik yang terbiasa dengan gaya komunikasi langsung dan lugas mungkin akan memiliki karakter yang lebih terbuka dan ekspresif. Sementara itu, mereka yang terbiasa dengan komunikasi tidak langsung dan penuh isyarat akan cenderung memiliki karakter yang lebih hati-hati dan penuh pertimbangan dalam berinteraksi.
    3. Seni dan Hiburan: Ekspresi budaya melalui seni, musik, tari, dan sastra juga turut membentuk karakter. Cerita rakyat yang sarat pesan moral, lagu-lagu perjuangan yang menanamkan semangat patriotisme, atau tarian tradisional yang mengajarkan kedisiplinan, semuanya dapat memengaruhi pandangan dunia dan nilai-nilai yang dianut peserta didik. Mereka belajar tentang kebaikan, kejahatan, keberanian, dan pengorbanan melalui medium seni.
    4. Tradisi dan Adat Istiadat: Pelaksanaan tradisi dan adat istiadat secara turun-temurun mengajarkan peserta didik tentang pentingnya keteraturan, tanggung jawab, dan identitas kolektif. Misalnya, upacara adat yang melibatkan seluruh anggota keluarga atau masyarakat mengajarkan nilai kebersamaan dan gotong royong.
    5. Lingkungan Sosial (Keluarga, Sekolah, Masyarakat): Budaya tidak hanya bersifat makro (nasional atau suku bangsa), tetapi juga mikro (keluarga, sekolah, komunitas). Keluarga sebagai unit sosial terkecil adalah pembentuk karakter utama. Nilai-nilai yang diajarkan orang tua, cara mereka berinteraksi, dan kebiasaan sehari-hari akan sangat memengaruhi perkembangan karakter anak. Demikian pula di sekolah, budaya sekolah yang menekankan disiplin, kejujuran, atau kreativitas akan membentuk karakter peserta didik sesuai dengan nilai-nilai tersebut. Di masyarakat luas, interaksi dengan berbagai kelompok dan individu juga turut mematangkan karakter

    Tantangan Globalisasi terhadap Budaya dan Karakter

    Di era globalisasi dan digitalisasi, peserta didik dapat terpapar oleh budaya global yang mungkin bertentangan dengan nilai-nilai lokal. Akses terhadap media sosial, konten luar negeri, dan gaya hidup modern kadang membawa perubahan sikap yang kurang sesuai dengan budaya bangsa, seperti menurunnya rasa hormat kepada orang tua atau guru.

    Namun demikian, hal ini juga menjadi peluang untuk memperkuat pendidikan karakter melalui pendekatan kritis. Peserta didik perlu dibekali kemampuan untuk memilah informasi, mempertahankan nilai-nilai positif budaya lokal, dan mengadaptasi nilai-nilai global yang konstruktif.

    Dengan begitu, karakter yang terbentuk menjadi lebih fleksibel namun tetap berakar pada identitas nasional.

    Kesimpulan

    Budaya memiliki peran yang sangat penting dalam pembentukan karakter peserta didik. Karakter yang kuat tidak hanya dibentuk oleh materi ajar di sekolah, tetapi juga oleh nilai-nilai yang hidup dalam lingkungan keluarga dan masyarakat.

    Untuk itu, sinergi antara sekolah, keluarga, dan masyarakat sangat diperlukan dalam membangun budaya pendidikan yang mendukung pembentukan karakter.

    Pendidikan karakter berbasis budaya akan melahirkan generasi yang cerdas, bermoral, dan berkepribadian Indonesia.

    Daftar Pustaka

    Ki Hadjar Dewantara. (2004). Pendidikan: Bagian Pertama. Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa.

    Tilaar, H.A.R. (2002). Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Madani Indonesia. Bandung: Remaja Rosdakarya.

    Sauri, S. (2013). Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal. Bandung: Alfabeta.

    Kemendikbud. (2017). Penguatan Pendidikan Karakter: Nilai-nilai Utama dalam Pendidikan. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.

    Koentjaraningrat. (2009). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.

    Lickona, T. (1991). Educating for Character: How Our Schools Can Teach Respect and Responsibility. New York: Bantam Books.

    Cek Berita dan Artikel KalderaNews.com lainnya di Google News

    *Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmuTertarik menjalin kerjasama dengan KalderaNews.com? Silakan hubungi WA (0812 8027 7190) atau email: kalderanews@gmail.com

    Be the first to comment

    Leave a Reply

    Your email address will not be published.


    *